
Pasien Sembuh Corona di DKI Nambah, Saatnya Longgarkan PSBB?
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
04 May 2020 12:02

Jakarta, CNBC Indonesia - Penyebaran virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) di DKI Jakarta terus menunjukkan perlambatan. Namun pencapaian positif ini tidak bisa disikapi dengan euforia, karena masih ada risiko besar yang mengintai Jakarta.
Data Kementerian Kesehatan menunjukkan, jumlah pasien corona di Ibu Kota per 2 Mei 2020 adalah 4.397 orang. Bertambah dibandingkan posisi per hari sebelumnya yaitu 4.317 orang.
Namun dilihat dari persentase pertumbuhannya, kenaikan pada 2 Mei adalah 1,85% dibandingkan hari sebelumnya. Ini adalah angka terendah sejak 18 Maret dan jauh di bawah rata-rata pertumbuhan harian yaitu 7,8%.
Diblejeti sedikit lebih dalam, jumlah pasien yang masih dalam perawatan di Jakarta malah turun. Pada 3 Mei, jumlah pasien yang masih dalam perawatan di rumah sakit adalah 2.062 orang. Turun dibandingkan sehari sebelumnya yaitu 2.089 orang. Sudah dua hari beruntun jumlah pasien yang masih dalam perawatan bergerak turun.
Artinya, jumlah mereka yang sembuh dari serangan virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China ini semakin banyak. Per 3 Mei, jumlah pasien yang sudah sembuh adalah 622 orang. Melonjak 34,63% dibandingkan posisi hari sebelumnya.
Namun, Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan menegaskan data yang terus membaik tersebut bukan berarti boleh leha-leha. Jika lengah sedikit, maka kasus bisa kembali melonjak.
"Ini tidak boleh diartikan sebagai PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) kendur. Harus kita lebih disiplin, harus lebih ketat, karena masih ditemukan kasus-kasus positif di masyarakat," kata Anies.
Salah satu risiko buat Jakarta adalah musim mudik lebaran. Sudah menjadi tradisi di Indonesia bahwa Idul Fitri menjadi momen untuk berkumpul dengan keluarga dan handai taulan di kampung halaman. Tidak terkecuali tahun ini.
Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) memang sudah melarang mudik. Aparat keamanan berjaga di banyak titik masuk/keluar untuk mencegah warga melakukan mobilitas keluar daerah domisilinya.
Namun seketat apapun penjagaan, pasti ada saja yang 'kebobolan'. Pasti ada saja warga yang berhasil lolos dari razia dan sampai di kampung halaman. Belum lagi sudah ada ribuan warga yang 'mencuri start' dengan pulang kampung sebelum larangan diterapkan.
Kemudian selepas libur lebaran, para pemudik ini tentu kembali ke Jakarta dan daerah-daerah penyangganya. Lagi-lagi Jakarta akan kedatangan warga berisiko.
Oleh karena itu, Anies menegaskan bahwa pemudik yang kembali ke Jakarta akan menjalani pemantauan ketat. Anies setengah mengancam, mereka yang nekat mudik tidak akan bisa kembali ke Jakarta dalam waktu singkat.
"Belum tentu bisa kembali ke Jakarta dengan cepat, jadi hati-hati. Kita sedang menyusun regulasinya. Nanti kalau sudah selesai, akan dikeluarkan dan akan pembatasan amat ketat untuk masuk Jakarta," kata mantan menteri pendidikan dan kebudayaan tersebut.
Jadi untuk saat ini, Indonesia rasanya harus terus menegakkan PSBB jika ingin membatasi ruang gerak penyebaran virus corona. Jika setelah musim mudik lebaran kasus corona terus tumbuh melambat, bahkan kalau bisa terkontraksi (tumbuh negatif), maka mungkin kita baru bisa bicara soal pelonggaran.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Kenali Ciri & Gejala Virus Corona, Ini Penjelasan IDI
Data Kementerian Kesehatan menunjukkan, jumlah pasien corona di Ibu Kota per 2 Mei 2020 adalah 4.397 orang. Bertambah dibandingkan posisi per hari sebelumnya yaitu 4.317 orang.
Namun dilihat dari persentase pertumbuhannya, kenaikan pada 2 Mei adalah 1,85% dibandingkan hari sebelumnya. Ini adalah angka terendah sejak 18 Maret dan jauh di bawah rata-rata pertumbuhan harian yaitu 7,8%.
Diblejeti sedikit lebih dalam, jumlah pasien yang masih dalam perawatan di Jakarta malah turun. Pada 3 Mei, jumlah pasien yang masih dalam perawatan di rumah sakit adalah 2.062 orang. Turun dibandingkan sehari sebelumnya yaitu 2.089 orang. Sudah dua hari beruntun jumlah pasien yang masih dalam perawatan bergerak turun.
Artinya, jumlah mereka yang sembuh dari serangan virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China ini semakin banyak. Per 3 Mei, jumlah pasien yang sudah sembuh adalah 622 orang. Melonjak 34,63% dibandingkan posisi hari sebelumnya.
Namun, Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan menegaskan data yang terus membaik tersebut bukan berarti boleh leha-leha. Jika lengah sedikit, maka kasus bisa kembali melonjak.
"Ini tidak boleh diartikan sebagai PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) kendur. Harus kita lebih disiplin, harus lebih ketat, karena masih ditemukan kasus-kasus positif di masyarakat," kata Anies.
Salah satu risiko buat Jakarta adalah musim mudik lebaran. Sudah menjadi tradisi di Indonesia bahwa Idul Fitri menjadi momen untuk berkumpul dengan keluarga dan handai taulan di kampung halaman. Tidak terkecuali tahun ini.
Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) memang sudah melarang mudik. Aparat keamanan berjaga di banyak titik masuk/keluar untuk mencegah warga melakukan mobilitas keluar daerah domisilinya.
Namun seketat apapun penjagaan, pasti ada saja yang 'kebobolan'. Pasti ada saja warga yang berhasil lolos dari razia dan sampai di kampung halaman. Belum lagi sudah ada ribuan warga yang 'mencuri start' dengan pulang kampung sebelum larangan diterapkan.
Kemudian selepas libur lebaran, para pemudik ini tentu kembali ke Jakarta dan daerah-daerah penyangganya. Lagi-lagi Jakarta akan kedatangan warga berisiko.
Oleh karena itu, Anies menegaskan bahwa pemudik yang kembali ke Jakarta akan menjalani pemantauan ketat. Anies setengah mengancam, mereka yang nekat mudik tidak akan bisa kembali ke Jakarta dalam waktu singkat.
"Belum tentu bisa kembali ke Jakarta dengan cepat, jadi hati-hati. Kita sedang menyusun regulasinya. Nanti kalau sudah selesai, akan dikeluarkan dan akan pembatasan amat ketat untuk masuk Jakarta," kata mantan menteri pendidikan dan kebudayaan tersebut.
Jadi untuk saat ini, Indonesia rasanya harus terus menegakkan PSBB jika ingin membatasi ruang gerak penyebaran virus corona. Jika setelah musim mudik lebaran kasus corona terus tumbuh melambat, bahkan kalau bisa terkontraksi (tumbuh negatif), maka mungkin kita baru bisa bicara soal pelonggaran.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Kenali Ciri & Gejala Virus Corona, Ini Penjelasan IDI
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular