Ekonominya Bangkit, Barang Made in China Kembali Banjiri RI

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
15 May 2020 12:48
Para pekerja membuat bendera China di sebuah pabrik menjelang peringatan berdirinya Republik Rakyat China yang ke-70, di Jiaxing, Zhejiang, Cina, (25/9/2019).( REUTER / Stringer )
Foto: Para pekerja membuat bendera China di sebuah pabrik menjelang peringatan berdirinya Republik Rakyat China yang ke-70, di Jiaxing, Zhejiang, Cina, (25/9/2019).( REUTER / Stringer )
Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonomi China pulih dengan sangat cepat dari hantaman pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Pemulihan ekonomi Negeri Tirai Bambu membuat produk made in China kembali merambah ke seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Serangan virus corona bermula dari Kota Wuhan, ibu kota Provinsi Hubei. China adalah negara yang paling awal menderita akibat virus tersebut. Pada suatu masa, lebih dari 90% pasien positif corona di seluruh dunia ada di China.

Namun pemerintah China bergerak cepat dan tanggap. Kota Wuhan dan sejumlah daerah lain yang berstatus rawan 'dikunci' dengan karantina wilayah (lockdown).

Warga benar- benar tidak boleh keluar rumah kecuali untuk urusan yang maha mendesak, transportasi publik tidak beroperasi, akses masuk/keluar wilayah ditutup rapat. Pemerintah juga membangun rumah sakit darurat untuk menampung pasien yang tidak bisa dirawat di rumah sakit konvensional.

Kesungguhan dan determinasi China melawan virus corona membuahkan hasil. Kala kasus corona di negara-negara lain meroket sampai ratusan ribu bahkan jutaan, jumlah pasien positif di China stabil di kisaran 80.000-an sejak awal Maret sampai saat ini.




China sudah melalui puncak pandemi virus corona, kalau tidak ada gelombang serangan kedua maka jumlah kasus sangat mungkin mulai turun dalam waktu dekat. Oleh karena itu, China berhak untuk membuka kembali kerang aktivitas publik.

Kota Wuhan yang 'digembok' sejak 23 Januari kembali dibuka pada 30 Maret. Begitu pula dengan daerah-daerah lain. Meski protokol kesehatan tetap ditegakkan, tetapi api mesin ekonomi China sudah menyala kembali.

Aktivitas manufaktur di China kembali bergeliat. Pada April 2020, produksi industri China tumbuh 3,9% year-on-year (YoY), catatan positif pertama sejak minus selama dua bulan beruntun.





China adalah pemain kunci di rantai pasok manufaktur global. Peningkatan produksi di China akan membuat barang mereka akan kembali membanjiri pasar dunia, termasuk Indonesia.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan impor non-migas dari China pada April 2020 bernilai US$ 3,75 miliar. Melonjak 25,53% dibandingkan bulan sebelumnya.




Secara kumulatif, nilai impor non-migas dari China sepanjang Januari-April 2020 adalah US$ 12,66 juta. Angka ini mencapai 27,81% dari total impor non-migas.



"Impor dari Tiongkok meningkat US$ 762,3 juta (dibandingkan Maret), menunjukkan recovery dari tiongkok sudah cukup bagus. Pada April ini, impor terbesar dari Tiongkok adalah parts of transmission aparatus, garlic, dan laptop," kata Suhariyanto, Kepala BPS.

Melihat kemajuan China, tidak heran Morgan Stanley menyebut negara ini adalah yang paling awal bangkit dari terjangan virus corona. Morgan Stanley membagi fase pemulihan ekonomi berbagai negara dalam empat kelompok besar.

Kelompok pertama hanya ada satu negara yaitu China. Sebagai negara yang paling awal terpukul, China juga menjadi negara yang paling bangkit paling duluan. Bahkan Morgan Stanley memperkirakan ekonomi China bisa kembali ke level sebelum pandemi virus corona paling cepat pada kuartal III-2020.

Kelompok kedua beranggotakan Filipina, India, dan Indonesia. Ekonomi di tiga negara ini bisa pulih dengan cepat karena minimnya eksposur terhadap rantai pasok global. Konsumsi domestik yang kuat membuat Filipina, India, dan Indonesia punya keunggulan yang tidak dimiliki negara-negara lain.


Kelompok ketiga adalah Korea Selatan dan Taiwan. Dua negara ini punya ketergantungan yang tinggi terhadap ekspor, sehingga kalau permintaan dunia belum pulih maka sulit untuk bangkit.

Kelompok terakhir adalah Thailand, Malaysia, Hong Kong, dan Singapura. Selain tergantung kepada ekspor, negara-negara ini juga menerapkan lockdown sehingga permintaan domestik juga anjlok. Pukulan ganda ini membuat ekonomi Thailand dkk butuh waktu lebih lama untuk pulih.


TIM RISET CNBC INDONESIA



(aji/aji) Next Article Kenali Ciri & Gejala Virus Corona, Ini Penjelasan IDI

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular