Bagaimana Nasib Proyek Gasifikasi Batu Bara Kala Corona?

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
15 May 2020 19:53
Infografis: MENUJU ERA BARU
Foto: Infografis/MENUJU ERA BARU "BATU BARA HIJAU"/Arie Pratama
Jakarta, CNBC Indonesia - Holding Pertambangan (MIND ID) mengaku akan mendukung proyek gasifikasi selama proyek tersebut menguntungkan dan memberikan dampak positif. Proyek gasifikasi akan dikerjakan Bukit Asam berpartner dengan PT Pertamina (Persero) dan perusahaan asal Amerika Serikat (AS), Air Products and Chemicals, Inc.

"Kalau dari kami sih mendukung selama proyek itu menguntungkan dan secara komprehensif memberikan dampak yang positif," ungkap Direktur Utama Holding Pertambangan (MIND ID) Orias Petrus Moedak dalam konferensi pers virtual, Jumat, (15/05/2020).

Lebih lanjut ia mengatakan proyek ini bagian dari rencana PT Bukit Asam (PTBA) untuk melakukan kegiatan sehingga tidak hanya sekedar menjual batu bara. "Tapi pelaksanaan tergantung pada masing masing anak usaha, dalam hal ini PTBA yang bisa ditanyakan ke Pak Arviyan," paparnya.

Sebelumnya, Direktur Utama PT Bukit Asam (PTBA) Arviyan Arifin menegaskan bahwa proyek gasifikasi batu bara tak ikut terdampak penyebaran virus corona. Hal ini jadi pembahasan dalam rapat koordinasi tentang 'Pembangunan Gasifikasi Batu Bara di Tanjung Enim'.



"Jadi yang saya tegasin ya, soal gasifikasi ini enggak ada berkaitan dengan corona. Tetap proses jalan terus," ungkapnya di kantor Kemenko Perekonomian, Selasa (03/03/20).

Adapun proyek gasifikasi ini merupakan kerja sama hilirisasi mulut tambang menjadi dimethylether (DME). Melalui teknologi gasifikasi, batubara akan diubah menjadi syngas yang kemudian akan diproses kembali menjadi produk akhir (jadi).

Namun, selama pandemi kemarin Arviyan menjelaskan, harga batu bara turun sampai 30% karena permintaan yang melemah. Hal ini terimbas dari pandemi Covid-19 yang menyebabkan sejumlah negara yang menjadi tujuan ekspor PTBA seperti India menerapkan kebijakan karantina wilayah atau lockdown yang dampaknya baru akan kemungkinan terasa di kuartal kedua 2020.

Karenanya, perseroan menyiasatinya dengan membidik alternatif pasar baru seperti Vietnam, Kamboja, Hong Kong dan Taiwan. Selain itu, perseroan juga melakukan efisiensi dar sisi biaya operasional.

"Kita sekarang lagi mempelajari untuk melihat kemungkinan memperbaiki atau merevisi target supaya lebih realistis dan ini sekarang kita exercise. Pada saat kondisi ini seperti ini hampir semua bisnis melakukan revisi terhadap target bisnisnya, bukan hanya penjualan, produksi karena ini pengaruh dari lemahnya permintaan," kata Arviyan, dalam paparan virtual, Senin (4/5/2020).

[Gambas:Video CNBC]




(gus) Next Article Pengamat Soal Obral Insentif di Proyek Gasifikasi Batu Bara

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular