
Kasus Corona di RI 8.000-an, Singapura 13.000-an, Kok Bisa?
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
27 April 2020 14:02

Awalnya wabah COVID-19 merebak dengan sangat mengerikan di Korea Selatan. Pada 18 Februari 2020, kasus di Korea Selatan melonjak signifikan dan menjadi negara di luar China yang paling parah terdampak. Namun sejak 6 Maret 2020, Korsel telah berhasil mengendalikan wabah dengan jumlah kasus baru per hari di bawah 10.
Ketika episentrum penyebaran virus mulai bergeser ke Eropa dan AS dan memicu banyak negara seperti Italia, Spanyol, dan Perancis memilih lockdown, roda perekonomian Korea Selatan tetap berjalan. Korea Selatan adalah salah satu negara yang dinilai berhasil mengendalikan wabah tanpa harus mengorbankan perekonomiannya dengan signifikan seperti negara lain yang mengambil opsi lockdown.
Apa yang membuat Korea Selatan terlihat sukses dalam penanganan pandemi ada dua. Pertama belajar dari pengalaman dan kedua memberikan respons yang cepat juga tepat.
Melansir Nikkei Aisan Review, Korsel menyebut strategi yang dilakukannya sebagai TRUST yang kepanjangannya adalah Transparency, Robust Screening & Quarantine, Unique & universally Applicable Testing, Strict Control & Treatment.
Korea Selatan belajar pentingnya kesiapan dalam menangani wabah pada 2015 lalu, ketika Negeri Ginseng juga terjangkiti MERS yang juga disebabkan oleh virus corona. Satu kasus MERS yang diimpor mendorong rantai transmisi yang menginfeksi 186 dan membunuh 36 jiwa. Hampir 17.000 orang dikarantina, dan pemerintah dikritik keras karena responsnya yang lambat.
Ketika COVID-19 muncul di Tiongkok akhir tahun lalu, Korea Selatan mulai memobilisasi sumber daya untuk wabah. Negara ini mulai melakukan tes COVID-19 secara masif dan cepat.
Korsel juga menjadi pelopor tes COVID-19 melalui drive thru yang memungkinkan petugas kesehatan untuk mengambil swab untuk menguji virus tanpa orang meninggalkan mobil mereka. Sekarang strategi ini juga diikuti oleh negara-negara lain, termasuk Kanada, Jerman, dan AS.
Upaya yang dilakukan oleh Korsel ini terbilang membuahkan hasil. Kasus COVID-19 di Korea Selatan bisa ditekan di level 10 ribu. Padahal melesat tajam paling awal. Selain itu tingkat mortalitas juga termasuk rendah di bawah rata-rata global yang mencapai 6,8%.
(twg/twg)
Ketika episentrum penyebaran virus mulai bergeser ke Eropa dan AS dan memicu banyak negara seperti Italia, Spanyol, dan Perancis memilih lockdown, roda perekonomian Korea Selatan tetap berjalan. Korea Selatan adalah salah satu negara yang dinilai berhasil mengendalikan wabah tanpa harus mengorbankan perekonomiannya dengan signifikan seperti negara lain yang mengambil opsi lockdown.
Melansir Nikkei Aisan Review, Korsel menyebut strategi yang dilakukannya sebagai TRUST yang kepanjangannya adalah Transparency, Robust Screening & Quarantine, Unique & universally Applicable Testing, Strict Control & Treatment.
Korea Selatan belajar pentingnya kesiapan dalam menangani wabah pada 2015 lalu, ketika Negeri Ginseng juga terjangkiti MERS yang juga disebabkan oleh virus corona. Satu kasus MERS yang diimpor mendorong rantai transmisi yang menginfeksi 186 dan membunuh 36 jiwa. Hampir 17.000 orang dikarantina, dan pemerintah dikritik keras karena responsnya yang lambat.
Ketika COVID-19 muncul di Tiongkok akhir tahun lalu, Korea Selatan mulai memobilisasi sumber daya untuk wabah. Negara ini mulai melakukan tes COVID-19 secara masif dan cepat.
Korsel juga menjadi pelopor tes COVID-19 melalui drive thru yang memungkinkan petugas kesehatan untuk mengambil swab untuk menguji virus tanpa orang meninggalkan mobil mereka. Sekarang strategi ini juga diikuti oleh negara-negara lain, termasuk Kanada, Jerman, dan AS.
Upaya yang dilakukan oleh Korsel ini terbilang membuahkan hasil. Kasus COVID-19 di Korea Selatan bisa ditekan di level 10 ribu. Padahal melesat tajam paling awal. Selain itu tingkat mortalitas juga termasuk rendah di bawah rata-rata global yang mencapai 6,8%.
(twg/twg)
Pages
Most Popular