Internasional

Bukan Tarif, Trump Godok 'Hukuman' Baru Buat China

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
05 May 2020 11:38
President Donald Trump speaks before signing a trade agreement with Chinese Vice Premier Liu He, left, in the East Room of the White House, Wednesday, Jan. 15, 2020, in Washington. (AP Photo/Evan Vucci)
Foto: Presiden Donald Trump di acara penandatanganan perjanjian perdagangan dengan Wakil Perdana Menteri China Liu He. ((AP Photo/Evan Vucci))
Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump tak main-main. Ia sepertinya sangat serius menyalahkan China pada penyebaran COVID-19.

Bukan cuma mengancam dengan menggunakan tarif, ia pun tengah menggodok inisiatif untuk menghapus rantai pasokan industri global dari China. Pejabat AS mengatakan ini bagian dari cara "menghukum" China karena penanganan corona.

"Kami telah bekerja selama beberapa tahun terakhir," kata Wakil Menteri Pertumbuhan Ekonomi, Energi dan Lingkungan di Kementerian Luar Negeri AS kepada Reuters, Senin (5/5/2020).

"Sekarang kami melakukan dengan kecepatan turbo."

Dikatakannya hal ini menjadi area kritis. Apalagi, ini terkait keamanan AS. Inisiatif ini akan mendukung AS bila kebijakan tarif kembali diberlakukan pada China.

Sementara itu, Departemen Perdagangan AS, negara bagian, dan sejumlah otoritas lain yang terkait juga tengah mendorong gar perusahaan segera memindahkan sumber atau manufaktur dari China. Insentif pajak dan subsidi tengah digodok.

"Ada dorongan seluruh pemerintah untuk ini," ujar seorang sumber.

"Momen ini adalah hal sempurna, pandemi mengkristalkan kekhawatiran yang dimiliki tentang melakukan bisnis dengan China," ujar pejabat lain yang enggan menyebutkan nama.

"Semua uang yang dibuat dari kesepakatan dengan China sebelumnya sekarang telah dikalahkan oleh kerusakan ekonomi akibat corona."

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo berdiskusi dengan Australia, India, Jepang, Selandia Baru, Korea Selatan dan Vietnam pada 29 April lalu. Salah satu yang dibahas antara lain merestrukturisasi rantai pasokan global.

China mengambil alih posisi AS sebagai negara produsen utama di 2010. Negeri panda bertanggung jawab pada 28% output global, sebagaimana dicatat PBB tahun 2018.

[Gambas:Video CNBC]





(sef/sef) Next Article AS Siap Konfrontasi dengan China, Ada Apa Lagi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular