
Kalau AS-China Sampai Berperang, Siapa Jawara di Medan Laga?
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
18 May 2020 15:42

Jakarta, CNBC Indonesia - Hubungan antara Amerika Serikat (AS) dan China kembali memanas. Romansa guyub rukun yang sempat dibangun keduanya pada awal tahun ini kian pudar. Bahkan ada yang mengatakan dua kubu bisa saling adu jotos alias konfrontasi militer. Kalau hal ini terjadi, siapa yang diunggulkan?
Sang Mr. Tariff Donald Trump lagi-lagi naik pitam. Presiden ke-45 Amerika Serikat (AS) itu menuding dan menyalahkan China karena dinilai telah menutupi dan gagal dalam menangani wabah sehingga dampaknya bisa meluas dan jadi pandemi seperti sekarang.
Kekesalan Trump bukan tanpa sebab. Ia kesal bukan main karena kini AS menjadi episentrum wabah di dunia. Sudah lebih dari 1,4 juta orang AS dinyatakan positif terinfeksi virus corona (Covid-19).
Tak hanya kesehatan masyarakatnya yang dirongrong oleh sang virus, ekonomi AS pun sampai terbatuk-batuk dibuatnya. Tengok saja pertumbuhan ekonomi negatif kuartalan yang mencapai minus 4,8% (annualized), ditambah dengan tingkat pengangguran yang melesat mencapai 14,7%. Dampak pandemi ini bahkan lebih besar ketimbang krisis-krisis yang terjadi sebelumnya.
Walau Washington DC dan Beijing masih terus bernegosiasi soal hubungan dagang keduanya. Trump sudah terlanjur jengkel dan tak tertarik. Berbagai siasat ia tempuh. Mulai dari ancaman tarif baru, memindahkan rantai pasok global dari China, menjegal perusahaan teknologi China Huawei hingga memutus hubungan dengan mitra dagangnya itu.
Akibat digempur terus-terusan, China pun gerah. Soal penjegalan Huawei oleh AS, kementerian perdagangan China akan mengambil berbagai langkah untuk melindungi hak dan kepentingan sah perusahaan China.
Konflik yang terus berkepanjangan ini dikhawatirkan berbuntut pada gesekan atau friksi di medan laga. Bahkan seorang Profesor dari Turki memprediksi keduanya akan terlibat dalam perang panas. Bukan lagi perang dingin!
"Jadi Perang Dunia Ketiga dimulai antara kekuatan besar, dan duel abad ke-21 akan menjadi duel terakhir antara Washington dan Beijing," kata Mesut Hakki Casin, seorang profesor hukum di Universitas Yeditepe Istanbul, mengutip Anadolu Agency media pemberitaan Turki. "Saya percaya konflik di sini akan melalui Korea Selatan dan Utara," tambahnya.
Jika keduanya terlibat dalam adu kekuatan sampai sejauh ini AS masih diunggulkan dari segi militer. Mengutip kajian Global Fire Power (GFP), kekuatan militer AS adalah yang nomor wahid di planet bumi, disusul Rusia baru China.
Namun jika ditelisik lebih jauh tidak serta merta China kalah telak untuk semua aspek dari Negeri Paman Sam. Mari intip beberapa aspek yang jadi acuan mengapa GFP bisa menobatkan militer AS menjadi yang paling ditakuti di dunia ini.
Beberapa aspek yang ditinjau oleh GFP antara lain jumlah dan kelengkapan personel militer, alutsista Angkatan Darat (AD), Angkatan Udara (AU) hingga Angkatan Laut (AL). Tak hanya itu GFP juga meninjau hal lain yang menunjang seperti logistik dan infrastruktur, anggaran pertahanan hingga faktor geografis dan sumber daya alam.
Jika dilihat dari personel, jumlah personel militer AS masih kalah dengan China. Maklum ukuran populasi China juga empat kali ukuran populasi AS. Sehingga jika jumlah personelnya cenderung lebih banyak wajar saja karena SDM-nya melimpah.
Sumber : GFP
Untuk aspek alustsista AD, China cenderung lebih unggul dibandingkan AS. Negeri Adidaya itu hanya unggul dari Negeri Tirai Bambu dalam hal jumlah tank dan kendaraan ber-armor. Sementara untuk sisanya seperti artileri dan proyektor roket secara jumlah masih kalah.
Sumber : GFP
Kemdian beralih ke kelengkapan alutsista AU, jelas di sini militer AS menang mutlak dari China. AS memiliki jauh lebih banyak pesawat dan jet tempur bahkan hingga helikopter dibandingkan Negeri Panda.
Sumber : GFP
Sementara jika mengacu pada alutsista AL, China relatif lebih diunggulkan. Untuk poin ini, AS hanya unggul dari segi jumlah aircraft carrier & destroyer. Sampai di sini semakin terlihat di mana letak keunggulan masing-masing militer.
Sumber : GFP
Jika dilihat dari segi finansial, AS memiliki anggaran yang jauh lebih besar dari China untuk membiayai berbagai program pertahanannya. Anggaran program pertahanan militer AS mencapai US$ 750 miliar sementara China hanya US$ 237 miliar.
Walau militer AS masih jadi yang paling kuat bukan jaminan Paman Sam akan menang dalam adu jotos ini. Lagipula yang namanya perang tak melulu soal siapa lebih punya banyak senjata.
Ada strategi dan taktik di sana. Faktor lain yang juga berpengaruh adalah siapa berkongsi kepada kubu mana, dukungan berbagai pihak jelas mempunyai andil dalam hal siapa yang diunggulkan.
Namun ingat, yang namanya perang tetaplah perang. Ujung-ujungnya lagi-lagi kalah jadi abu menang jadi arang. Sama-sama merugi. Perang hanya akan memberikan dampak negatif secara negatif (net negative) untuk moral, kemanusiaan, ekonomi dan peradaban.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article Kenali Ciri & Gejala Virus Corona, Ini Penjelasan IDI
Sang Mr. Tariff Donald Trump lagi-lagi naik pitam. Presiden ke-45 Amerika Serikat (AS) itu menuding dan menyalahkan China karena dinilai telah menutupi dan gagal dalam menangani wabah sehingga dampaknya bisa meluas dan jadi pandemi seperti sekarang.
Kekesalan Trump bukan tanpa sebab. Ia kesal bukan main karena kini AS menjadi episentrum wabah di dunia. Sudah lebih dari 1,4 juta orang AS dinyatakan positif terinfeksi virus corona (Covid-19).
Walau Washington DC dan Beijing masih terus bernegosiasi soal hubungan dagang keduanya. Trump sudah terlanjur jengkel dan tak tertarik. Berbagai siasat ia tempuh. Mulai dari ancaman tarif baru, memindahkan rantai pasok global dari China, menjegal perusahaan teknologi China Huawei hingga memutus hubungan dengan mitra dagangnya itu.
Akibat digempur terus-terusan, China pun gerah. Soal penjegalan Huawei oleh AS, kementerian perdagangan China akan mengambil berbagai langkah untuk melindungi hak dan kepentingan sah perusahaan China.
Konflik yang terus berkepanjangan ini dikhawatirkan berbuntut pada gesekan atau friksi di medan laga. Bahkan seorang Profesor dari Turki memprediksi keduanya akan terlibat dalam perang panas. Bukan lagi perang dingin!
"Jadi Perang Dunia Ketiga dimulai antara kekuatan besar, dan duel abad ke-21 akan menjadi duel terakhir antara Washington dan Beijing," kata Mesut Hakki Casin, seorang profesor hukum di Universitas Yeditepe Istanbul, mengutip Anadolu Agency media pemberitaan Turki. "Saya percaya konflik di sini akan melalui Korea Selatan dan Utara," tambahnya.
Jika keduanya terlibat dalam adu kekuatan sampai sejauh ini AS masih diunggulkan dari segi militer. Mengutip kajian Global Fire Power (GFP), kekuatan militer AS adalah yang nomor wahid di planet bumi, disusul Rusia baru China.
Namun jika ditelisik lebih jauh tidak serta merta China kalah telak untuk semua aspek dari Negeri Paman Sam. Mari intip beberapa aspek yang jadi acuan mengapa GFP bisa menobatkan militer AS menjadi yang paling ditakuti di dunia ini.
Beberapa aspek yang ditinjau oleh GFP antara lain jumlah dan kelengkapan personel militer, alutsista Angkatan Darat (AD), Angkatan Udara (AU) hingga Angkatan Laut (AL). Tak hanya itu GFP juga meninjau hal lain yang menunjang seperti logistik dan infrastruktur, anggaran pertahanan hingga faktor geografis dan sumber daya alam.
Jika dilihat dari personel, jumlah personel militer AS masih kalah dengan China. Maklum ukuran populasi China juga empat kali ukuran populasi AS. Sehingga jika jumlah personelnya cenderung lebih banyak wajar saja karena SDM-nya melimpah.
Indikator Personel | AS | China | Diunggulkan |
Total personel militer | 2260000 | 2693000 | China |
Personel aktif | 1400000 | 2183000 | China |
Personel cadangan | 860000 | 510000 | AS |
Untuk aspek alustsista AD, China cenderung lebih unggul dibandingkan AS. Negeri Adidaya itu hanya unggul dari Negeri Tirai Bambu dalam hal jumlah tank dan kendaraan ber-armor. Sementara untuk sisanya seperti artileri dan proyektor roket secara jumlah masih kalah.
Indikator AD | AS | China | Diunggulkan |
Tank | 6289 | 3500 | AS |
Armored Vehicles | 39253 | 33000 | AS |
Self Propelled Artilery | 1465 | 3800 | China |
Towed Artillery | 2740 | 3600 | China |
Rocket Projectors | 1366 | 2650 | China |
Kemdian beralih ke kelengkapan alutsista AU, jelas di sini militer AS menang mutlak dari China. AS memiliki jauh lebih banyak pesawat dan jet tempur bahkan hingga helikopter dibandingkan Negeri Panda.
Indikator AU | AS | China | Diunggulkan |
Total | 13264 | 3210 | AS |
Fighters | 2085 | 1232 | AS |
Dedicated Attack | 715 | 371 | AS |
Transport | 945 | 224 | AS |
Trainer | 2643 | 314 | AS |
Spcial mission | 742 | 111 | AS |
Helicopters | 5768 | 911 | AS |
Attcak helicopters | 967 | 281 | AS |
Sementara jika mengacu pada alutsista AL, China relatif lebih diunggulkan. Untuk poin ini, AS hanya unggul dari segi jumlah aircraft carrier & destroyer. Sampai di sini semakin terlihat di mana letak keunggulan masing-masing militer.
Indikator AL | AS | China | Diunggulkan |
Total Assets | 490 | 777 | China |
Aircraft carrier | 20 | 2 | AS |
Destroyer | 91 | 36 | AS |
Frigates | 0 | 52 | China |
Corvettes | 19 | 50 | China |
Submarine | 66 | 74 | China |
Patrol | 13 | 220 | China |
Mine warfare | 11 | 29 | China |
Jika dilihat dari segi finansial, AS memiliki anggaran yang jauh lebih besar dari China untuk membiayai berbagai program pertahanannya. Anggaran program pertahanan militer AS mencapai US$ 750 miliar sementara China hanya US$ 237 miliar.
Walau militer AS masih jadi yang paling kuat bukan jaminan Paman Sam akan menang dalam adu jotos ini. Lagipula yang namanya perang tak melulu soal siapa lebih punya banyak senjata.
Ada strategi dan taktik di sana. Faktor lain yang juga berpengaruh adalah siapa berkongsi kepada kubu mana, dukungan berbagai pihak jelas mempunyai andil dalam hal siapa yang diunggulkan.
Namun ingat, yang namanya perang tetaplah perang. Ujung-ujungnya lagi-lagi kalah jadi abu menang jadi arang. Sama-sama merugi. Perang hanya akan memberikan dampak negatif secara negatif (net negative) untuk moral, kemanusiaan, ekonomi dan peradaban.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article Kenali Ciri & Gejala Virus Corona, Ini Penjelasan IDI
Most Popular