
Awas, Gelombang Kedua Serangan Corona Bisa Lebih Mengerikan!
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
11 May 2020 13:42
![[DALAM] Serba-serbi Pandemi](https://awsimages.detik.net.id/visual/2020/05/05/ea561401-7953-4e9b-a7f3-52aa026ac1c5_169.jpeg?w=900&q=80)
Gelombang kedua wabah bukanlah hal yang mustahil. Sejarah sudah pernah mencatatkannya seabad lalu. Pada 1918, ketika AS terlibat dalam Perang Dunia pertama (PD I), pandemi akibat infeksi virus influenza H1N1 yang dikenal sebagai Spanish Flu atau Flu Spanyol merebak di seluruh dunia.
Pada masa PD I, ratusan ribu tentara Negeri Paman Sam melakukan perjalanan dan melintasi Atlantik. Mobilitas pasukan ini telah berkontribusi besar terhadap penyebaran virus H1N1. Lebih dari 500 juta orang atau sepertiga populasi dunia kala itu telah terinfeksi Flu Spanyol. Sebanyak 50 juta orang terenggut nyawanya akibat wabah.
Pandemi Flu Spanyol merupakan tragedi umat manusia terburuk abad ini. Pasalnya pandemi terus terjadi seolah tak berkesudahan. Dimulai di awal musim semi 1918 dan berakhir pada awal musim kemarau tahun berikutnya.
Tragedi kemanusiaan yang telah menyapu sebagian besar umat manusia kala itu terjadi dalam tiga fase. Fase pertama adalah ketika AS melakukan mobilisasi pasukannya untuk berperang ke berbagai penjuru dunia.
Fase atau gelombang kedua terjadi saat musim gugur, di mana di tahap kedua ini kematian paling tinggi tercatat di AS. Kala itu Negeri Adidaya tengah disibukkan dengan peperangan sehingga pasokan dan tenaga medis fokus pada perawatan personel militer. Hal ini semakin memperburuk keadaan.
Jumlah kematian melonjak dan di tengah kondisi perang banyak perusahaan harus mengalami kebangkrutan. Gelombang kedua wabah menjadi fase yang paling suram kala itu, sebelum akhirnya disusul gelombang ketiga dengan jumlah kematian lebih rendah pada musim dingin dan semi awal tahun 1919.
Sebuah kajian yang dilakukan oleh para peneliti Hong Kong dan Kanada yang dipublikasikan di Jurnal Proceedings Biological Science tahun 2013 menyorot kemungkinan berbagai penyebab mengapa pandemi Flu Spanyol terjadi dalam tiga fase. Dalam laporan ilmiah tersebut, negara yang dijadikan objek penelitian adalah Inggris.
kesimpulan dari penelitian itu adalah libur dan dimulai kembalinya sekolah, temperatur selama wabah dan perilaku manusia menjadi faktor yang memiliki kaitan erat dengan masing-masing gelombang wabah.
"Secara khusus, penurunan gelombang kedua di musim dingin diikuti dengan kebangkitan [gelombang ketiga] hanya dapat dijelaskan melalui mode respons perilaku [manusia], setidaknya dalam kerangka kerja penelitian ini. Akhir dari gelombang pertama, setelah sejumlah kecil kematian terjadi, di sisi lain, lebih mungkin disebabkan oleh iklim atau dampak jangka waktu sekolah" tulis laporan tersebut.
Melihat hal ini semua bisa disimpulkan bahwa kapan wabah ini akan berakhir sangat tergantung pada interaksi kompleks antara manusia dengan virus (sistem imun), manusia dengan manusia (transmisi penyakit) serta faktor iklim.
Walau ilmu pengetahuan dan teknologi terutama di bidang medis jauh lebih berkembang sekarag. Namun dengan adanya globalisasi di mana dunia menjadi lebih integrated dan borderless menyisakan ancaman yang sangat serius bagi perekonomian global. Ekonomi berpotensi mengalami kontraksi berkepanjangan dan periode pemulihah berjalan sangat lambat.
Selagi vaksin dan pengobatan yang efektif belum ditemukan, maka perang belum usai. Jika lengah dalam melakukan pelonggaran lockdown & pembatasan sosial, musuh tak kasat mata bisa sewaktu-waktu kembali menyerang. Waspadalah! Waspadalah!
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)
Pada masa PD I, ratusan ribu tentara Negeri Paman Sam melakukan perjalanan dan melintasi Atlantik. Mobilitas pasukan ini telah berkontribusi besar terhadap penyebaran virus H1N1. Lebih dari 500 juta orang atau sepertiga populasi dunia kala itu telah terinfeksi Flu Spanyol. Sebanyak 50 juta orang terenggut nyawanya akibat wabah.
Pandemi Flu Spanyol merupakan tragedi umat manusia terburuk abad ini. Pasalnya pandemi terus terjadi seolah tak berkesudahan. Dimulai di awal musim semi 1918 dan berakhir pada awal musim kemarau tahun berikutnya.
Fase atau gelombang kedua terjadi saat musim gugur, di mana di tahap kedua ini kematian paling tinggi tercatat di AS. Kala itu Negeri Adidaya tengah disibukkan dengan peperangan sehingga pasokan dan tenaga medis fokus pada perawatan personel militer. Hal ini semakin memperburuk keadaan.
Jumlah kematian melonjak dan di tengah kondisi perang banyak perusahaan harus mengalami kebangkrutan. Gelombang kedua wabah menjadi fase yang paling suram kala itu, sebelum akhirnya disusul gelombang ketiga dengan jumlah kematian lebih rendah pada musim dingin dan semi awal tahun 1919.
Gelombang Wabah Flu Spanyol ![]() |
Sebuah kajian yang dilakukan oleh para peneliti Hong Kong dan Kanada yang dipublikasikan di Jurnal Proceedings Biological Science tahun 2013 menyorot kemungkinan berbagai penyebab mengapa pandemi Flu Spanyol terjadi dalam tiga fase. Dalam laporan ilmiah tersebut, negara yang dijadikan objek penelitian adalah Inggris.
kesimpulan dari penelitian itu adalah libur dan dimulai kembalinya sekolah, temperatur selama wabah dan perilaku manusia menjadi faktor yang memiliki kaitan erat dengan masing-masing gelombang wabah.
"Secara khusus, penurunan gelombang kedua di musim dingin diikuti dengan kebangkitan [gelombang ketiga] hanya dapat dijelaskan melalui mode respons perilaku [manusia], setidaknya dalam kerangka kerja penelitian ini. Akhir dari gelombang pertama, setelah sejumlah kecil kematian terjadi, di sisi lain, lebih mungkin disebabkan oleh iklim atau dampak jangka waktu sekolah" tulis laporan tersebut.
Melihat hal ini semua bisa disimpulkan bahwa kapan wabah ini akan berakhir sangat tergantung pada interaksi kompleks antara manusia dengan virus (sistem imun), manusia dengan manusia (transmisi penyakit) serta faktor iklim.
Walau ilmu pengetahuan dan teknologi terutama di bidang medis jauh lebih berkembang sekarag. Namun dengan adanya globalisasi di mana dunia menjadi lebih integrated dan borderless menyisakan ancaman yang sangat serius bagi perekonomian global. Ekonomi berpotensi mengalami kontraksi berkepanjangan dan periode pemulihah berjalan sangat lambat.
Selagi vaksin dan pengobatan yang efektif belum ditemukan, maka perang belum usai. Jika lengah dalam melakukan pelonggaran lockdown & pembatasan sosial, musuh tak kasat mata bisa sewaktu-waktu kembali menyerang. Waspadalah! Waspadalah!
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)
Pages
Most Popular