Pabrik Sepatu Tangerang Buyer Adidas PHK Massal, Ini Faktanya

Hidayat Arif Subakti, CNBC Indonesia
04 May 2020 12:42
Women work on the production line at Complete Honour Footwear Industrial, a footwear factory owned by a Taiwan company, in Kampong Speu, Cambodia, July 4, 2018. REUTERS/Ann Wang    SEARCH
Foto: REUTERS/Ann Wang
Jakarta, CNBC Indonesia - Produsen sepatu di Kota Tangerang, PT Shyang Yao Fun melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal 2.500 karyawan. Langkah ini karena perusahaan merelokasikan pabrik ke Brebes, Jawa Tengah. Pihak asosiasi menilai langkah ini lebih baik daripada mereka angkat kaki dari Indonesia pindah ke Vietnam atau Kamboja.

Direktur Asosiasi Persepatuan Indonesia (ASPRISINDO) Firman Bakri mengatakan bahwa yang melakukan PHK massal adalah PT Shyang Yao Fun. Salah satu buyer atau pemesan produk sepatu dari pabrik ini adalah sepatu Adidas.

"Yang melakukan PHK itu adalah PT Shyang Yao Fun sementara beberapa media menyebut itu adalah pabrikan Adidas, kita harus klarifikasi bahwa bukan Adidas yang melakukan PHK tapi PT Shyang Yao Fun dimana PT Shyang Yao Fun yang merupakan salah satu buyernya adalah Adidas, " ungkap Firman dalam dialog bersama Squawk Box, CNB Indonesia, Senin (04/05/2020).



Menurut Firman, langkah yang dilakukan oleh PT Shyang Yao Fun tak ada kaitannya dengan Pandemi Covid-19 yang sampai saat ini masih melanda tanah air. Pemutusan hubungan kerja murni karena relokasi pabrik. Mereka merelokasi pabrik dari Banten ke Jawa Tengah karena salah satunya soal upah yang tinggi di Tangerang dibandingkan di Brebes Jawa Tengah.

"Ketika kita harus bersaing secara global ternyata ketika di Provinsi banten di Tangerang kita menjadi tidak kompetitif karena faktor labour cost yang begitu tinggi, pada akhirnya selama beberapa tahun ini terjadi relokasi, relokasi dari beberapa sentra industri yang UMKM nya sudah sangat tinggi," ungkap firman.

Upah buruh merupakan salah satu komponen yang cukup membebani perusahaan sehingga untuk memangkas jumlah pengeluaran, pihak perusahaan tentu harus melakukan efisiensi. Relokasi pabrik ke tempat dengan upah minimum yang lebih murah merupakan salah satu cara agar berdaya saing di tengah kenaikan upah minimum setiap tahun.

"Ditambah beban upah minimum sektoral, ditambah persentase pembebanan untuk BPJS, nah ini menjadi beban yang berlipat ke industri kita, sehingga secara daya saing kita kurang kompetitif dari pesaing kita di Vietnam, kemudian pilihan rasionalnya adalah melakukan relokasi dan kita masih bersyukur relokasi masih berlangsung di Indonesia bukan mereka relokasi kemudian kabur ke Vietnam atau Kamboja yang merupakan pesaing kita," kata Firman.

[Gambas:Video CNBC]




(hoi/hoi) Next Article Ternyata Ini Pemicu PHK Massal Pabrik Sepatu Buyer Nike

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular