Gaji Dipotong 50%, Bos Air Asia Masih Hitung THR Karyawan

Muhammad Choirul Anwar, CNBC Indonesia
04 May 2020 18:46
Air Asia planes Airbus A320 parked at tarmac at KLIA2 low cost terminal in Sepang, Malaysia, on Monday, April 27, 2020. AirAsia is on a temporary hibernation to all international and domestic flights due to the ongoing global outbreak of Covid-19. (AP Photo/Vincent Thian)
Foto: Ilustrasi Air Asia (AP/Vincent Thian)
Jakarta, CNBC Indonesia - Manajemen AirAsia Indonesia belum bisa memberikan kepastian mengenai pembayaran tunjangan hari raya (THR) bagi para pegawai. Pasalnya, bisnis penerbangan sedang dilanda kesulitan seiring dengan penyebaran virus corona (Covid-19). Bahkan manajemen melakukan kebijakan pemotongan gaji sampai 50% khususnya di level atas.

"Nah itu saya lagi hitung-hitung. Doakan ya," ujar Direktur Utama AirAsia Indonesia, Veranita Yosephine Sinaga, dalam media briefing virtual, ketika ditanya mengenai THR oleh awak media, Senin (4/5/20).

Sejak pandemi Covid-19 'menginfeksi' industri penerbangan, Veranita mengaku sudah melakukan sejumlah efisiensi. Hanya saja, dia menegaskan langkah yang diambil belum sampai pada pemutusan hubungan kerja alias PHK.



"Berkaitan dengan karyawan, kita berupaya mati-matian. Saya pagi siang sore malam mikirin terus, diskusi terus dengan jajaran manajemen untuk memastikan bahwa PHK itu adalah solusi terakhir," tandasnya.

Lebih lanjut, dia mengaku sudah ada kesepakatan dengan para karyawan terkait pemotongan gaji. Pemotongan ini dilakukan bersamaan dengan penerapan bekerja dari rumah.

"Sekarang Air Asia bekerja dari rumah, bukan dirumahkan. Bekerja dari rumah, masih ada operasional-operasional yang dikerjakan, hampir seluruhnya bekerja dari rumah. Jadi kalau diminta untuk tidak bekerja dan tidak dibayar, bukan begitu," tandasnya.

Lebih lanjut, dia menegaskan pula bahwa pemotongan gaji ini sudah diterapkan atas kesepakatan dengan para pegawai.

"Jujur ada yang mendapatkan pengurangan pengupahan. Termasuk saya, prinsipnya jajaran manajemen atas itu menanggung paling besar dari atas ke bawah, saya 50%. Begitu juga jajaran yang di bawahnya ada bervariasi," sebutnya.

Kebijakan ini menurutnya terpaksa diambil mengingat kondisi perusahaan yang tengah tertekan. Para karyawan, diklaim sudah memahami kondisi ini dan ingin turut serta meringankan beban perusahaan.

"Syukurnya pada saat ini kami sudah memiliki sepakat dengan karyawan. Tentunya kan karyawan lihat bukannya kita nggak mau, bukannya kita memperlakukan nggak baik, tapi karena memang revenue nggak ada. Dan bisnisnya nggak seperti yang kita harapkan," bebernya.

[Gambas:Video CNBC]






(hoi/hoi) Next Article Ribuan Aduan THR Bermunculan, Perusahaan di Jakarta Masuk?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular