
Sandi Buka-bukaan Soal COVID-19, dari UMKM hingga PDB Minus
Muhamad Choirul, CNBC Indonesia
22 May 2020 10:56

Jakarta, CNBC Indonesia - Founder PT Saratoga Investama Sedaya Tbk. Sandiaga Uno, buka suara mengenai dampak pandemi COVID-19. Menurutnya, sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) jadi salah satu yang paling terdampak di berbagai daerah di Indonesia.
"Dahysat banget, kalau kita lihat penurunan omsetnya bisa langsung nol dari 100%, jebol. Ada juga yang turun 30%- 50%. Total 80% dari UMKM kita terdampak sangat serius dari pandemi Covid-19 ini. Kita butuh gerak cepat," ujarnya saat live via Instagram dengan CNBC Indonesia, Rabu (20/5/2020).
Sandi bilang, sejauh ini pemerintah sudah memberikan sejumlah paket insentif bagi UMKM. Dia menegaskan, paket stimulus itu harus segera terdistribusikan secara tepat.
"Yang penting ter-deliver dulu, terus nanti di kuartal ketiga baru bisa kita lihat apakah bisa ditambah atau tidak," kata Sandi.
Lebih lanjut, dia menilai, kucuran dana Rp 150 triliun bagi UMKM, saat ini memang belum terasa dari segi likuiditas. Menurut Sandi, UMKM baru bisa bernapas untuk sementara waktu, dalam memanfaatkan adanya penundaan-penundaan maupun beberapa kelonggaran.
"Namun yang terasa langsung ke arus kas mereka belum ada," ujarnya.
Sandi juga menjelaskan bahwa dampak bagi UMKM bisa dilihat, meski tak semuanya sudah melakukan pembukaan dengan baik. Menurut dia, khusus kalangan usaha ultra mikro, kebanyakan langsung terimbas karena banyak sektor informal.
"Tapi kecil dan menengah ini mayoritas sudah memiliki pembukuan yang baik dan mereka ini yang paling penting untuk segera diberikan bantuan," katanya.
Lebih lanjut, dia juga mengomentari rencana pemerintah mengenai skenario new normal di tengah pandemi COVID-19. Ia mengatakan bila terlalu lama di rumah saja pun pendapatan masyarakat terus tergerus di sisi lain biaya hidup pun tetap berjalan.
Menurutnya, jika memang ada pelonggaran pembatasan sosial berskala besar (PSBB), penerapannya harus penuh kedisiplinan. Dalam hal ini, dia menegaskan pelaksanaan perlu dikomandoi Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19.
"Yang punya gawe kan Gugus Tugas COVID-19, sehingga harus satu komando, gugus tugas yang memiliki tugas memutus rantai penyebaran virus, perlu komprehensif review secara strategis tapi keputusan terakhir itu di Gugus Tugas," kata Sandi.
Dia juga mengingatkan kehati-hatian dalam menerapkan skenario tersebut. Pertimbangan utama yang perlu dilihat adalah mengenai data-data terkait medis yang sedang terjadi, harus ditinjau berkala.
"Bahwa risiko kesehatan masyarakat bisa diatasi dengan pembukaan secara bertahap, pembukaan ekonomi pertama adalah yang paling kecil risiko kesehatan namun besar dampaknya kepada sektor ekonomi," ujarnya.
Dia menyebut, yang paling besar dampak ekonominya yaitu sektor UMKM. Dikatakan, sektor ini menciptakan 97% lapangan pekerjaan.
"Terus industri, terutama industri pengolahan tinggal kita dipandu oleh tim medis mana yang memiliki risiko kesehatan terendah," paparnya.
Semua itu, menurutnya harus terkonsolidasi di gugus tugas. Dengan begitu, harapannya tidak ada kerancuan lagi di masyarakat.
"Masyarakat melihat simpang siur pemberitaan ini menambah carut marut di bawah, sehingga satu informasi dari gugus COVID-19, kami dari relawan ini fokus ke meminimalisir PHK. Kemudian biaya hidup yang tinggi kita carikan solusi karena saya khawatir pendapatan masyarakat turun namun biaya hidup tinggi karena di rumah aja, kan enggak gratis," katanya.
Pada akhirnya, ia pesimistis ekonomi Indonesia akan tumbuh normal dalam waktu dekat. Dia menilai, laju produk domestik bruto (PDB) masih akan macet pada kuartal kedua 2020.
"Kami memprediksi angka pertumbuhan kalau daya beli tidak bisa pulih, mungkin kemungkinan di bawah nol untuk kuartal kedua dan range minus satu dan plus satu persen di kuartal kedua ini," ujarnya.
Kemungkinan itu menurut Sandi juga sudah terbaca oleh stakeholder terkait, terutama para pemangku kebijakan. Karena itu, menurutnya mulai ada revisi model kebijakan yang dilakukan secara lebih hati-hati.
Sandi bilang, kebutuhan pangan juga menjadi aspek penting yang harus dinomorsatukan. Sebab pada sektor ini, Sandi melihat adanya suatu distorsi.
"Terutama bahan pangan, karena kita menghadapi satu distorsi dari segi supply dan kita juga akan mengalami pemulihan dari sisi permintaan dan pasokan ini," beber Sandi.
Jika tak ditangani dengan baik, dia bilang, ketidakamanan pasokan pangan akan menimbulkan dampak buruk. Dia khawatir timbul sejumlah gejala yang berkaitan denngan ketersediaan pasokan pangan, dan gejolak harga.
"How to solve, menurut saya, satu leadership pemerintah memastikan supply aman dan model penangannnya jangan asal bapak senang. Karena saat ini inflasi rendah 0,8%, tapi kenapa harga tetap naik, kita harus menjaga stabilitas harga karena hidup masyarakat berat," tegasnya.
(sef/sef) Next Article Sandiaga Uno Soal New Normal: Di Rumah Aja Pun Nggak Gratis!
"Dahysat banget, kalau kita lihat penurunan omsetnya bisa langsung nol dari 100%, jebol. Ada juga yang turun 30%- 50%. Total 80% dari UMKM kita terdampak sangat serius dari pandemi Covid-19 ini. Kita butuh gerak cepat," ujarnya saat live via Instagram dengan CNBC Indonesia, Rabu (20/5/2020).
Sandi bilang, sejauh ini pemerintah sudah memberikan sejumlah paket insentif bagi UMKM. Dia menegaskan, paket stimulus itu harus segera terdistribusikan secara tepat.
"Namun yang terasa langsung ke arus kas mereka belum ada," ujarnya.
Sandi juga menjelaskan bahwa dampak bagi UMKM bisa dilihat, meski tak semuanya sudah melakukan pembukaan dengan baik. Menurut dia, khusus kalangan usaha ultra mikro, kebanyakan langsung terimbas karena banyak sektor informal.
"Tapi kecil dan menengah ini mayoritas sudah memiliki pembukuan yang baik dan mereka ini yang paling penting untuk segera diberikan bantuan," katanya.
Lebih lanjut, dia juga mengomentari rencana pemerintah mengenai skenario new normal di tengah pandemi COVID-19. Ia mengatakan bila terlalu lama di rumah saja pun pendapatan masyarakat terus tergerus di sisi lain biaya hidup pun tetap berjalan.
Menurutnya, jika memang ada pelonggaran pembatasan sosial berskala besar (PSBB), penerapannya harus penuh kedisiplinan. Dalam hal ini, dia menegaskan pelaksanaan perlu dikomandoi Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19.
"Yang punya gawe kan Gugus Tugas COVID-19, sehingga harus satu komando, gugus tugas yang memiliki tugas memutus rantai penyebaran virus, perlu komprehensif review secara strategis tapi keputusan terakhir itu di Gugus Tugas," kata Sandi.
Dia juga mengingatkan kehati-hatian dalam menerapkan skenario tersebut. Pertimbangan utama yang perlu dilihat adalah mengenai data-data terkait medis yang sedang terjadi, harus ditinjau berkala.
"Bahwa risiko kesehatan masyarakat bisa diatasi dengan pembukaan secara bertahap, pembukaan ekonomi pertama adalah yang paling kecil risiko kesehatan namun besar dampaknya kepada sektor ekonomi," ujarnya.
Dia menyebut, yang paling besar dampak ekonominya yaitu sektor UMKM. Dikatakan, sektor ini menciptakan 97% lapangan pekerjaan.
"Terus industri, terutama industri pengolahan tinggal kita dipandu oleh tim medis mana yang memiliki risiko kesehatan terendah," paparnya.
Semua itu, menurutnya harus terkonsolidasi di gugus tugas. Dengan begitu, harapannya tidak ada kerancuan lagi di masyarakat.
"Masyarakat melihat simpang siur pemberitaan ini menambah carut marut di bawah, sehingga satu informasi dari gugus COVID-19, kami dari relawan ini fokus ke meminimalisir PHK. Kemudian biaya hidup yang tinggi kita carikan solusi karena saya khawatir pendapatan masyarakat turun namun biaya hidup tinggi karena di rumah aja, kan enggak gratis," katanya.
Pada akhirnya, ia pesimistis ekonomi Indonesia akan tumbuh normal dalam waktu dekat. Dia menilai, laju produk domestik bruto (PDB) masih akan macet pada kuartal kedua 2020.
"Kami memprediksi angka pertumbuhan kalau daya beli tidak bisa pulih, mungkin kemungkinan di bawah nol untuk kuartal kedua dan range minus satu dan plus satu persen di kuartal kedua ini," ujarnya.
Kemungkinan itu menurut Sandi juga sudah terbaca oleh stakeholder terkait, terutama para pemangku kebijakan. Karena itu, menurutnya mulai ada revisi model kebijakan yang dilakukan secara lebih hati-hati.
Sandi bilang, kebutuhan pangan juga menjadi aspek penting yang harus dinomorsatukan. Sebab pada sektor ini, Sandi melihat adanya suatu distorsi.
"Terutama bahan pangan, karena kita menghadapi satu distorsi dari segi supply dan kita juga akan mengalami pemulihan dari sisi permintaan dan pasokan ini," beber Sandi.
Jika tak ditangani dengan baik, dia bilang, ketidakamanan pasokan pangan akan menimbulkan dampak buruk. Dia khawatir timbul sejumlah gejala yang berkaitan denngan ketersediaan pasokan pangan, dan gejolak harga.
"How to solve, menurut saya, satu leadership pemerintah memastikan supply aman dan model penangannnya jangan asal bapak senang. Karena saat ini inflasi rendah 0,8%, tapi kenapa harga tetap naik, kita harus menjaga stabilitas harga karena hidup masyarakat berat," tegasnya.
(sef/sef) Next Article Sandiaga Uno Soal New Normal: Di Rumah Aja Pun Nggak Gratis!
Most Popular