
Cetak Laba Rp 8,16 T di Q1, Kredit UMKM BRI Tembus Rp 729 T
Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
14 May 2020 11:05

Jakarta, CNBC Indonesia - Bisnis PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) masih disokong penyaluran kredit di sektor mikro, ritel dan menengah, serta kredit UMKM. Hingga kuartal I-2020, secara konsolidasi BRI mencatatkan penyaluran kredit Rp 930,73 triliun, tumbuh 10,5% dibanding periode yang sama 2019 yakni Rp 845,72 triliun.
Dari jumlah itu, kredit mikro tumbuh 12,72% menjadi Rp 320,24 triliun dari sebelumnya Rp 284,11 triliun dan kredit ritel dan menengah juga naik 12,25% menjadi Rp 265,85 triliun dari sebelumnya Rp 236,84 triliun.
Sementara itu, kredit UMKM naik 11,39% menjadi Rp 728,83 triliun dari sebelumnya Rp 654,31 triliun, sisanya disumbang kredit konsumer yang naik 7,04% dan kredit korporasi naik 5,84%.
Direktur Utama Bank BRI Sunarso mengatakan di tengah pandemi Covid-19, sudah selayaknya perseroan akan fokus penyelamatan aset di segmen UMKM.
"Kredit kami tumbuh 10,5%, industri perbankan hanya 7,9%. Maret awal saya berinteraksi dengan media, saat itu saya menyampaikan bahwa wabah Covid sudah mulai tapi kebijakan menangani dampak dari wabah ini terhadap perbankan atau perekonomian belum keluar, saya sampaikan ke media, BRI optimistis masih bisa tumbuh double digit dengan alasan segmen BRI itu UMKM," kata Sunarso dalam paparan virtual, Kamis (14/5/2020).
"Dan kalau kena krisis apapun ada satu hal yang dibutuhkan: makan. Dan segmen mikro sangat erat dengan penyediaan bahan pangan. Jadi kalau segmen mikro tetap peluang tumbuh," tegasnya.
Dia mengatakan pertumbuhan kredit yang tumbuh 10,5% di 3 bulan pertama tahun ini didorong oleh kredit mikro, ritel menengah dan UMKM.
"Kenapa pada awal Maret itu kami masih optimistis bisa tumbuh double digit? Karena segmen kami di sini dan porsi UMKM BRI terus naik," katanya.
Dia menjelaskan rasio kredit bermasalah atau NPL (non performing loan) dalam situasi saat ini terpantau moderat yakni 3%, NPL Coverage 207,36%.
"NPL memang naik, tapi kita juga menyediakan cadangan yang cukup besar sehingga cukup aman. DPK [dana pihak ketiga] BRI tercatat Rp 1.029 T, tumbuh secara tahunan 9,93%, angka ini di atas rata rata industri DPK nasional di perbankan 9,54%. Dana murah, masih mendominasi 55,9%," jelasnya.
Pada 3 bulan tahun ini, BRI mengantongi laba bersih konsolidasi yakni senilai Rp 8,162 triliun. Tak jauh berbeda dibandingkan dengan laba bersih di periode yang sama tahun sebelumnya senilai Rp 8,164 triliun, turun tipis 0,02%.
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan yang dipublikasikan, nilai laba per saham pada periode ini juga mengalami penurunan tipis menjadi Rp 66,58 dari akhir Maret 2019 yang sebesar Rp 66,79.
Sementara itu, pendapatan bunga konsolidasi perusahaan dalam rupiah sepanjang Januari-Maret mencapai 30,09 triliun, naik dari Rp 28,23 triliun.
(tas/tas) Next Article Kapan UMKM Naik Kelas? Ini Strategi BRI Demi Sinergi BUMN
Dari jumlah itu, kredit mikro tumbuh 12,72% menjadi Rp 320,24 triliun dari sebelumnya Rp 284,11 triliun dan kredit ritel dan menengah juga naik 12,25% menjadi Rp 265,85 triliun dari sebelumnya Rp 236,84 triliun.
Sementara itu, kredit UMKM naik 11,39% menjadi Rp 728,83 triliun dari sebelumnya Rp 654,31 triliun, sisanya disumbang kredit konsumer yang naik 7,04% dan kredit korporasi naik 5,84%.
"Kredit kami tumbuh 10,5%, industri perbankan hanya 7,9%. Maret awal saya berinteraksi dengan media, saat itu saya menyampaikan bahwa wabah Covid sudah mulai tapi kebijakan menangani dampak dari wabah ini terhadap perbankan atau perekonomian belum keluar, saya sampaikan ke media, BRI optimistis masih bisa tumbuh double digit dengan alasan segmen BRI itu UMKM," kata Sunarso dalam paparan virtual, Kamis (14/5/2020).
"Dan kalau kena krisis apapun ada satu hal yang dibutuhkan: makan. Dan segmen mikro sangat erat dengan penyediaan bahan pangan. Jadi kalau segmen mikro tetap peluang tumbuh," tegasnya.
Dia mengatakan pertumbuhan kredit yang tumbuh 10,5% di 3 bulan pertama tahun ini didorong oleh kredit mikro, ritel menengah dan UMKM.
"Kenapa pada awal Maret itu kami masih optimistis bisa tumbuh double digit? Karena segmen kami di sini dan porsi UMKM BRI terus naik," katanya.
Dia menjelaskan rasio kredit bermasalah atau NPL (non performing loan) dalam situasi saat ini terpantau moderat yakni 3%, NPL Coverage 207,36%.
"NPL memang naik, tapi kita juga menyediakan cadangan yang cukup besar sehingga cukup aman. DPK [dana pihak ketiga] BRI tercatat Rp 1.029 T, tumbuh secara tahunan 9,93%, angka ini di atas rata rata industri DPK nasional di perbankan 9,54%. Dana murah, masih mendominasi 55,9%," jelasnya.
Pada 3 bulan tahun ini, BRI mengantongi laba bersih konsolidasi yakni senilai Rp 8,162 triliun. Tak jauh berbeda dibandingkan dengan laba bersih di periode yang sama tahun sebelumnya senilai Rp 8,164 triliun, turun tipis 0,02%.
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan yang dipublikasikan, nilai laba per saham pada periode ini juga mengalami penurunan tipis menjadi Rp 66,58 dari akhir Maret 2019 yang sebesar Rp 66,79.
Sementara itu, pendapatan bunga konsolidasi perusahaan dalam rupiah sepanjang Januari-Maret mencapai 30,09 triliun, naik dari Rp 28,23 triliun.
(tas/tas) Next Article Kapan UMKM Naik Kelas? Ini Strategi BRI Demi Sinergi BUMN
Most Popular