
AS dan Eropa Mau Cabut Lockdown, Yakin Sudah Aman?
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
28 April 2020 15:48

Rencana serupa juga sudah mulai digaungkan di AS. Namun Direktur Center for Disease Control & Prevention (CDC) Robert Redfield telah mewanti-wanti AS tetap siaga dan bersiap dengan gelombang kedua wabah pada musim dingin nanti.
"Ada kemungkinan bahwa serangan virus pada musim dingin nanti akan lebih sulit daripada yang baru saja kita lalui," kata Direktur CDC Robert Redfield dalam sebuah wawancara dengan The Washington Post.
"Ketika saya mengatakan ini kepada orang orang, mereka memalingkan muka. Sungguh mereka tidak memahami apa yang saya maksud, “ tambahnya. Lebih lanjut direktur CDC tersebut juga mengatakan bahwa wabah gelombang kedua akan bertepatan dengan epidemi flu.
Redfield juga mengimbau untuk terus mepersiapkan dengan baik adanya gelombang kedua wabah ini. Ahli kesehatan dunia meyakini bahwa ada setidaknya tiga skenario berakhirnya pandemi yang mungkin terjadi.
Skenario yang pertama, pandemi akan mudah ditangani dengan intervensi di sektor kesehatan seperti biasanya. Di beberapa negara ini efektif terutama yang sudah mempersiapkan strategi sejak dini sehingga wabah bisa ditekan. Namun secara global, merebaknya virus ini masih membuat sektor kesehatan kewalahan dibuatnya.
Skenario kedua, pandemi bisa berakhir dengan ditemukannya vaksin dan obat. Namun pengembangan vaksin dan obat untuk virus baru seperti ini tentu butuh ongkos yang besar. Tak hanya itu waktu pengembangannya pun lama karena harus melewati serangkaian uji klinis.
Skenario yang ketiga yang dianggap paling memungkinkan adalah pandemi ini akan reda dengan sendirinya setelah menginfeksi sejumlah populasi manusia di dunia. Namun musuh tak kasat mata ini tak akan pernah benar-benar sirna. Pandemi akan berubah menjadi penyakit musiman seperti flu.
Ya, sejatinya musuh tak kasat mata itu masih terus mengintai dan akan susah untuk dibasmi. Sehingga tindakan yang paling bijak untuk saat ini adalah tetap pada kewaspadaan penuh. Dibukanya lockdown bukan berarti harus tenggelam dalam euforia yang bisa memicu tindakan ugal-ugalan yang justru menjadi celah untuk musuh masuk kembali.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)
"Ada kemungkinan bahwa serangan virus pada musim dingin nanti akan lebih sulit daripada yang baru saja kita lalui," kata Direktur CDC Robert Redfield dalam sebuah wawancara dengan The Washington Post.
"Ketika saya mengatakan ini kepada orang orang, mereka memalingkan muka. Sungguh mereka tidak memahami apa yang saya maksud, “ tambahnya. Lebih lanjut direktur CDC tersebut juga mengatakan bahwa wabah gelombang kedua akan bertepatan dengan epidemi flu.
Skenario yang pertama, pandemi akan mudah ditangani dengan intervensi di sektor kesehatan seperti biasanya. Di beberapa negara ini efektif terutama yang sudah mempersiapkan strategi sejak dini sehingga wabah bisa ditekan. Namun secara global, merebaknya virus ini masih membuat sektor kesehatan kewalahan dibuatnya.
Skenario kedua, pandemi bisa berakhir dengan ditemukannya vaksin dan obat. Namun pengembangan vaksin dan obat untuk virus baru seperti ini tentu butuh ongkos yang besar. Tak hanya itu waktu pengembangannya pun lama karena harus melewati serangkaian uji klinis.
Skenario yang ketiga yang dianggap paling memungkinkan adalah pandemi ini akan reda dengan sendirinya setelah menginfeksi sejumlah populasi manusia di dunia. Namun musuh tak kasat mata ini tak akan pernah benar-benar sirna. Pandemi akan berubah menjadi penyakit musiman seperti flu.
Ya, sejatinya musuh tak kasat mata itu masih terus mengintai dan akan susah untuk dibasmi. Sehingga tindakan yang paling bijak untuk saat ini adalah tetap pada kewaspadaan penuh. Dibukanya lockdown bukan berarti harus tenggelam dalam euforia yang bisa memicu tindakan ugal-ugalan yang justru menjadi celah untuk musuh masuk kembali.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)
Pages
Most Popular