Rakyat RI Tak Bisa Hidup Normal Mulai Juni, PHK Makin Menjadi

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
14 May 2020 12:20
Peninjauan Proses Pembersihan/Sterilisasi dengan Disinfektan di Masjid Istiqlal. (CNBC Indonesia/Chandra Gian Asmara)
Foto: Peninjauan Proses Pembersihan/Sterilisasi dengan Disinfektan di Masjid Istiqlal. (CNBC Indonesia/Chandra Gian Asmara)
Jakarta, CNBC Indonesia - Dalam dua hari terakhir, jumlah pasien positif virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) di Indonesia mengalami tren peningkatan. Penularan masih terus terjadi, sehingga timbul pertanyaan besar. Sampai kapan kita harus menunggu sampai kehidupan normal kembali?

Data Kementerian Kesehatan menyebutkan, jumlah pasien positif corona per 13 Mei 2020 adalah 15.438 orang. Bertambah 4,67% dibandingkan hari sebelumnya.

Kenaikan 4,67% adalah pertumbuhan harian tertinggi sejak 24 April. Dalam dua hari terakhir, laju pertumbuhan kasus bergerak naik.



"Kita harus mengubah pola hidup dengan mengubah jaga jarak, batasi waktu kalau ada kepentingan keluar rumah. Ini menjadi penting untuk kita pahami. Mari bersama untuk tetap di rumah, apabila perlu keluar rumah lakukan secepatnya. Mari kita disiplin, mari bersama saling mengingatkan, agar patuh dengan norma hidup yang baru," papar Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto.


Ya, selama virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China ini masih bergentayangan dan meminta korban jiwa, maka hidup dan kehidupan manusia tidak lagi sama. Manusia dicabut dari akarnya sebagai makhluk sosial, norma baru yang dikehendaki adalah pembatasan sosial (social distancing).

Bukan apa-apa, virus corona memang menyukai kerumunan. Virus akan mudah menular dan menyebar ketika terjadi peningkatan intensitas kontak dan interaksi antar-manusia, apalagi dalam jarak dekat dan melibatkan banyak orang.

Namun, norma baru ini memakan korban lain yaitu aktivitas ekonomi. Ketika masyarakat dianjurkan untuk #dirumahaja, maka aktivitas ekonomi menurun drastis.

Kegiatan sehari-hari hanya diisi makan-kerja-tidur, makan-kerja-tidur, makan-kerja-tidur. Tidak ada yang namanya belanja di mal, pelesiran ke pantai, buka puasa bersama kawan-kawan lama, atau sekadar berkaraoke untuk melepas penat pada akhir pekan.

Aktivitas yang sangat terbatas membuat ekspansi ekonomi juga demikian. Pada kuartal I-2020, ekonomi Indonesia tumbuh 2,97%. Ini adalah laju terlemah sejak 2001.

 


Beberapa waktu lalu, sempat beredar kabar bahwa pemerintah sedang melakukan kajian untuk membuka kembali keran aktivitas publik. Diharapkan kehidupan masyarakat akan berangsur normal mulai bulan depan.

Namun kalau penuaran masih terjadi, apalagi kemarin penambahan kasus secara nominal menyentuh rekor tertinggi, tentu sulit berharap hidup bisa normal kembali. Keselamatan nyawa terancam kala warga memutuskan untuk beraktivitas di luar rumah. Oleh karena itu, masih sangat riskan untuk berharap aktivitas publik bisa berangsur normal mulai bulan depan.


Akan tetapi, perlu digarisbawahi bahwa semakin lama social distancing diterapkan, maka risiko kemerosotan ekonomi semakin tinggi. Gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) mustahil terbendung.

"Penerapan pembatasan sosial akan mengurangi permintaan rumah tangga terhadap barang dan jasa. Dampaknya, pendapatan dunia usaha akan merosot dan berujung ke PHK bahkan kebangkrutan," sebut kajian Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia. Per 20 April, jumlah tenaga kerja yang dirumahkan dan terkena PHK telah mencapai 2,08 juta pekerja.

Menurut kajian LPEM, penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Indonesia akan sangat berdampak kepada mereka yang mengandalkan pendapatan harian. Umumnya adalah orang-orang yang bekerja di sektor informal.

"Sekitar 57% dari angkatan kerja di Indonesia atau 74 juta orang bekerja di sektor informal. Lebih dari 52 juta unit usaha mikro, kecil, dan menengah akan kesulitan memenuhi kewajiban kredit ketika pendapatan menurun," lanjut riset LPEM.


Riset terbaru Morgan Stanley memberi harapan. Dalam riset tersebut, Indonesia diperkirakan menjadi salah satu negara yang bisa cepat keluar dari nestapa gara-gara virus corona.

Morgan Stanley membagi fase pemulihan ekonomi berbagai negara dalam empat kelompok besar. Kelompok pertama hanya ada satu negara yaitu China. Sebagai negara yang paling awal terpukul (karena virus corona berawal dari sana), China juga menjadi negara yang paling bangkit paling duluan. Bahkan Mrogan Stanley memperkirakan ekonomi China bisa kembali ke level sebelum pandemi virus corona paling cepat pada kuartal III-2020.

Kelompok kedua beranggotakan Filipina, India, dan Indonesia. Ekonomi di tiga negara ini bisa pulih dengan cepat karena minimnya eksposur terhadap rantai pasok global. Konsumsi domestik yang kuat membuat Filipina, India, dan Indonesia punya keunggulan yang tidak dimiliki negara-negara lain.


Kelompok ketiga adalah Korea Selatan dan Taiwan. Dua negara ini punya ketergantungan yang tinggi terhadap ekspor, sehingga kalau permintaan dunia belum pulih maka sulit untuk bangkit.

Kelompok terakhir adalah Thailand, Malaysia, Hong Kong, dan Singapura. Selain tergantung kepada ekspor, negara-negara ini juga menerapkan karantina wilayah (lockdown) sehingga permintaan domestik juga anjlok. Pukulan ganda ini membuat ekonomi Thailand dkk butuh waktu lebih lama untuk pulih.

Indonesia memang masuk dalam kelompok kedua, bisa pulih relatif cepat. Namun ini dengan asumsi puncak penyebaran corona terjadi pada kuartal II-2020. Kalau puncaknya ternyata mundur, maka Indonesia cs bisa merosot ke kelompok ketiga.

"Sampai saat ini, penambahan jumlah kasus harian di Filipina belum turun lebih dalam sementara di India dan Indonesia belum mencapai puncak. Penerapan pembatasan sosial dalam berbagai bentuk juga berdampak terhadap permintaan domestik," sebut riset Morgan Stanley.

Oleh karena itu, mari bekerja dan berdoa agar penyebaran bisa segera tuntas. Sebab semakin lama kita bergulat dengan virus corona, maka semakin lama pula aktivitas ekonomi bisa di-restart. PHK, pengangguran, dan kemiskinan akan terus meningkat.

Amit-amit jabang bayi...


TIM RISET CNBC INDONESIA



(aji/aji) Next Article Kenali Ciri & Gejala Virus Corona, Ini Penjelasan IDI

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular