Beberapa peneliti sedang melakukan uji coba lebih lanjut dalam upaya pencegahan virus corona atau covid-19.
Selain vaksin, terdapat 20 jenis penelitian, yang terdiri dari obat-obatan dan eksperimen yang kemungkinan bisa menangkal covid-19.
Melanisr dari Reuters Sabtu (25/4/2020) beberapa peneliti mengatakan, vaksin dalam menangkal penularan virus corona yang aman, kemungkinan baru ada pada tahun depan.
Para peneliti kemudian menggunakan beberapa metode penelitian terhadap beberapa jenis obat-obatan dan terapi non obat-obatan. Sebagian obat-obatan tersebut sedang dilakukan uji klinis.
Lebih dari 70 kandidat vaksin juga sedang dikembangkan di seluruh dunia, dengan setidaknya lima dalam pengujian pendahuluan pada manusia.
1. RemdesivirPerusahaan biofarmasi Amerika Serikat, Gilead Sciences mengatakan bahwa obat Remdesivir bisa sebagai obat penangkal antivirus corona. Namun setelah dilakukan eksperimen terhadap pasien di China, obat ini gagal dan malah menelan korban jiwa.
Remdisivir awalnya dikembangkan untuk memerangi virus RNA dan virus syncytial yang menyerang pernapasan. Namun sayang, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, obat itu justru menelan korban jiwa.
WHO merinci, peneliti mempelajari 237 pasien yang diberikan remdesivir. Pasien yang diberikan obat sebanyak 158 dan 79 pasien yang tersesisa diberikan obat yang bukan remdesivir atau dalam istilah kedokteran disebut sebagai plasebo.
"Setelah sebulan 13,9% dari pasien yang memakai obat itu meninggal dan 12,8% dari mereka yang menerima plasebo. Remdesivir tidak dikaitkan dengan manfaat klinis atau virologi," seperti dikutip ringkasan yang ditulis WHO tersebut, Jumat (24/4/2020).
2. Hydroxychloroquine / chloroquineJenis obat ini merupakan obat jenis malaria, yang diyakini memiliki penangkal virus. Penelitian kecil di Perancis, beberapa pasien covid-19 berangsur pulih, tapi tidak diketahui secara jelas, apakah berasal dari mengonsumsi obat tersebut atau bukan.
Pasalnya, penelitian yang baru dipublikasikan beberapa waktu lalu pada bulan April di Perancis dan China, tidak ditemui adanya manfaat pada pasien yang mengonsumsi obat jenis ini.
3. Actemra (tocilizumab)Sebuah perusahaan bioteknologi Roche, asal Basel, Switzerland mengembangkan obat atibodi bernama actemra. Antibodi ini biasa digunakan sebagai obat pereda peradangan sendi (Rheumatoid arthritis) dan sebagai obat kekebalan sitokin (Cytokine strom) pada penyakit kanker.
Sudah ada 15 uji coba yang dilakukan di Cina, Eropa, dan Amerika Serikat. Obat ini diberikan kepada pasien positif covid-19, yang juga dibandingkan dengan pasien covid-19 yang rutin menjalani terapi lain.
Satu percobaan di Perancis teramati memberikan efek kepada pasien covid-19 pada hari ke-28 yang mana pasien juga merupakan pasien dengan kanker stadium lanjut atau metastasis.
4. Kevzara (sarilumab)Perusahaan bioteknologi Amerika, Sanofi and Regeneron Pharmaceuticals sedang melakukan penelitian obat kevzara. Kevzara ini merupakan jenis obat antibodi monoklonal atau pereda randang sendi atau obat imun kekebalan cytokine strome.
Uji coba sudah dilakukan, dan obat diberikan pada pasien positif covid-19. Kepala Peneliti Regeneron mengatakan, data awal tentang efektivitas obat ini akan keluar hasilnya pada akhir April mendatang.
5. Jakavi (ruxolitinib)Jakavi (Ruxolitinib) diproduksi oleh Novartis, Incyte. Merupakan obat untuk menyembuhkan radang atau sebagai autoimun. Uji coba sudah dilakukan kepada pasien positif covid-19 di Kanada dan Meksiko.
Obat Jakavi di Meksiko dan Kanada diberikan kepada pasien covid-19 yang memiliki gejala pernapasan yang parah dan memiliki cytokine strome. Sementara di Amerika, Novarits melakukan juga uji coba kepada penderita covid-19 yang menderita cukup parah, yang dilakukan pada 7 April.
Hasil uji coba ini kemungkinan baru akan diketahui pada Juni 2020.
6. mRNA 1273Vaksin ini dikembangkan oleh para ilmuwan dari Institut Kesehatan Nasional Amerika Serikat (NIH), berkolaborasi dengan perusahaan bioteknologi asal Cambridge, Amerika Serikat. Vaksin ini dibuat dengan messenger-RNA (mRNA). Di mana terdapat kode yang mengandung protein dari SARS-CoV-2 yang dikemas dalam lipid nanoparticle.
Uji coba fase 1 dilakukan kepada 45 orang yang berusia 18-55 tahun di tiga lokasi di Amerika Serikat. Hasil uji coba awal dari respon pemberian vaksin ini baru akan diketahui pada 1 Juni 2020.
7. Convalescent Plasma atau Pemulihan Melalui Plasma DarahPemulihan plasma ini merupakan teknik dari plasma darah pasien covid-19 yang sudah sembuh, ditransfusikan ke pasien yang baru mengalami gejala covid-19. Cara ini diharapkan bisa membentuk satu antibodi baru yang bisa menetralisir virus.
Metode ini telah digunakan selama lebih dari 100 tahun dan memiliki risiko atau efek samping yang minim atau sedikit. Pada studi kasus kecil, mebantu mengurangi tingkat pertahanan virus di dalam tubuh.
Uji coba terkontrol sudah berlangsung di Cina, Eropa, dan Amerika Serikat. Hasilnya, 10 pasien dengan tikat kepaahan di China mengalami pemulihan signifikan, dibandingkand engan pasien serupa yang tidak menerima pengobatan.
Catatannya dari uji coba ini adalah, pasien yang pulih untuk menjadi pendonor harus dipilih secara hat-hati, atau hanya boleh bagi mereka yang memiliki respon imun yang kuat atau mampu mentralisir virus pada tingkat yang cukup tinggi.
8. Kaletra (lopinavir/rotonavir)Perusahaan biofarmasi AbbVie, asal Amerika Serikat mengembangkan kombinasi obat antivirus yang digunakan untuk mengobati dan mencegah infeksi HIV, yang kemudian diberi nama kaletra.
Obat ini telah diuji coba di seluruh dunia sebagai pengobatan kepada pasien covid-19 atau orang yang telah berkontak dengan pasien positif atau orang yang memiliki risiko tinggi tertular covid-19. Hasil awal ujicoba ini diharapkan bisa selesai pada awal Mei 2020.
9. NKG2D-ACE2 CAR-NK cellsChongqing Public Health Medical Center, Chongqing Sidemu Biotechnology Technology mengembangkan terapi ini.
Respepoter untuk imun pembunuh alami (natural killer/NK) dipasangkan dengan sistem kekebalan tubuh yang merupakan reseptor ACE-2 yang merupakan virus corona untuk bisa masuk ke sel-sel tubuh manusia.
Uji coba fase 1/2 pada 90 pasien ini untuk membuktikan apakah terapi ini dapat mencegah virus covod-19 yang memasuki tubuh dan berkembang biak.
Hail ujicoba tersebut baru akan terlihat ekfektivitasnya selama 28 hari pada pasien pneumonia covid-19 atau pasien yang parah atau kritis.
10. NVX-CoV2373Novavax tengah mengembangkan vaksin untuk virus covid-19, bernama NVX-CoV2373.
Perusahaan bioteknologi asal Swedia itu mengatakan, vaksin ini diharapkan untuk meningkatkan kekebalan tubuh pada penderita pasien covid-19.
Uji coba telah dilakukan kepada 130 orang dewasa, yang baru akan dilakukan pada pertengahan Mei, dengan hasil berupa imunogenisitas dan kelayakan awal pada bulan Juli 2020 mendatang.
Catatan untuk uji coba ini, adalah imunogenisitas yang kuat sebenarnya dilakukan pada hewan. Kemungkinan memerlukan dosis dua kali lipatnya untuk dilakukan uji coba kepada manusia.
NEXT > Vaksin BCG Sampai Aspirin
11. RhACE2 APN01Perusahaan bioteknologi yang berbasis di Vienna, Austria yakni Aperion Bilogics mengembangkan sebuah obat yang disebut sebagai enzim pengonversi angiotensin rekombinan manusia 2 (a recombinant human angiotensin converting enzyme 2/ RhACE2).
Obat ini masih dalam tahap pengembangan klinis fase 2 pada pasien cedera paru akut (Acute Lung Injury/ALI) dan pasien hipertensi arteri pulmonal (Pulmonal arterial hypertension/PAH).
Uji coba itu dilakukan di Austria untuk melihat apakah obat ini dapat memblokir masuknya virus dan mengurangi replikasi virus pada pasien covid-19, mengurangi efek samping kematian atau kebutuhan ruang pernapasan.
Hasil awal dari persidangan yang diumumkan pada 2 April diharapkan bisa keluar hasilnya pada bulan September 2020.
12. Lentiviral Minigene Vaccines (LV-SMENP)Shenzhen Genoimmune Medical Institute mengembangkan vaksin dengan merekayasa minigene atau minigen dan mengkodekannya dengan antigen virus; vektor lentiviral dirancang untuk menginfeksi sel denritik atau dendritic cell dan sel T atau limfosit T untuk menginduksi imunitas.
Percobaan pada 100 orang dewasa di Shenzen, China diharapkan bisa selesai pada 31 Juli 2020.
13. BCG Tuberculosis Vaccine atau Vaksin BCG TuberculosisMurdoch Childrens Research Institute mengembangkan vaksin tuberkulosis Bacillus Calmette-Guérin yan diinduksi dengan respons sistem imun bawaan, yang telah terbukti melindungi terhadap infeksi atau penyakit parah pada pernapasan.
Uji coba berskala besar dilakukan di Australia dan Belanda, dilukan dengan vaksin BCG untuk melihat, apakah kekebalan tubuh akan meningkat, pada petugas kesehatan dan orang tua, orang yang memiliki riwayat penyakit pernapasan termasuk pasien positif covid-19, dan orang yang memiliki parah lainnya.
Dua percobaan lainnya juga dilakukan oleh Max Planck Institute di Jerman, dengan memberikan vaksin TB VPM1002 yang saat ini masih berlangsung.
14. Ino-4800Inovio Pharmaceuticals dan Coalition for Epidemic Preparedness Innovations (CEPI) mengembangkan vaksin INO-4800, sebagai vaksin Covid-19.
Vaksin plasmid DNA ini disalurkan ke kulit melalui alat elektroporasi yang dengan cara ditempel. Uji klinis sudah diluncurkan pada 3 April 2020 lalu.
Hasil awal uji klinis ini baru akan diketahui pada akhir tahun 2020 dengan harapan bisa memproduksi 1 juta dosis sebagai percobaan tambahan dan penggunaan darurat.
15. Camostat MesylateObat yang lisensinya dipegang oleh Jepang dan Korea Selatan ini biasa dipakai untuk pasien sakit ginjal kronis. Uji laboratorium awal melihat obat bisa menghalangi mekanisme yang digunakan virus Corona COVID-19 untuk menginfeksi sel.
Di awal April para peneliti dari Universitas Aarhus, Denmark melakukan uji tahap dua obat camostat mesylate pada sekitar 180 pasien COVID-19 di sembilan lokasi berbeda di Denmark. Hasilnya diharapkan bisa terdeteksi pada Desember 2020.
Universitas Tokyo juga telah melakukan uji coba camoostat mesylate dan obat terkait seperti nafamostat mesylate, pada awal April 2020 lalu.
16. IFX-1IFX-1 dikembangkan untuk menghalangi mekanisme inflamasi. Para ilmmuwan Belanda di awal April mulai meneliti manfaat obat ini pada pasien COVID-19 yang mengalami gejala pneumonia parah. Hasil awal uji coba ini diharapkan akan keluar pada akhir Oktober 2020.
17. Ad5-nCoVObat antivirus ini dikembangkan oleh perusahaan Tiongkok yakni CanSino Biologics dan Beijing Institute of Biotech. Fase pertama uji coba pada manusia sudah mulai dilakukan di Hubei, tempat virus corona muncul.
Pada 12 April uji coba secara terkontrol dilakukan dengan dua fase secara acak kepada 500 orang untuk menguji berbagai dosis dengan plasebo. Penyelesaian fase 1 baru akan selesai pada akhir Desember2020 dan hasil fase dua diharapkan bisa diketahui pada Januari 2021.
18. Aspirin, clopidogrel, rivaroxaban, atorvastatin, dan omerazoleSederet obat yang biasa dipakai untuk penyakit jantung juga mulai diteliti oleh ilmuwan di Inggris untuk melawan COVID-19. Obat jantung dilibatkan karena beberapa laporan melihat adanya kaitan antara keparahan infeksi virus dengan penyakit jantung. Uji coba telah dilakukan kepada 3.000 pasien di Inggris dengan tanggal penyelesaian uji coba sampai 30 Maret 2021.
19. ChAdOx1ChAdOx1 merupakan jenis vaksin yang sedang dikembangkan oleh Universitas Oxford dengan dukungan pendanaan dari Pemerintah Inggris. Vaksin ini menggunakan virus yang telah dijinakkan dan sedang diuji pada 510 orang dengan rentan usia 18-55 tahun. Namun seperti antivirus lain, ChAdOx1 paling cepat baru akan digunakan pada Mei 2021.
20. Serology / Antibody Testing atau Eksperimen AntibodiBeberapa negara dan akademisi telah mulai melakukan eksperimen uji darah sebagai antibodi kepada seseorang yang telah terpapar covid-19 dan atau mereka yang tanpa menunjukkan gejala.
Eksperimen serology untuk antibodi akan memberikan pemahaman yang lebih luas tentang ruang lingkup dan dinamika pandemi covid-19. Selain itu juga, lewat eksperimen ini bisa mengindentifikasi pasien seberapa jauh pasien akan pulih.
Lewat ekseperimen ini nantinya, para tenaga medis dapat mengindentifikasi antibodi seperti apa yang tepat untuk merespon vaksin yang akan diberikan kepada sang pasien. Data dari pengujian serology ini diharapkan akan diketahuo dalam beberapa minggu mendatang.
Eksperimen ini telah lebih dulu dilakuakan kepada pasien covid-19 di China. Satu laporan pra-publikasi menganalisis plasma dari 175 pasien dan menemukan bahwa peradangan berkolerasi dengan titer antibodi yang lebih tinggi.
Pun pada pasien yang lebih muda usianya, kemungkinan lebih sedikit menghasilkan antibodi. Para ahli berpikir bahwa pasien yang pulih lebih mungkin kambuh, terutama terhadap pasien yang masih terdapat virus ditubuhnya.
Kendati demikian, data ini masih belum diketahui kebenarannya, apakah infeksi ringan pada pasien covid-19 dengan gejala tertentu bisa menghasilkan respons atau perlindungan antibodi secara kuat, atau tidak.