Di Hadapan WHO & Sekjen PBB, Jokowi Minta Vaksin Jangan Mahal

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
06 May 2020 18:47
Peneliti melakukan pemisahan hasil ekstraksi tanaman herbal di di Lab Cara Pembuatan Obat Tradisonal Baik (CPOTB) Pusat Penelitian Kimia LIPI, Puspitek, Tangerang Selatan,Rabu (6/5/2020). Saat ini laboratorium Cara Pembuatan Obat Tradisonal Baik (CPOTB) sedang menguji beberapa tanaman herbal yaitu ekstrak Cassia Alata (daun ketepeng badak) dan Dendrophtoe Sp (daun benalu) untuk dijadikan obat penyembuhan sekaligus penghambatan covid-19. (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Foto: Uji Lab Kandidat Obat Herbal untuk Covid-19 di Lab Cara Pembuatan Obat Tradisonal Baik (CPOTB) Pusat Penelitian Kimia LIPI (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi mengatakan Indonesia telah kembali menegaskan bahwa distribusi vaksin virus corona (COVID-19) harus merata dan adil apabila sudah ditemukan kelak.

Ia juga mengatakan Indonesia telah kembali menekankan agar harga vaksin dan obat-obatan untuk penyakit tersebut dibuat murah sehingga bisa dijangkau negara berkembang.

Permintaan-permintaan itu telah disampaikan secara langsung oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat mengadakan pertemuan Gerakan Non-Blok (Non-Aligned Movement/NAM) dengan sekitar 40 perwakilan negara dunia. Pertemuan itu juga dihadiri Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan juga Sekretaris Jenderal PBB.



Menurut , Retno, setidaknya ada beberapa hal penting dibahas dalam pertemuan itu, mulai dari Deklarasi Bandung 1955, multilateralisme, kerja sama, solidaritas dan dukungan internasional, hingga menekankan pentingnya prinsip perawatan kesehatan untuk semua dan untuk memperkuat kerjasama internasional melalui berbagai hal termasuk pertukaran informasi.

"Tiga poin yang diangkat Presiden Joko Widodo selama summit, pertama pentingnya untuk memperkuat solidaritas politik antar negara. Kedua, merealisasikan solidaritas politik melalui kerjasama konkrit, terutama untuk memastikan akses bagi obat-obatan murah untuk negara berkembang. Ketiga, memperkuat kerja sama antar negara berkembang dan lainnya melalui penyediaan bantuan kemanusiaan, bantuan pembangunan, pengurangan hutang, serta swap hutang untuk COVID-19 dari kreditor resmi." jelas Retno.

"Khususnya, mengenai masalah vaksin, Presiden menekankan bahwa kita tidak boleh meninggalkan negara berkembang di belakang. Mereka sering menghadapi berbagai tantangan karena tingginya harga vaksin. Oleh karenanya, sejalan dengan seruan Indonesia di semua forum internasional, kita harus mendorong akses yang adil dan tepat waktu ke obat-obatan dan vaksin untuk menyembuhkan COVID-19 dengan harga yang murah."



Sebelumnya hal ini telah ditekankan langsung oleh Retno dalam berbagai acara. Hal ini disampaikannya di saat semakin banyak pihak yang bergelut untuk menemukan vaksin dan obat yang ampuh untuk membasmi penyakit asal Wuhan, China itu.

Pekan lalu Retno mengatakan hingga saat ini telah ada lebih dari 120 vaksin COVID-19 yang sedang dikembangkan berbagai pihak. Enam diantaranya dalam proses uji klinis, katanya, mengutip pernyataan WHO.

"Saya ingin ambil data dari WHO bahwa saat ini lebih dari 120 vaksin telah dikembangkan di seluruh dunia dan enam di antaranya dalam proses uji klinis. WHO juga baru saja meluncurkan inisiatif Access to COVID-19 Tools Accelerator untuk mempercepat pengembangan dan produksi vaksin." jelasnya.

[Gambas:Video CNBC]


(res/sef) Next Article RI Wanti-wanti Global Soal Vaksin Corona, Ada Apa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular