
Penjualan Mobil di April Terjun 90%, Terparah dari Krisis 98
Ferry Sandi, CNBC Indonesia
16 May 2020 07:42

Jakarta, CNBC Indonesia - Gabungan Industri Kendaraan Bermotor (Gaikindo) melaporkan data penjualan mobil pada April 2020, Jumat (15/5/2020). Berdasarkan data, penjualan mobil pada April 2020 tercatat hanya 7.871 unit atau ambles 90,6% (year on year/yoy) dibandingkan April 2019 yang tercatat 84.056 unit.
Adapun dibandingkan Maret 2020, penjualan juga drop sangat parah atau turun sebesar 89,7%. Pada Maret 2020 penjualan sempat masih tercatat 76.811 unit atau hanya turun 15% dibandingkan dengan Maret 2019 yang masih mencatatkan penjualan 90.368 unit.
Penjualan mobil Maret 2020 adalah sempat yang terendah selama 9 bulan terakhir. Ini karena pada Juni 2019 sempat penjualan hanya mencapai 59.600 unit, tapi itu karena ada libur lebaran 2019.
Gaikindo menyebut penjualan pada April 2020 sebagai torehan penurunan penjualan yang terburuk dalam sejarah penjualan mobil di Indonesia.
Penjualan mobil yang turun parah ini memang tak terlepas dari dampak pandemi Covid-19 yang sangat memukul sektor otomotif, sampai membuat pabrik-pabrik mobil tutup atau mengurangi produksi.
Apakah ini tanda-tanda krisis?
Pemerhati otomotif Munawar Chalil mengatakan situasi penjualan mobil yang drop saat ini berbeda dengan kondisi 1998. Ia masih optimistis bila wabah Covid-19 reda, penjualan mobil akan pulih lagi asalkan bisa segera teratasi. Sedangkan bila sebaliknya bisa berbahaya.
"Ini kan beda dengan krisis 1998. Sekarang orang nggak beli mobil karena ada PSBB. Ngapain saya beli mobil kalau saya nggak boleh keluar rumah? Kalau dulu 1998 memang orang nggak punya duit akibat kurs rupiah yang nyungsep. Menurut saya sih saat ini masyarakat punya duit," katanya kepada CNBC Indonesia, Jumat (15/5/2020).
Dalam catatan di atas kertas, setidaknya selama 23 tahun rekor terburuk penjualan mobil tahunan memang terjadi pada 1998, saat itu penjualan mobil hanya terjual 58.250 unit dan pada 1999 sempat sedikit naik jadi 93.813 unit.
Saat puncak krisis 1998 terjadi, misalnya pada Februari penjualan mobil drop 53% dibandingkan Januari, lalu saat terjadi kerusuhan pada Mei 1998 penjualan mobil juga jatuh 53% hanya 2.131 unit dibandingkan April 1998. Penurunan ini memang tak separah pada April 2020.
Namun, Munawar Chalil mengingatkan bila kondisi ini terus berlanjut berkepanjangan memang akan berbahaya. Apalagi banyak perusahaan berada dalam tekanan berat dan pendapatan masyarakat lama-lama tergerus apalagi banyak sudah terjadi PHK dan dirumahkan.
(miq/miq) Next Article Waspada, Ada Krisis Baru Mengancam Industri Mobil Nasional
Adapun dibandingkan Maret 2020, penjualan juga drop sangat parah atau turun sebesar 89,7%. Pada Maret 2020 penjualan sempat masih tercatat 76.811 unit atau hanya turun 15% dibandingkan dengan Maret 2019 yang masih mencatatkan penjualan 90.368 unit.
Penjualan mobil Maret 2020 adalah sempat yang terendah selama 9 bulan terakhir. Ini karena pada Juni 2019 sempat penjualan hanya mencapai 59.600 unit, tapi itu karena ada libur lebaran 2019.
Penjualan mobil yang turun parah ini memang tak terlepas dari dampak pandemi Covid-19 yang sangat memukul sektor otomotif, sampai membuat pabrik-pabrik mobil tutup atau mengurangi produksi.
Apakah ini tanda-tanda krisis?
Pemerhati otomotif Munawar Chalil mengatakan situasi penjualan mobil yang drop saat ini berbeda dengan kondisi 1998. Ia masih optimistis bila wabah Covid-19 reda, penjualan mobil akan pulih lagi asalkan bisa segera teratasi. Sedangkan bila sebaliknya bisa berbahaya.
"Ini kan beda dengan krisis 1998. Sekarang orang nggak beli mobil karena ada PSBB. Ngapain saya beli mobil kalau saya nggak boleh keluar rumah? Kalau dulu 1998 memang orang nggak punya duit akibat kurs rupiah yang nyungsep. Menurut saya sih saat ini masyarakat punya duit," katanya kepada CNBC Indonesia, Jumat (15/5/2020).
Dalam catatan di atas kertas, setidaknya selama 23 tahun rekor terburuk penjualan mobil tahunan memang terjadi pada 1998, saat itu penjualan mobil hanya terjual 58.250 unit dan pada 1999 sempat sedikit naik jadi 93.813 unit.
Saat puncak krisis 1998 terjadi, misalnya pada Februari penjualan mobil drop 53% dibandingkan Januari, lalu saat terjadi kerusuhan pada Mei 1998 penjualan mobil juga jatuh 53% hanya 2.131 unit dibandingkan April 1998. Penurunan ini memang tak separah pada April 2020.
Namun, Munawar Chalil mengingatkan bila kondisi ini terus berlanjut berkepanjangan memang akan berbahaya. Apalagi banyak perusahaan berada dalam tekanan berat dan pendapatan masyarakat lama-lama tergerus apalagi banyak sudah terjadi PHK dan dirumahkan.
(miq/miq) Next Article Waspada, Ada Krisis Baru Mengancam Industri Mobil Nasional
Most Popular