Harga Bawang Merah Susah Jinak, Ada Apa?

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
04 May 2020 16:37
bahan pangan Bawang Merah di Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur
Foto: Bawang Merah di Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga bawang merah dalam sebulan terakhir melesat tajam dan memberikan andil terhadap inflasi April 2020 untuk pos makanan, minuman dan tembakau yang besar di tengah merebaknya pandemi Covid-19 di Tanah Air.

Pada akhir bulan lalu atau tepatnya Kamis (30/4/2020) harga bawang merah masih dibanderol Rp 46.200/Kg di pasar tradisional seluruh provinsi dalam negeri. Namun hari ini harga melonjak menjadi Rp 48.850/Kg. Dalam sebulan terakhir harga bawang merah telah naik 18,3%.



Pemicu terjadinya kenaikan harga yang signifikan untuk komoditas ini adalah menipisnya stok di pasaran akibat penurunan produksi dan stok yang rusak. Terjadi gagal panen akibat banjir yang melanda akhir Februari lalu.

"Kami pantau sejak Februari sampai April. Pada bulan Februari minggu kedua ada kenaikan yang sangat tajam dan terus naik hingga April ini," beber Kabid Perdagangan Dinkumdag Brebes, Maryono, Rabu (29/4/2020) siang kepada detikcom.

Petani bawang Dian Alex Chandra Alex memastikan pada pertengahan Mei sampai Juni akan ada kelangkaan benih bawang. Petani akan kesulitan mendapatkan bibit untuk menanam bawang, kalaupun ada harganya pasti akan melambung tinggi.



"Saya bisa pastikan, mulai pertengahan Mei akan terjadi kelangkaan bibit bawang merah. Kalau pun ada pasti akan mahal. Saat ini saja sudah Rp 45 ribu," tambah Alex, melansir detikcom.

Pemerintah harus mencermati betul perkembangan harga bawang merah ini. Komoditas bawang merah merupakan bahan pangan yang harganya sangat sensitif dengan isu pasokan, skema hingga jumlah kanal distribusinya.

Pemerintah perlu melakukan monitoring di lapangan dengan ketat, dan melakukan kalkulasi kebutuhan serta pasokan dengan cermat untuk mengatasi masalah ini. Kenaikan harga bawang merah yang jor-joran ini membuat bahan pangan ini menyumbang andil inflasi sebesar 0,08% untuk pos makanan, minuman dan tembakau.
Komoditas pangan strategis lain yang juga menyumbang inflasi pada bulan April 2020 adalah gula pasir. Andil inflasi dari kenaikan harga gula pasir mencapai 0,02%. Namun di awal Mei ini harga gula pasir cenderung menurun. Walau menurun lajunya masih tak secepat kenaikannya, sehingga harga gula pasir masih bertengger di level Rp 18.000/Kg di passer tradisional dalam negeri per hari ini

Untuk komoditas pangan lain yang juga mengalami kenaikan harian yaitu telur ayam ras segar yang naik Rp 450 per kilo dan daging ayam ras segar yang naik Rp 400 per kilo. Untuk harga komoditas lain seperti beras cenderung stabil dan bahkan ada yang menurun seperti bawang putih dan cabai merah yang menyimbang deflasi sebesar 0,08%.

Di tengah situasi pandemic seperti sekarang ini memastikan harga bahan pangan yang terjangkau merupakan hal yang penting. Kunci untuk menjaga keterjangkauan harga di tengah badai PHK yang melemahkan daya beli masyarakat adalah dengan menjamin pasokan pangan mencukupi di seluruh negeri.

Namun hal ini juga menemui tantangan mengingat banyak stok pangan mengalami defisit. Menurut laporan yang diterima Jokowi, sederet komoditas kebutuhan pokok masih terjadi defisit di beberapa provinsi.

Seperti stok beras ternyata defisit di 7 provinsi.Lalu stok jagung terjadi defisit di 11 provinsi, stok cabai besar defisit di 23 provinsi, stok cabai rawit defisit di 19 provinsi. Stok bawang merah diperkirakan juga defisit di 1 provinsi dan stok telur ayam defisit di 22 provinsi.

Selain itu stok untuk gula pasir juga diperkirakan defisit di 30 provinsi. Lalu stok bawang putih juga diperkirakan defisit di 31 provinsi. Hanya stok untuk minyak goreng yang diperkirakan cukup untuk 34 provinsi.

Untuk itu Jokowi meminta agar pendistribusian bahan pangan dilakukan dengan baik. Kalkulasi harus dilakukan dengan cermat. Redistribusi bahan pangan dari daerah yang surplus ke yang defisit.

Semua ini diupayakan untuk menjaga stabilitas dan keterjangkauan harga kebutuhan pokok di tengah pandemi Covid-19 yang menjadi ancaman berbagai sektor karena efek disrupsi yang ditimbulkan, tak terkecuali sistem pangan.



TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular