
Semangat! Kuartal II Masuk 'Parit', Kuartal III Kita Bangkit
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
29 April 2020 07:49

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia mencatat kasus virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) pertama pada awal Maret. Namun pemerintah memperkirakan pandemi ini akan segera berlalu.
Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, jumlah pasien positif corona per 28 April 2020 adalah 9.096 orang. Bertambah 214 orang dibandingkan posisi sehari sebelumnya.
Meski masih ada penambahan, tetapi laju pertumbuhan harian kasus corona di Tanah Air semakin melambat. Pada 28 April, kasus bertambah 2,41% dibandingkan hari sebelumnya. Kenaikan 2,41% adalah yang terendah sejak 13 April dan jauh di bawah rata-rata pertumbuhan harian selama 3 Maret-28 April yang sebesar 18,97%.
"Bapak Presiden (Jokowi) minta kita kerja lebih keras, lebih patuh, lebih disiplin agar pada Juni yang akan datang kita bisa turunkan Covid-19 di Indonesia. Juli diharapkan kita bisa memulai hidup normal kembali," ungkap Doni Monardo, Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, awal pekan ini.
Kalau melihat tren pertumbuhan kasus corona di Indonesia, maka memang ada perlambatan. Apabila tren ini bisa dijaga atau bahkan bisa ditingkatkan, maka sangat mungkin kasus corona di Ibu Pertiwi bakal terkontraksi (tumbuh negatif). Jumlah pasien baru menurun. Ketika itu terjadi, maka keran aktivitas publik kembali bisa dibuka.
Saat ini pemerintah masih menganjurkan masyarakat untuk #dirumahaja. Bekerja di rumah, belajar di rumah, dan beribadah di rumah.
Bahkan di sejumlah daerah ada larangan yang lebih ketat atas nama Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Penerapan PSBB di Jakarta terbukti mampu menekan laju pertumbuhan penyebaran virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China itu.
Pembatasan sosial (social distancing) membuat roda ekonomi berjalan lambat. Pada kuartal I-2020, pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih berada di kisaran 4%. Masih lumayan karena aktivitas ekonomi pada Januari-Februari belum banyak terpengaruh pandemi virus corona.
Baca: Sri Mulyani Ramal Pertumbuhan PDB Kuartal I-2020 di 4,5-4,6%
Namun pada kuartal II-2020 sepertinya bakal berbeda. Bank Indonesia (BI) memperkirakan ekonomi nasional pada April-Juni masih tumbuh 1,1%, tetapi berbagai institusi meramal bakal ada kontraksi.
Moody's Analytics memperkirakan ekonomi Indonesia tumbuh 2% pada kuartal I-2020 dan kemudian terkontraksi -3,9% pada kuartal berikutnya. Bahkan pemerintah juga memperingatkan ada risiko terjadinya kontraksi.
"Pertumbuhan ekonomi bisa turun 0,3%, hampir mendekati nol. Atau bahkan negative growth di -2,6%," kata Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan, beberapa waktu lalu.
Baca: Covid-19 Berkepanjangan, Sri Mulyani Khawatir RI Bisa Resesi
Wajar jika ekonomi domestik terkontraksi pada kuartal II-2020. Ini karena aktivitas ekonomi yang seharusnya memuncak seiring momentum Ramadan-Idul Fitri malah mati suri akibat pandemi virus corona.
Riset Morgan Stanley menyebutkan, pembatalan penerbangan di Indonesia mencapai 77,7%. Kunjungan masyarakat ke berbagai tempat juga menurun, yang naik hanya kunjungan ke rumah karena memang #dirumahaja.
"PSBB di Jakarta diperpanjang, sementara mudik Idul Fitri juga dilarang. Perjalanan keluar/masuk daerah yang menerapkan PSBB tidak diizinkan," sebut riset Morgan Stanley.
Pembatasan aktivitas masyarakat membuat konsumsi terhambat. Padahal konsumsi adalah kontributor terbesar dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. Ketika konsumsi turun, maka PDB sudah pasti ikut terseret ke bawah.
"PSBB akan diimplementasikan di lebih banyak daerah, sehingga kami memperkirakan konsumsi rumah tangga akan terkontraksi 15-30% pada kuartal II-2020 dan baru bangkit pada kuartal IV-2020," kata Helmi Arman, Ekonom Citi.
Oleh karena itu, sepertinya kuartal II-2020 akan menjadi kali pertama Indonesia mengalami kontraksi ekonomi sejak krisis multi-dimensi pada 1998. Sedih, tetapi ada baiknya bersiap diri menghadapi yang terburuk.
Namun, ada harapan Indonesia bisa cepat keluar dari lubang kontraksi. Jika pandemi corona mereda pada Juni dan aktivitas masyarakat berangsur normal mulai Juli, maka ada harapan ekonomi akan kembali tumbuh mulai kuartal III-2020.
"Untuk kuartal III akan ada recovery di 1,5% dan (kuartal IV) 2,8%," tegas Sri Mulyani.
Sedangkan Moody's Analytics memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2020 sebesar 3% dan 2,8% pada kuartal berikutnya. Ini membuat pertumbuhan ekonomi untuk keseluruhan 2020 ada di 2,1%.
Akan tetapi, ada pula yang memperkirakan ekonomi Indonesia sepanjang 2020 masih terkontraksi. Citi memproyeksi ekonomi Indonesia tahun ini mengalami kontraksi -1,2%. Investasi sepertinya masih terkontraksi mengingat penundaan belanja modal pemerintah dan swasta.
Oleh karena itu, Citi memperkirakan BI masih akan melanjutkan stimulus moneter dengan penurunan suku bunga acuan. Pada akhir tahun, BI 7 Day Reverse Repo Rate diperkirakan berada di 4% dari saat ini yang sebesar 4,5%.
"Kami memperkirakan BI akan menurunkan suku bunga acuan 25 basis poin (bps) pada kuartal II, kemungkinan Mei, dan kuartal II. Pada akhir tahun ini, suku bunga acuan kami perkirakan sebesar 4%," sebut Helmi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/sef) Next Article Kenali Ciri & Gejala Virus Corona, Ini Penjelasan IDI
Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, jumlah pasien positif corona per 28 April 2020 adalah 9.096 orang. Bertambah 214 orang dibandingkan posisi sehari sebelumnya.
Meski masih ada penambahan, tetapi laju pertumbuhan harian kasus corona di Tanah Air semakin melambat. Pada 28 April, kasus bertambah 2,41% dibandingkan hari sebelumnya. Kenaikan 2,41% adalah yang terendah sejak 13 April dan jauh di bawah rata-rata pertumbuhan harian selama 3 Maret-28 April yang sebesar 18,97%.
"Bapak Presiden (Jokowi) minta kita kerja lebih keras, lebih patuh, lebih disiplin agar pada Juni yang akan datang kita bisa turunkan Covid-19 di Indonesia. Juli diharapkan kita bisa memulai hidup normal kembali," ungkap Doni Monardo, Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, awal pekan ini.
Kalau melihat tren pertumbuhan kasus corona di Indonesia, maka memang ada perlambatan. Apabila tren ini bisa dijaga atau bahkan bisa ditingkatkan, maka sangat mungkin kasus corona di Ibu Pertiwi bakal terkontraksi (tumbuh negatif). Jumlah pasien baru menurun. Ketika itu terjadi, maka keran aktivitas publik kembali bisa dibuka.
Saat ini pemerintah masih menganjurkan masyarakat untuk #dirumahaja. Bekerja di rumah, belajar di rumah, dan beribadah di rumah.
Bahkan di sejumlah daerah ada larangan yang lebih ketat atas nama Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Penerapan PSBB di Jakarta terbukti mampu menekan laju pertumbuhan penyebaran virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China itu.
Pembatasan sosial (social distancing) membuat roda ekonomi berjalan lambat. Pada kuartal I-2020, pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih berada di kisaran 4%. Masih lumayan karena aktivitas ekonomi pada Januari-Februari belum banyak terpengaruh pandemi virus corona.
Baca: Sri Mulyani Ramal Pertumbuhan PDB Kuartal I-2020 di 4,5-4,6%
Namun pada kuartal II-2020 sepertinya bakal berbeda. Bank Indonesia (BI) memperkirakan ekonomi nasional pada April-Juni masih tumbuh 1,1%, tetapi berbagai institusi meramal bakal ada kontraksi.
Moody's Analytics memperkirakan ekonomi Indonesia tumbuh 2% pada kuartal I-2020 dan kemudian terkontraksi -3,9% pada kuartal berikutnya. Bahkan pemerintah juga memperingatkan ada risiko terjadinya kontraksi.
"Pertumbuhan ekonomi bisa turun 0,3%, hampir mendekati nol. Atau bahkan negative growth di -2,6%," kata Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan, beberapa waktu lalu.
Baca: Covid-19 Berkepanjangan, Sri Mulyani Khawatir RI Bisa Resesi
Wajar jika ekonomi domestik terkontraksi pada kuartal II-2020. Ini karena aktivitas ekonomi yang seharusnya memuncak seiring momentum Ramadan-Idul Fitri malah mati suri akibat pandemi virus corona.
Riset Morgan Stanley menyebutkan, pembatalan penerbangan di Indonesia mencapai 77,7%. Kunjungan masyarakat ke berbagai tempat juga menurun, yang naik hanya kunjungan ke rumah karena memang #dirumahaja.
![]() |
"PSBB di Jakarta diperpanjang, sementara mudik Idul Fitri juga dilarang. Perjalanan keluar/masuk daerah yang menerapkan PSBB tidak diizinkan," sebut riset Morgan Stanley.
Pembatasan aktivitas masyarakat membuat konsumsi terhambat. Padahal konsumsi adalah kontributor terbesar dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. Ketika konsumsi turun, maka PDB sudah pasti ikut terseret ke bawah.
"PSBB akan diimplementasikan di lebih banyak daerah, sehingga kami memperkirakan konsumsi rumah tangga akan terkontraksi 15-30% pada kuartal II-2020 dan baru bangkit pada kuartal IV-2020," kata Helmi Arman, Ekonom Citi.
Oleh karena itu, sepertinya kuartal II-2020 akan menjadi kali pertama Indonesia mengalami kontraksi ekonomi sejak krisis multi-dimensi pada 1998. Sedih, tetapi ada baiknya bersiap diri menghadapi yang terburuk.
Namun, ada harapan Indonesia bisa cepat keluar dari lubang kontraksi. Jika pandemi corona mereda pada Juni dan aktivitas masyarakat berangsur normal mulai Juli, maka ada harapan ekonomi akan kembali tumbuh mulai kuartal III-2020.
"Untuk kuartal III akan ada recovery di 1,5% dan (kuartal IV) 2,8%," tegas Sri Mulyani.
Sedangkan Moody's Analytics memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2020 sebesar 3% dan 2,8% pada kuartal berikutnya. Ini membuat pertumbuhan ekonomi untuk keseluruhan 2020 ada di 2,1%.
Akan tetapi, ada pula yang memperkirakan ekonomi Indonesia sepanjang 2020 masih terkontraksi. Citi memproyeksi ekonomi Indonesia tahun ini mengalami kontraksi -1,2%. Investasi sepertinya masih terkontraksi mengingat penundaan belanja modal pemerintah dan swasta.
Oleh karena itu, Citi memperkirakan BI masih akan melanjutkan stimulus moneter dengan penurunan suku bunga acuan. Pada akhir tahun, BI 7 Day Reverse Repo Rate diperkirakan berada di 4% dari saat ini yang sebesar 4,5%.
"Kami memperkirakan BI akan menurunkan suku bunga acuan 25 basis poin (bps) pada kuartal II, kemungkinan Mei, dan kuartal II. Pada akhir tahun ini, suku bunga acuan kami perkirakan sebesar 4%," sebut Helmi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/sef) Next Article Kenali Ciri & Gejala Virus Corona, Ini Penjelasan IDI
Most Popular