
Dampak Covid-19
Harga Rumah Pondok Indah Anjlok 15-20%, Ada yang Capai 40%
Ferry Sandi, CNBC Indonesia
20 May 2020 11:26

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga rumah bekas atau second segmen atas anjlok paling parah saat pandemi covid-19. Asosiasi Real Estate Broker Indonesia (Arebi) mencatat ada penurunan harga 20-30%, termasuk di kawasan elite Pondok Indah, Jakarta Selatan.
"Koreksinya variasi, nggak bisa ditentukan, ada yang 20%, 30% bahkan kemarin ada hampir 40%. Tergantung kebutuhan si owner. Tapi kalo yang lain rata-rata 15-20%," kata Senior Associate Director Era Graha Ignatius Raymond Gunawan kepada CNBC Indonesia, Rabu (20/5).
Ia menyebut, kebutuhan dari pemilik rumah menjadi faktor penting penurunannya. Jika memang tidak dalam kondisi terjepit, maka harganya cenderung normal bahkan bisa lebih tinggi. Sebaliknya, ketika keadaan terjepit seperti saat corona ini maka harganya pun bisa lebih turun.
"Karena kemarin ada beberapa yang mau jual cepat. Karena harus bayar jaminan bank, itu hampir 40%. Harga di market Rp 23 miliar, drop sampai Rp 16 miliar. Rp 23 miliar saja sebenarnya udah murah," sebutnya.
Pantauan CNBC Indonesia di beberapa market place, harga rumah di Pondok Indah nilainya memang rata-rata sudah di atas Rp. 20 miliar. Bahkan ada yang mencapai Rp 60 miliar.
Raymond yang sudah bertahun-tahun menjadi broker di kawasan Pondok Indah melihat, kebutuhan menjual rumah oleh pemilik aset di kawasan elite itu sebenarnya jarang terjadi jika dikarenakan faktor butuh uang. Pasalnya, jika akibat faktor butuh uang, maka harganya bisa benar-benar jatuh.
"Sepertinya di Pondok Indah rata-rata banyak pengusaha yang nggak mau jual murah karena tingkat gengsi lumayan tinggi. Makanya nggak mau dibuka murah. Kalau ada yang nawar baru bisa turun, sesuai dengan cara pembayaran. Kalau basicnya (harga) langsung drop, mereka dari pengalaman nggak ada yang mau," sebutnya.
Pada masa pandemi sejumlah pemilik rumah masih menahan untuk tidak menjual asetnya. Di sisi lain, calon pembeli lebih memilih untuk menunggu sambil harganya turun. Sehingga transaksi rumah mewah tidak banyak terjadi saat pandemi.
"Sebenarnya penurunan ada pasti karena dengan kondisi ini banyak waiting dulu jadi ya memang sempat bulan Maret sempat juga mengalami minim transaksi juga. Jadi penurunan pasti, April-Mei ini mulai beberapa karena ada penyesuaian juga dari owner-owner, sesuai dengan kebutuhannya," papar Raymond.
(hoi/hoi) Next Article Sudah Tak Wajar, Harga Rumah Terjun Bebas Sampai 30%
"Koreksinya variasi, nggak bisa ditentukan, ada yang 20%, 30% bahkan kemarin ada hampir 40%. Tergantung kebutuhan si owner. Tapi kalo yang lain rata-rata 15-20%," kata Senior Associate Director Era Graha Ignatius Raymond Gunawan kepada CNBC Indonesia, Rabu (20/5).
Ia menyebut, kebutuhan dari pemilik rumah menjadi faktor penting penurunannya. Jika memang tidak dalam kondisi terjepit, maka harganya cenderung normal bahkan bisa lebih tinggi. Sebaliknya, ketika keadaan terjepit seperti saat corona ini maka harganya pun bisa lebih turun.
"Karena kemarin ada beberapa yang mau jual cepat. Karena harus bayar jaminan bank, itu hampir 40%. Harga di market Rp 23 miliar, drop sampai Rp 16 miliar. Rp 23 miliar saja sebenarnya udah murah," sebutnya.
Pantauan CNBC Indonesia di beberapa market place, harga rumah di Pondok Indah nilainya memang rata-rata sudah di atas Rp. 20 miliar. Bahkan ada yang mencapai Rp 60 miliar.
Raymond yang sudah bertahun-tahun menjadi broker di kawasan Pondok Indah melihat, kebutuhan menjual rumah oleh pemilik aset di kawasan elite itu sebenarnya jarang terjadi jika dikarenakan faktor butuh uang. Pasalnya, jika akibat faktor butuh uang, maka harganya bisa benar-benar jatuh.
"Sepertinya di Pondok Indah rata-rata banyak pengusaha yang nggak mau jual murah karena tingkat gengsi lumayan tinggi. Makanya nggak mau dibuka murah. Kalau ada yang nawar baru bisa turun, sesuai dengan cara pembayaran. Kalau basicnya (harga) langsung drop, mereka dari pengalaman nggak ada yang mau," sebutnya.
Pada masa pandemi sejumlah pemilik rumah masih menahan untuk tidak menjual asetnya. Di sisi lain, calon pembeli lebih memilih untuk menunggu sambil harganya turun. Sehingga transaksi rumah mewah tidak banyak terjadi saat pandemi.
"Sebenarnya penurunan ada pasti karena dengan kondisi ini banyak waiting dulu jadi ya memang sempat bulan Maret sempat juga mengalami minim transaksi juga. Jadi penurunan pasti, April-Mei ini mulai beberapa karena ada penyesuaian juga dari owner-owner, sesuai dengan kebutuhannya," papar Raymond.
(hoi/hoi) Next Article Sudah Tak Wajar, Harga Rumah Terjun Bebas Sampai 30%
Most Popular