Laba BRI Stagnan di Kuartal I, Ternyata Ini Penyebabnya

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
14 May 2020 12:10
Haru Koesmahargyo dalam wawancara eksklusif dengan CNBC Indonesia
Foto: Haru Koesmahargyo dalam wawancara eksklusif dengan CNBC Indonesia
Jakarta, CNBC Indonesia- Laba bersih konsolidasi PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) tumbuh stagnan di kuartal I-2020, menjadi Rp 8,162 triliun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya senilai Rp 8,164 triliun.

Meski demikian secara individual bank, laba BRI masih meningkat 3,24% menjadi Rp 8,304 triliun dari setahun sebelumnya Rp 8,043 triliun.


Haru Koesmahargyo, Direktur Keuangan BRI, mengatakan kondisi laba perseroan memang terbebani oleh kondisi anak usaha yang masih merugi. "Itu utamanya kondisi pasar sekarang ini terutama harga instrumen keuangan yang menjadi investasi perusahaan anak BRI, ada di BRI Life dan BRI Agro," ujar Haru Kamis (14/5/2020).

Bila dibedah lagi, pendapatan berbasis komisi BRI di akhir Maret 2020 tercatat sebesar Rp 4,17 triliun atau tumbuh 32,91% year on year. Sedangkan pendapatan bunga bank only mencapai Rp 20,03 triliun di akhir Maret 2020, tumbuh dari Rp 18,7 triliun di akhir Maret tahun lalu.

Direktur Utama Bank BRI Sunarso menjelaskan, kredit BRI mampu tumbuh diatas rata rata industri hingga akhir kuartal I 2020. "Secara konsolidasian Bank BRI telah menyalurkan kredit sebesar Rp 930,73 Triliun atau tumbuh double digit sebesar 10,05 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 845,72 Triliun. Ini lebih tinggi daripada pertumbuhan kredit industri sebesar 7,95% di bulan Maret 2020," imbuhnya.

Komposisi kredit UMKM BRI dibanding total kredit BRI pun merangkak naik dari 77,37% di kuartal I 2019 menjadi 78,31% pada kuartal I 2020. Ini merupakan salah satu bentuk upaya perseroan sebagai langkah countercyclical terhadap UMKM agar roda perekonomian terus berputar.

"BRI mampu tetap tumbuh melalui selective growth dan prudent dalam menyalurkan fasilitas pinjaman. Hal ini tercermin dari pengelolaan rasio kredit bermasalah BRI, dimana pada akhir Maret 2020 NPL BRI tercatat 3% jauh di bawah batas maksimal NPL yang ditetapkan regulator sebesar 5%," urai Sunarso.


Pada sisi Dana Pihak Ketiga (DPK), hingga akhir kuartal I 2020 DPK BRI tercatat Rp 1.029,00 triliun atau naik sebesar 9,93% yoy. Angka ini juga masih diatas pertumbuhan DPK industri perbankan nasional pada bulan Maret 2020 sebesar 9,54%. Dana murah (CASA) masih mendominasi portofolio simpanan BRI, mencapai 55,9% dari total DPK atau senilai Rp 575,18 triliun.

[Gambas:Video CNBC]




(dob/dob) Next Article Desa BRILian Tebar Optimisme Kebangkitan Ekonomi Desa

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular