Kacau Balau! Jualan Drop 50%, Pengembang Pusing Covid-19

Ratu Rina, CNBC Indonesia
23 April 2020 12:49
Awal Desember 2017, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mencatat capaian Program Satu Juta Rumah sebanyak 765.120 unit rumah, didominasi oleh pembangunan rumah bagi  masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) sebesar 70 persen, atau sebanyak 619.868 unit, sementara rumah non-MBR yang terbangun sebesar 30 persen, sebanyak 145.252 unit.
Program Satu Juta Rumah yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo, sekitar 20 persen merupakan rumah yang dibangun oleh Kementerian PUPR berupa rusunawa, rumah khusus, rumah swadaya maupun bantuan stimulan prasarana dan utilitas (PSU), 30 persen lainnya dibangun oleh pengembang perumahan subsidi yang mendapatkan fasilitas KPR FLPP, subsisdi selisih bunga dan bantuan uang muka. Selebihnya dipenuhi melalui pembangunan rumah non subsidi oleh pengembang.
Ketua Umum Asosiasi Pengembang Perumahan dan Pemukiman Seluruh Indonesia (Apersi) Junaidi Abdillah mengungkapkan, rumah tapak masih digemari kelas menengah ke bawah.
Kontribusi serapan properti oleh masyarakat menengah ke bawah terhadap total penjualan properti mencapai 70%.
Serapan sebesar 200.000 unit ini, akan terus meningkat pada tahun 2018 menjadi 250.000 unit.
Foto: Muhammad Luthfi Rahman
Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi covid-19 di Indonesia turut memukul sektor properti. Padahal sektor properti sempat mulai menunjukkan tren yang positif saat memasuki awal tahun 2020, setelah beberapa tahun belakangan ini cenderung stagnan. Namun, adanya pandemi ini kembali mengguncang kinerja sektor properti. 

"Sebenarnya waktu Desember kita sudah mulai meningkat, Desember-Januari awal tahun meningkat sebesar 5 persen dibandingkan kuartal terakhir atau 6 bulan pertama awal 2019, tapi kemudian adanya virus corona ini membuat semuanya menjadi kacau balau, kelas non subsidi turun drastis," kata Paulus Totok Lusida, Ketua Umum REI, dalam dialog program Squawk Box CNBC Indonesia, Kamis (23/04/2020).

Penurunan sektor properti selama pandemi ini diperkirakan mencapai hingga 50% pada April 2020 mendatang dibandingkan tahun lalu. Saat ini, menurut Totok, penurunan utamanya terjadi pada masyarakat kelas menengah ke atas. Artinya, sektor properti masih tertolong dengan adanya penjualan dari masyarakat menengah ke bawah.



"Penjualan masih ada, kita bekerja sama agen penjualan online yang besar bersama sama penjualan biar bisa dilakukan. Untuk menegah ke atas memang drop sekali bukan mati suri, karena kita tidak ingin properti itu bener-bener terhenti," ujar Totok. 

Totok menjelaskan masyarakat menengah ke bawah mendapatkan stimulus dari pemerintah yang menambah kuota rumah subsidi. Subsidi ini akan direalisasikan pada April 2020 dengan mengaktifkan kembali program Subsidi Selisih Bunga (SSB) dan Subsidi Bantuan Uang Muka (SBUM).

"Karena kalau menengah ke bawah kita lebih tergantung pada regulasi, kita lagi persiapan karena subsidi FLPP (Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan) udah abis, kita menunggu SBUM diharapkan Senin sudah bisa tandatangan, sehingga bisa terealisasi untuk rumah secara subsidi," jelasnya. 

"Kalau untuk properti itu penjualan tergantung sektor satu dengan terkait, kalo satu mati yang lain memang akan turun sehingga saya berharap dari birokrat mendukung penuh, sehingga penjualan rumah sederhana ini bisa terlaksana lancar supaya nanti kalo covid-19 selesai, rumah menengah ke atas kita memulainya nggak berat," papar Totok.

[Gambas:Video CNBC]





(hoi/hoi) Next Article Tahun Baru, Kasus Covid-19 di Australia Cetak Rekor Baru

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular