
Internasional
Ancaman PHK Global, Rolls-Royce Pangkas 9.000 Karyawan
Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
20 May 2020 13:57

Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan pembuat mesin pesawat asal Inggris, Rolls-Royce mengatakan akan memangkas 9.000 pekerja dan melakukan efisiensi biaya. Ini dilakukan akibat pandemi COVID-19 yang telah memukul industri penerbangan global.
"Kami tengah berupata mereorganisasi bisnis kami untuk beradaptasi dengan tingkat permintaan yang baru dari para pelanggan," kata Kepala Eksekutif Warren East dalam sebuah pernyataan, ditulis AFP, Rabu (20/5/2020). Saat ini perusahaan itu mencatat memiliki 52.000 tenaga kerja.
Sebelumnya, Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) menilai dampak wabah virus corona (COVID-19) di dunia penerbangan akan tetap ada hingga beberapa tahun ke depan. Bahkan, mungkin akan tetap ada sampai setidaknya 2023.
Menurut asosiasi yang berbasis di Kanada ini, permintaan untuk perjalanan udara telah turun lebih dari 90% di Eropa dan Amerika Serikat (AS) sejak pandemi dimulai. Lembaga itu juga memperingatkan bahwa pemulihan akan lebih lambat jika upaya penguncian (lockdown) dan pembatasan perjalanan diperpanjang.
"Kami meminta pemerintah untuk melakukan pendekatan bertahap untuk memulai kembali industri ini dan terbang lagi," kata Alexandre de Juniac, Direktur Jenderal dan CEO IATA.
"Kami bermaksud membuka kembali dan meningkatkan pasar domestik pada akhir kuartal kedua, dan membuka pasar regional atau benua - seperti Eropa, Amerika Utara atau Asia-Pasifik - pada kuartal ketiga, dan antarbenua di musim gugur."
"Jadi untuk musim panas kami berharap Anda akan melihat penerbangan di Eropa kembali, dengan saya berharap harga menarik dan proses kontrol yang sangat aman."
Pernyataan itu disampaikan De Juniac setelah sebagian besar maskapai penerbangan dunia memutuskan untuk menghentikan sementara layanan demi mencegah penyebaran wabah COVID-19. Beberapa negara juga ada yang memberlakukan larangan keluar-masuk dari negara mereka, sehingga ini semakin menekan sektor transportasi, termasuk jalur udara.
Lebih lanjut, De Juniac memperingatkan bahwa meskipun industri penerbangan mulai aktif kembali. Namun jika aturan karantina 14 hari wajib bagi para pelancong yang baru datang masih diberlakukan berbagai negara, maka hal itu bisa menjadi tekanan lainnya pada industri penerbangan.
(sef/sef) Next Article Termasuk Rolls Royce, Kejagung Sita 21 Aset Jimmy Sutopo
"Kami tengah berupata mereorganisasi bisnis kami untuk beradaptasi dengan tingkat permintaan yang baru dari para pelanggan," kata Kepala Eksekutif Warren East dalam sebuah pernyataan, ditulis AFP, Rabu (20/5/2020). Saat ini perusahaan itu mencatat memiliki 52.000 tenaga kerja.
Menurut asosiasi yang berbasis di Kanada ini, permintaan untuk perjalanan udara telah turun lebih dari 90% di Eropa dan Amerika Serikat (AS) sejak pandemi dimulai. Lembaga itu juga memperingatkan bahwa pemulihan akan lebih lambat jika upaya penguncian (lockdown) dan pembatasan perjalanan diperpanjang.
"Kami meminta pemerintah untuk melakukan pendekatan bertahap untuk memulai kembali industri ini dan terbang lagi," kata Alexandre de Juniac, Direktur Jenderal dan CEO IATA.
"Kami bermaksud membuka kembali dan meningkatkan pasar domestik pada akhir kuartal kedua, dan membuka pasar regional atau benua - seperti Eropa, Amerika Utara atau Asia-Pasifik - pada kuartal ketiga, dan antarbenua di musim gugur."
"Jadi untuk musim panas kami berharap Anda akan melihat penerbangan di Eropa kembali, dengan saya berharap harga menarik dan proses kontrol yang sangat aman."
Pernyataan itu disampaikan De Juniac setelah sebagian besar maskapai penerbangan dunia memutuskan untuk menghentikan sementara layanan demi mencegah penyebaran wabah COVID-19. Beberapa negara juga ada yang memberlakukan larangan keluar-masuk dari negara mereka, sehingga ini semakin menekan sektor transportasi, termasuk jalur udara.
Lebih lanjut, De Juniac memperingatkan bahwa meskipun industri penerbangan mulai aktif kembali. Namun jika aturan karantina 14 hari wajib bagi para pelancong yang baru datang masih diberlakukan berbagai negara, maka hal itu bisa menjadi tekanan lainnya pada industri penerbangan.
(sef/sef) Next Article Termasuk Rolls Royce, Kejagung Sita 21 Aset Jimmy Sutopo
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular