Vaksin Corona Ditemukan, Realita atau Desas-Desus Belaka?

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
20 May 2020 08:17
Moderna
Foto: Moderna (AP/Bill Sikes)
Jakarta, CNBC Indonesia - Baru-baru ini ada kabar menggembirakan yang datang dari pengembangan vaksin untuk virus corona (Covid-19). Namun kabar baik tersebut bukan berarti vaksin yang efektif sudah benar-benar ditemukan. Jalan menuju vaksinasi global Covid-19 masih panjang jadi harap bersabar.

Saat ini ada beberapa perusahaan yang sedang mengembangkan vaksin untuk Covid-19. Ada empat perusahaan yang tercatat sudah dan sedang dalam tahap uji klinis tahap I. Namun sampai dengan hari ini kandidat vaksin yang paling digadang-gadang adalah mRNA-1273 produksi Moderna Science. 

PerusahaanTipe VaksinProgres PengembanganCatatan
ModernamRNAUji Klinis IJika semua berjalan baik vaksin diproduksi Juli
Johnson & JohnsonModivied adenovirusUji preklinisUji tahap pertama pada September ini
Inovio PharmaceuticalINO-4800Uji Klinis IKandidat vaksin yang paling menjanjikan kedua setelah Moderna
Oxford UniverityChAdOx1 nCoV-19Uji Klinis IBerencana untuk memproduksi satu juta dosis pada September
PfizerIBNT162Uji Klinis IBerharap dapat memproduksi jutaan dosis di akhir tahun
Sanofi & GSKUnnamedUji preklinisAkan melakukan uji klinis di semester II & berencana memproduksi 600 juta dosis vaksin tahun depan
NovavaxNVX-CoV2373Uji preklinisUji klinis pada manusia dimulai pada Mei dan hasil uji awal keluar Juli

Sumber : World Economic Forum, CNBC International, CNBC Indonesia Research.

Moderna melaporkan bahwa vaksin produksinya menunjukkan hasil yang positif melawan Covid-19 terbukti dengan terbentuknya antibodi. Dalam imunologi, antibodi merupakan sejenis protein yang berperan dalam pertahanan tubuh manusia dalam melawan patogen.

Moderna saat ini tengah memantau dengan ketat data hasil uji klinis yang dilakukannya terhadap 45 orang sukarelawan. Para sukarelawan tersebut dibagi menjadi tiga kelompok yang masing-masingnya terdiri dari 15 orang. 

Setiap peserta menerima dosis 25, 100, atau 250 mikrogram. Peserta menerima dua dosis vaksin potensial melalui injeksi intramuskular di lengan atas sekitar 28 hari secara terpisah.

Pada hari ke-43, atau dua minggu setelah dosis kedua, tingkat antibodi terpantau meningkat dalam sampel darah pada kelompok 25 mikrogram, kata perusahaan yang berbasis di Cambridge, Massachusetts itu sebagaimana diwartakan CNBC International.

Mereka yang diberi 100 mikrogram vaksin memiliki jumlah antibodi yang "secara signifikan lebih tinggi" dibandingkan dengan pada pasien yang pulih. Data pada dosis kedua tidak tersedia untuk kelompok 250 mikrogram, kata perusahaan.

Vaksin ini juga menghasilkan antibodi penawar terhadap Covid-19 di setidaknya delapan peserta. Para ahli mengatakan antibodi penetral tampaknya penting dalam memperoleh perlindungan.

Data tentang antibodi penawar untuk peserta lain belum tersedia, kata Moderna. "Data sementara Fase 1 ini, sementara awal, menunjukkan bahwa vaksinasi dengan mRNA-1273 memunculkan respons kekebalan  yang disebabkan oleh infeksi alami dimulai dengan dosis serendah 25 [mikrogram]," kata kepala petugas medis Moderna Dr. Tal Zaks dalam sebuah pernyataan.

"Ketika dikombinasikan dengan keberhasilan dalam mencegah replikasi virus di paru-paru dari model uji pra-klinis dengan dosis yang menimbulkan tingkat antibodi penetral yang serupa, data ini memperkuat keyakinan kami bahwa mRNA-1273 memiliki potensi untuk mencegah penyakit COVID-19 dan meningkatkan kemampuan kami untuk memilih dosis untuk uji klinis yang penting, "tambah Zaks, melansir CNBC International.

Dalam sebuah laporannya kepada klien, bank investasi global Morgan Stanley mengatakan bahwa kandidat vaksin untuk Covid-19 menunjukkan hasil yang menjanjikan dan perusahaan yang mengembangkan memiliki kapasitas untuk memproduksi vaksin secara masif. Morgan Stanley memperkirakan bahwa AS akan memiiki jutaan dosis vaksin pada musim gugur ini.

Jelas kabar gembira tersebut disambut positif oleh banyak orang. Optimisme untuk hidup normal mulai kembali muncul. Di saat-saat genting seperti ini, timeline pengembangan vaksin memang dipercepat. 

Pada umumnya, vaksin membutuhkan waktu 8-15 tahun untuk dapat sampai ke tangan petugas medis. Namun untuk kasus pengembangan vaksin corona, timeline untuk berbagai tahap pengembangan vaksin dipadatkan bahkan berjalan secara overlap hingga diperkirakan membutuhkan waktu 12-18 bulan saja.

TahapanWaktu NormalAkselerasi*
Total/Keseluruhan8-15 tahun12-18 bulan
Riset 2-4 tahun6 bulan
Persiapan preklinis2 tahun6 bulan
Uji klinis5 tahun1,5 tahun
Persetujuan1 tahun 6 bulan
Produksi/Manufacturing2 tahun 3-6 bulan
Distribusi2-6 bulan1 bulan

Sumber : New York Times, John Hopkins University, Council on Foreign Relation, CNBC Indonesia Research.

Namun, banyak ahli melihat bahwa timeline pengembangan vaksin tersebut terlalu optimistis. Ada beberapa faktor yang jadi tantangan dalam pengembangan vaksin terutama dalam kondisi seperti sekarang ini.

Kalau pun masalah teknologi dan ongkos pengembangan fasilitas produksi vaksin masih bisa disiasati, tantangan utama pengembangan vaksin corona terletak pada uji klinis. Pada fase ini kandidat vaksin akan diuji keamanan dan efektivitasnya dalam menangkal Covid-19. 

Proses uji klinis dilakukan dalam beberapa tahap dan menggunakan pendekatan ilmiah serta seringkali melibatkan hewan model agar uji yang dilakukan benar-benar dapat menghasilkan vaksin yang ampuh.

Tantangan kedua yang dihadapi adalah, kandidat vaksin paling menjanjikan saat ini jenisnya adalah vaksin berbasis asam nukleat (RNA). Secara historis FDA belum pernah menyetujui vaksin DNA, sehingga ini akan jadi pertanyaan besar. Walau kandidat vaksin merupakan RNA yang berbeda dari DNA tetapi keduanya adalah tipe asam nukleat.

Lagipula kalaupun sudah ditemukan dan disetujui pertanyaan selanjutnya adalah apakah suplai vaksin dapat memenuhi kebutuhan global. Rasanya ini akan sangat sulit. Untuk melakukan vaksinasi terhadap tenaga medis satu kali saja setidaknya butuh miliaran dosis.

Sehingga kapasitas produksi vaksin di berbagai produsen sangat menentukan kecukupan suplai vaksin. Kalau pun tidak cukup maka vaksin akan lebih diprioritaskan untuk negara yang menemukan dan harganya pun mahal. Akhirnya akses setiap negara terhadap vaksin pun jadi tak merata.

Tantangan lain yang juga paling penting adalah menciptakan vaksin yang efektif. Namun efektivitas vaksin juga sangat tergantung dari karakteristik patogen itu sendiri. Apakah patogennya mudah lolos atau tidak. Jika laju mutasi virus tinggi dan patogen berevolusi dengan cepat maka efektivitas suatu vaksin cenderung rendah.

Virus corona merupakan virus yang tergolong ke dalam RNA virus karena memiliki materi genetik berupa RNA. Menurut berbagai publikasi yang dimuat di Journal Plos One dan kajian yang dilakukan oleh John Hopkins University virus RNA memiliki laju mutasi yang tinggi dan berevolusi dengan cepat. Hal ini membuat pengembangan vaksin yang efektif jadi pekerjaan yang sangat menantang. 

Dengan adanya kemajuan teknologi memang membuat pengembangan vaksin terjadi dengan pesat. Sampai saat ini belum ada vaksin corona yang efektif dan pengembangan vaksin masih terus dilakukan. Namun tantangan besar untuk mewujudkan vaksinasi global menanti di depan mata untuk dihadapi dan dicari solusinya.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular