
Kim Jong Un Merintis Jalan Menuju Pertumbuhan Ekonomi 4,7%
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
27 April 2020 07:12

Mengutip data bank sentral Korea Selatan (BoK), ekonomi Korea Selatan mengalami kontraksi atau pertumbuhan negatif -4,1% pada 2018. Lebih dalam ketimbang kontraksi tahun sebelumnya yaitu -3,5%.
Riset Lee Jong Wha berjudul North Korea's Economic Integration and Growth Potential terbitan Australian National University pada November 2016 menyebutkan, apabila Pyongyang sukses menerapkan reformasi ekonomi menuju keterbukaan, maka pertumbuhan yang tinggi dalam jangka panjang bukan tidak mungkin bakal tercapai. Jika hubungan ekonomi dengan Korea Selatan membaik plus mengubah orientasi ekonomi menjadi lebih berorientasi pasar, maka ekonomi Korea Utara bisa tumbuh sekitar 4,7% per tahun dalam satu dekade ke depan.
"Dengan level pendapatan yang rendah serta modal sumber daya alam dan manusia yang bagus, Korea Utara punya potensi besar untuk mengejar ketertinggalan dari Korea Selatan dan negara-negara Asia Timur lainnya melalui reformasi institusional dan keterbukaan ekonomi. Namun dengan sistem terpusat dan ekonomi tertutup yang diterapkan saat ini, potensi tersebut belum bisa tercapai," sebut riset Lee Jong Wha.
Korea Utara sebenarnya tidak sepenuhnya tertutup. Korea Utara juga berdagang dengan negara lain. Akan tetapi, hampir seluruh perdagangan internasional Korea Utara dilakukan dengan sekutunya, China.
Pada 2017, Observatory of Economic Complexity mencatat 91% ekspor Korea Utara ditujukan ke Negeri Tirai Bambu. Sementara 94% barang impor yang datang juga berasal dari negara yang sama.
Dari sisi investasi di sektor riil, investasi asing (Foreign Direct Investment/FDI) juga masuk ke Korea Utara. Bank Dunia mencatat pada 2018 Korea Utara membukukan FDI bersih (net inflows) sebesar US$ 51,97 juta. Namun sama seperti perdagangan, peran China sangat dominan.
Sejauh ini proses untuk mengintegrasikan Korea Utara ke perekonomian dunia masih panjang. Namun Kim Jong Un sudah mulai merintis jalan ke arah sana, menuju pertumbuhan ekonomi 4,7%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Riset Lee Jong Wha berjudul North Korea's Economic Integration and Growth Potential terbitan Australian National University pada November 2016 menyebutkan, apabila Pyongyang sukses menerapkan reformasi ekonomi menuju keterbukaan, maka pertumbuhan yang tinggi dalam jangka panjang bukan tidak mungkin bakal tercapai. Jika hubungan ekonomi dengan Korea Selatan membaik plus mengubah orientasi ekonomi menjadi lebih berorientasi pasar, maka ekonomi Korea Utara bisa tumbuh sekitar 4,7% per tahun dalam satu dekade ke depan.
![]() |
"Dengan level pendapatan yang rendah serta modal sumber daya alam dan manusia yang bagus, Korea Utara punya potensi besar untuk mengejar ketertinggalan dari Korea Selatan dan negara-negara Asia Timur lainnya melalui reformasi institusional dan keterbukaan ekonomi. Namun dengan sistem terpusat dan ekonomi tertutup yang diterapkan saat ini, potensi tersebut belum bisa tercapai," sebut riset Lee Jong Wha.
Korea Utara sebenarnya tidak sepenuhnya tertutup. Korea Utara juga berdagang dengan negara lain. Akan tetapi, hampir seluruh perdagangan internasional Korea Utara dilakukan dengan sekutunya, China.
Pada 2017, Observatory of Economic Complexity mencatat 91% ekspor Korea Utara ditujukan ke Negeri Tirai Bambu. Sementara 94% barang impor yang datang juga berasal dari negara yang sama.
![]() |
Dari sisi investasi di sektor riil, investasi asing (Foreign Direct Investment/FDI) juga masuk ke Korea Utara. Bank Dunia mencatat pada 2018 Korea Utara membukukan FDI bersih (net inflows) sebesar US$ 51,97 juta. Namun sama seperti perdagangan, peran China sangat dominan.
Sejauh ini proses untuk mengintegrasikan Korea Utara ke perekonomian dunia masih panjang. Namun Kim Jong Un sudah mulai merintis jalan ke arah sana, menuju pertumbuhan ekonomi 4,7%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular