
ICP Anjlok ke US$ 20, SKK: Investasi Migas Mengkhawatirkan
Anisatul Umah, CNBC Indonesia
14 May 2020 14:24

Jakarta, CNBC Indonesia - Pukulan berat dirasakan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) dampak dari anjloknya harga rata-rata minyak mentah Indonesia atau ICP. Apalagi ICP bulan April kembali terjun ke posisi US$ 20,66 per barel. Angka ini sangat jauh dari asumsi makro ICP di APBN 2020 yang sebesar US$ 63 per barel.
Menanggapi hal ini, Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto mengatakan kondisi KKKS saat ini dalam kondisi yang sangat mengkhawatirkan. "Saat ini KKKS sangat mengkhawatirkan tingkat keekonomian investasi di Indonesia," ungkap Dwi kepada CNBC Indonesia, Kamis, (14/05/2020).
Lebih lajut Dwi memperkirakan, dampak lebih jauhnya akan membuat investasi hulu jeblok. Bahkan diperkirkan investasi hulu tahun ini akan turun 20-30%. "Investasi hulu di Indonesia tahun ini diperkirakan akan turun 20-30 %," tegasnya.
Direktur Utama PT Pertamina EP Nanang Abdul Manaf menyebut harga minyak mentah (ICP) April 2020 US$ 20,66 per barel akan sangat berat sekali. Ia berharap agar pada Bulan Mei dan seterusnya, ICP bisa meningkat kembali.
"Memang berat sekali kalau rata-rata ICP di US$ 20.66 per barel. Harapannya bulan Mei dan seterusnya bisa meningkat lagi, terlihat dari WTI dan Brent harga hariannya sudah membaik," ungkapnya kepada CNBC Indonesia, Kamis, (14/05/2020).
Skenario harga rata-rata minyak mentah Indonesia atau ICP berada di level US$ 30 per barel bahkan di bawahnya sudah disiapkan. Menurut Nanang dengan ICP US$ 30 per barel secara umum masih tetap bisa profit.
Caranya dengan melakukan penyesuaian di beberapa program. "Seperti operating expenses (Opex) harus dipotong 10-20% dan capital expenditures (Capex) dipotong 20-30%," ungkapnya.
Jika ICP di bawah US$ 30 per barel akan menggunakan format yang sama. Hanya saja potongan capex dan opex nya lebih besar. "Kalau di bawah US$ 30 capex dipotong 40-50% dan opex 20% masih bisa survive," jelasnya.
(gus) Next Article Pengumuman! Harga Minyak Mentah RI Naik Lagi
Menanggapi hal ini, Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto mengatakan kondisi KKKS saat ini dalam kondisi yang sangat mengkhawatirkan. "Saat ini KKKS sangat mengkhawatirkan tingkat keekonomian investasi di Indonesia," ungkap Dwi kepada CNBC Indonesia, Kamis, (14/05/2020).
Lebih lajut Dwi memperkirakan, dampak lebih jauhnya akan membuat investasi hulu jeblok. Bahkan diperkirkan investasi hulu tahun ini akan turun 20-30%. "Investasi hulu di Indonesia tahun ini diperkirakan akan turun 20-30 %," tegasnya.
"Memang berat sekali kalau rata-rata ICP di US$ 20.66 per barel. Harapannya bulan Mei dan seterusnya bisa meningkat lagi, terlihat dari WTI dan Brent harga hariannya sudah membaik," ungkapnya kepada CNBC Indonesia, Kamis, (14/05/2020).
Skenario harga rata-rata minyak mentah Indonesia atau ICP berada di level US$ 30 per barel bahkan di bawahnya sudah disiapkan. Menurut Nanang dengan ICP US$ 30 per barel secara umum masih tetap bisa profit.
Caranya dengan melakukan penyesuaian di beberapa program. "Seperti operating expenses (Opex) harus dipotong 10-20% dan capital expenditures (Capex) dipotong 20-30%," ungkapnya.
Jika ICP di bawah US$ 30 per barel akan menggunakan format yang sama. Hanya saja potongan capex dan opex nya lebih besar. "Kalau di bawah US$ 30 capex dipotong 40-50% dan opex 20% masih bisa survive," jelasnya.
(gus) Next Article Pengumuman! Harga Minyak Mentah RI Naik Lagi
Most Popular