Harga Rumah Pondok Indah Drop 15-20%, Bagaimana di BSD?

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
20 May 2020 13:36
Awal Desember 2017, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mencatat capaian Program Satu Juta Rumah sebanyak 765.120 unit rumah, didominasi oleh pembangunan rumah bagi  masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) sebesar 70 persen, atau sebanyak 619.868 unit, sementara rumah non-MBR yang terbangun sebesar 30 persen, sebanyak 145.252 unit.
Program Satu Juta Rumah yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo, sekitar 20 persen merupakan rumah yang dibangun oleh Kementerian PUPR berupa rusunawa, rumah khusus, rumah swadaya maupun bantuan stimulan prasarana dan utilitas (PSU), 30 persen lainnya dibangun oleh pengembang perumahan subsidi yang mendapatkan fasilitas KPR FLPP, subsisdi selisih bunga dan bantuan uang muka. Selebihnya dipenuhi melalui pembangunan rumah non subsidi oleh pengembang.
Ketua Umum Asosiasi Pengembang Perumahan dan Pemukiman Seluruh Indonesia (Apersi) Junaidi Abdillah mengungkapkan, rumah tapak masih digemari kelas menengah ke bawah.
Kontribusi serapan properti oleh masyarakat menengah ke bawah terhadap total penjualan properti mencapai 70%.
Serapan sebesar 200.000 unit ini, akan terus meningkat pada tahun 2018 menjadi 250.000 unit.
Foto: Muhammad Luthfi Rahman
Jakarta, CNBC Indonesia - Penurunan harga rumah mewah bekas kala pandemi Covid-19 tak hanya terjadi di Jakarta, namun juga di kawasan penyangga seperti Bumi Serpong Damai (BSD) Tangerang Selatan. Penurunan harga rumah di kawasan elite Jakarta seperti Pondok Indah rata-rata 15-20% bahkan ada yang mencapai 40%, di BSD juga mengalami penurunan tapi tidak terlalu dalam.

"Cenderung sekitar 10-15%. Kalaupun ada 20%, itu pun terlalu tinggi. Karena di sini valuenya masih bagus," kata Agen East2West Property Jessica Leonard kepada CNBC Indonesia, Rabu (20/5).



Penyebab penurunan harga rumah bekas di BSD tidak terlalu dalam karena harga rumah di BSD umumnya dimulai dari Rp 1 miliar atau lebih. Berbeda dengan Pondok Indah yang harga termurahnya berada di kisaran Rp 20 miliar. Sehingga, penurunan harganya pun jauh lebih dalam.

"Transaksi, orang selalu cari harga murah, tinggal investornya kuat apa nggak. Kalau kuat, dia nggak mau kasih jika merugi. Kalau dia nggak kuat, terpaksa dia lepas harga di bawah (rata-rata)," sebutnya.

Selain itu, Jessica menilai kawasan di sekitar Jakarta itu cenderung lebih diminati karena bebas banjir dan fasilitas yang memadai. "Karena masih banyak kantor baru. Ada ICE BSD, sekolah. Future orang suka ke sini karena invest bagus. Sektor lama, sektor baru dan tahap 2 dan tahap 3 future tetap diminati," katanya.

[Gambas:Video CNBC]




(hoi/hoi) Next Article Sudah Tak Wajar, Harga Rumah Terjun Bebas Sampai 30%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular