Rakyat RI Tak Bisa Hidup Normal Mulai Juni, PHK Makin Menjadi

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
14 May 2020 12:20
Penumpang KRL (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Penumpang KRL (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Beberapa waktu lalu, sempat beredar kabar bahwa pemerintah sedang melakukan kajian untuk membuka kembali keran aktivitas publik. Diharapkan kehidupan masyarakat akan berangsur normal mulai bulan depan.

Namun kalau penuaran masih terjadi, apalagi kemarin penambahan kasus secara nominal menyentuh rekor tertinggi, tentu sulit berharap hidup bisa normal kembali. Keselamatan nyawa terancam kala warga memutuskan untuk beraktivitas di luar rumah. Oleh karena itu, masih sangat riskan untuk berharap aktivitas publik bisa berangsur normal mulai bulan depan.


Akan tetapi, perlu digarisbawahi bahwa semakin lama social distancing diterapkan, maka risiko kemerosotan ekonomi semakin tinggi. Gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) mustahil terbendung.

"Penerapan pembatasan sosial akan mengurangi permintaan rumah tangga terhadap barang dan jasa. Dampaknya, pendapatan dunia usaha akan merosot dan berujung ke PHK bahkan kebangkrutan," sebut kajian Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia. Per 20 April, jumlah tenaga kerja yang dirumahkan dan terkena PHK telah mencapai 2,08 juta pekerja.

Menurut kajian LPEM, penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Indonesia akan sangat berdampak kepada mereka yang mengandalkan pendapatan harian. Umumnya adalah orang-orang yang bekerja di sektor informal.

"Sekitar 57% dari angkatan kerja di Indonesia atau 74 juta orang bekerja di sektor informal. Lebih dari 52 juta unit usaha mikro, kecil, dan menengah akan kesulitan memenuhi kewajiban kredit ketika pendapatan menurun," lanjut riset LPEM.

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular