
Corona Global
Pimpinan Eropa Sebut Vaksin Mungkin Tak Ditemukan, Kok Tega?
Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
18 May 2020 10:31

Jakarta, CNBC Indonesia - Dua pemimpin negara di wilayah Eropa secara blak-blakan memberitahu rakyatnya bahwa dunia perlu beradaptasi untuk hidup berdampingan dengan virus corona. Keduanya menyatakan rakyat tidak bisa menunggu untuk diselamatkan oleh vaksin-vaksin yang sedang dikembangkan kini.
Pernyataan yang diungkapkan secara terpisah oleh Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte dan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson datang ketika negara-negara di seluruh dunia mulai berjuang memulai kembali ekonomi negara mereka yang hancur akibat pandemi COVID-19.
Mendapat dorongan keras dari para pemimpin regional Italia, PM Conte mulai mengizinkan restoran, bar, fasilitas pantai, pelayanan gereja dan toko dapat dilanjutkan dan dibuka kembali pada hari Senin (18/5/2020).
"Kami menghadapi risiko yang diperhitungkan, dalam kesadaran ... bahwa kurva epidemiologis dapat naik kembali. Kami menghadapi risiko ini, dan kami harus menerimanya, kalau tidak, kami tidak akan pernah bisa meluncurkan lagi," kata Conte dikutip dari CNBC Indonesia.
Conte menambahkan bahwa Italia "tidak mampu" menunggu sampai vaksin dikembangkan. Para ahli kesehatan dunia mengatakan vaksin bisa dikembangkan selama berbulan-bulan, dan bahkan bertahun-tahun, meskipun kini para ilmuwan sedang berlomba-lomba mengembangkan vaksin virus dengan nama resmi SARS-CoV-2 ini.
"Kami akan menemukan diri kami dengan kain sosial dan produktif kami rusak berat," kata Conte.
Ekonomi Italia sendiri diperkirakan akan berkontraksi sebanyak 9% tahun ini akibat diberlakukannya aturan penguncian (lockdown) yang ketat untuk menekan angka penularan COVID-19.
Sementara itu, PM Inggris Boris Johnson, yang sempat dirawat akibat terjangkit COVID-19, berspekulasi pada Minggu (17/5/2020) bahwa vaksin mungkin tidak dikembangkan sama sekali. Meskipun ada upaya global yang besar untuk menghasilkan satu vaksin.
"Saya katakan kami akan membuang segala yang kami bisa untuk menemukan vaksin," tulis Johnson dalam surat kabar Mail on Sunday. "Masih ada jalan yang sangat panjang, dan saya harus jujur bahwa vaksin mungkin tidak membuahkan hasil."
Johnson menyatakan Inggris akan mengambil "langkah kecil" menuju pembukaan kembali. Ia berujar tengah "berusaha melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan sebelumnya, memindahkan negara keluar dari aturan penguncian".
"Terlepas dari upaya ini, kita harus mengakui bahwa kita mungkin perlu hidup dengan virus ini untuk beberapa waktu mendatang," tulis Johnson.
Pemimpin Konservatif mengatakan, Inggris perlu menemukan cara baru untuk mengendalikan virus, termasuk pengujian lebih lanjut untuk orang yang memiliki gejala dan melacak kontak orang yang terinfeksi. Seorang menteri mengatakan bahwa 17.200 orang telah direkrut untuk menjadi pelacak kontak pasien positif COVID-19.
Sejauh ini, menurut data Worldometers, sudah ada 4.801.875 kasus terjangkit secara global. Dengan 316.671 kematian dan 1.858.170 pasien yang berhasil sembuh.
Italia dan Inggris sendiri berada dalam 10 besar kasus terjangkit terbanyak secara global. Inggris berada di posisi ke-4 dengan 243.695 kasus positif dan 34.636 kematian.
Sedangkan Italia berada di urutan ke-6 dengan 225.435 kasus positif. Di mana ada 31.908 kematian, 125.176 sembuh.
(sef/sef) Next Article Malapetaka di Eropa Makin Ngeri, Giliran Italia 'Teriak'
Pernyataan yang diungkapkan secara terpisah oleh Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte dan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson datang ketika negara-negara di seluruh dunia mulai berjuang memulai kembali ekonomi negara mereka yang hancur akibat pandemi COVID-19.
"Kami menghadapi risiko yang diperhitungkan, dalam kesadaran ... bahwa kurva epidemiologis dapat naik kembali. Kami menghadapi risiko ini, dan kami harus menerimanya, kalau tidak, kami tidak akan pernah bisa meluncurkan lagi," kata Conte dikutip dari CNBC Indonesia.
Conte menambahkan bahwa Italia "tidak mampu" menunggu sampai vaksin dikembangkan. Para ahli kesehatan dunia mengatakan vaksin bisa dikembangkan selama berbulan-bulan, dan bahkan bertahun-tahun, meskipun kini para ilmuwan sedang berlomba-lomba mengembangkan vaksin virus dengan nama resmi SARS-CoV-2 ini.
"Kami akan menemukan diri kami dengan kain sosial dan produktif kami rusak berat," kata Conte.
Ekonomi Italia sendiri diperkirakan akan berkontraksi sebanyak 9% tahun ini akibat diberlakukannya aturan penguncian (lockdown) yang ketat untuk menekan angka penularan COVID-19.
Sementara itu, PM Inggris Boris Johnson, yang sempat dirawat akibat terjangkit COVID-19, berspekulasi pada Minggu (17/5/2020) bahwa vaksin mungkin tidak dikembangkan sama sekali. Meskipun ada upaya global yang besar untuk menghasilkan satu vaksin.
"Saya katakan kami akan membuang segala yang kami bisa untuk menemukan vaksin," tulis Johnson dalam surat kabar Mail on Sunday. "Masih ada jalan yang sangat panjang, dan saya harus jujur bahwa vaksin mungkin tidak membuahkan hasil."
![]() FILE - In this Sunday March 22, 2020 file photo British Prime Minister Boris Johnson gestures during his daily COVID 19 coronavirus press briefing to announce new measures to limit the spread of the virus, at Downing Street in London. The British prime minister's office says Boris Johnson will return to work Monday April 27, 2020, two weeks after he was discharged from a London hospital where he was treated for the new coronavirus. (Ian Vogler / Pool via AP, File) |
Johnson menyatakan Inggris akan mengambil "langkah kecil" menuju pembukaan kembali. Ia berujar tengah "berusaha melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan sebelumnya, memindahkan negara keluar dari aturan penguncian".
"Terlepas dari upaya ini, kita harus mengakui bahwa kita mungkin perlu hidup dengan virus ini untuk beberapa waktu mendatang," tulis Johnson.
Pemimpin Konservatif mengatakan, Inggris perlu menemukan cara baru untuk mengendalikan virus, termasuk pengujian lebih lanjut untuk orang yang memiliki gejala dan melacak kontak orang yang terinfeksi. Seorang menteri mengatakan bahwa 17.200 orang telah direkrut untuk menjadi pelacak kontak pasien positif COVID-19.
Sejauh ini, menurut data Worldometers, sudah ada 4.801.875 kasus terjangkit secara global. Dengan 316.671 kematian dan 1.858.170 pasien yang berhasil sembuh.
Italia dan Inggris sendiri berada dalam 10 besar kasus terjangkit terbanyak secara global. Inggris berada di posisi ke-4 dengan 243.695 kasus positif dan 34.636 kematian.
Sedangkan Italia berada di urutan ke-6 dengan 225.435 kasus positif. Di mana ada 31.908 kematian, 125.176 sembuh.
(sef/sef) Next Article Malapetaka di Eropa Makin Ngeri, Giliran Italia 'Teriak'
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular