Ngeri Krisis Pangan, RI Genjot 1,8 Juta Ha Lahan Pertanian

Savira Wardoyo, CNBC Indonesia
14 May 2020 20:50
Suasana luas area lahan pertanian di Kecamatan Cibarusah yang mengalami kekeriangan akibat musim kemarau, Desa Ridogalih, Cibarusa, Jawa Barat. Dikutip berita Cikarang.com Camat Cibarusah, Enop Can mengatakan saat ini terdapat kurang lebih 50 hektar lahan pertanian yang ada di wilayahnya mengalami kekeringan. Lahan pertanian itu tersebar di 3 desa, yakni Ridogalih, Ridomanah dan Sirnajati. berdasarkan data Dinas Pertanian Kabupaten Bekasi per tanggal 15 Juni 2019, dari total 22.174 hektare lahan pertanian yang tersebar di 23 kecamatan di Kabupaten Bekasi, sebanyak 791 hektar telah dilanda kekeringan. Kekeringan lahan pertanian di Kabupaten Bekasi terjadi di 3 kecamatan yakni Bojongmangu 716 hektar, Sukatani 47 hektar dan Cibarusah 28 hektar. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Suasana lahan pertanian yang mengalami kekeriangan akibat musim kemarau, Desa Ridogalih di Kecamatan Cibarusah, Jawa Barat, Senin (8/7/2019). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Abdul Halim Iskandar meyakini krisis pangan akan terjadi di dunia dan di Indonesia, pasca Covid-19 bila tak segera diantisipasi. Badan Pangan Dunia (FAO) sudah mewanti-wanti soal risiko kelangkaan pangan saat pandemi dan setelahnya.

Guna mengantisipasi hal tersebut, Halim tengah mempersiapkan intensifikasi 1,8 juta hektare (Ha) lahan pertanian, dengan memaksimalkan dana desa yang dialokasikan untuk pelaksanaan Padat Karya Tunai Desa (PKTD) di kawasan transmigrasi.

"Jadi ada 1,8 juta hektare lahan pertanian di 3,2 juta hektare kawasan transmigrasi yang tersebar," ujarnya, Kamis (14/5)

"Dana PKTD itu untuk intensifikasi padi, dengan total dana Rp 94 miliar, akan teralokasi di 243 desa," tambahnya

Adapun skema perencanaan oleh Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi terkait ketahanan pangan, ada dua, yakni intensifikasi dan ekstensifikasi dan diversifikasi pangan. Namun pihaknya hanya terfokus pada intensifikasi dan diversifikasi.



"Bicara soal ekstensifikasi, tentu tidak proporsional, karena kita tidak memiliki kapasitas untuk itu," jelasnya.

Adapun syarat pada pola intensifikasi transmigrasi, ada lima, yakni lahan, tenaga kerja, adanya bibit unggul dan pupuk, mekanisasi dan irigasi, off taker guna mempermudah pendistribusian hasil panen bisa dan mitra kerja, di antaranya adalah bank.

Halim menyebut, Indonesia memiliki banyak potential yang dapat dimanfaatkan. Melihat dari jumlah penduduk yang sangat banyak, jika dibandingkan dengan negara lain, sumber daya alam yang tersebar di tiap wilayah dan teknologi, yang menurutnya masih menjadi PR penting untuk dikejar.

"Saya yakin, jika ketiganya bisa dikuasi dengan benar, Indonesia akan menjadi pemenang dalam menghadapi tantangan global hari ini, saat Covid-19 maupun pasca covid-19," katanya.

Ia pun berharap, langkah ini menjadi solusi yang rasional yang dapat dikelola, dengan ikut mengambil bagian dalam ketahanan pangan Indonesia, dalam menghadapi pasca Covid-19 dan situasi global di masa-masa yang akan datang.

Pemerintah mengalokasikan anggaran dana desa 2020 sebesar Rp 72 triliun dengan skema pencairan 40 persen di tahap pertama, 40 persen di tahap kedua, dan 20 persen di tahap ketiga.

Selain untuk bantuan sosial, dana desa juga akan diarahkan untuk pelaksanaan program padat karya tunai desa. Program ini menyasar banyak orang sekaligus dalam satu kali pelaksanaan dengan skema pemberian upah bisa harian atau mingguan atau bentuk lain yang disepakati. PKTD di desa misalnya adalah membuat jalan desa, membangun embung, pengembangan desa mandiri benih atau untuk pembangunan rumah secara swadaya.

[Gambas:Video CNBC]




(hoi/hoi) Next Article RI Terancam Krisis Pangan, Produksi Padi Digenjot

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular