Harga Minyak Murah, Utang Pemerintah Makin Menggunung?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
21 April 2020 14:06
Ilustrasi Dollar Rupiah
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia)
Harapan harga bakal terangkat akibat kesepakatan OPEC+ belum juga terwujud. Awal bulan ini, OPEC+ menyepakati pemangkasan produksi sebesar 9,7 juta barel/hari. Namun kesepakatan ini baru terwujud bulan depan.

"Bantuan kavaleri tidak datang tepat waktu untuk menyelamatkan harga minyak. Apalagi saat ini sepertinya orang-orang seakan tidak butuh minyak," ujar Phil Flynn, Senior Market Analyst di Price Futures Group, seperti dikutip dari Reuters.

Ya, permintaan minyak memang sedang turun drastis. Penyebabnya adalah pandemi virus corona (Coronavirus Desease-2019/Covid-19) yang membuat aktivitas ekonomi nyaris lumpuh.

Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) per 19 April menyebutkan, jumlah pasien positif corona di seluruh dunia mencapai 2.241.778 orang, naik 81.572 orang dibandingkan hari sebelumnya. Sementara jumlah pasien meninggal dunia tercatat 152.551 orang, naik 6.463 orang.




Begitu cepat dan masifnya penyebaran virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China ini membuat pemerintah di berbagai negara terpaksa membatasi kegiatan masyarakat. Maklum, virus bakal menyebar ketika semakin banyak orang membuat interaksi dan kontak dalam jarak dekat.

Kini, manusia tidak lagi berlaku seperti makhluk sosial. Pembatasan sosial alias social distancing menjadi norma baru, kedekatan menjadi hal yang tabu. Akibatnya, segala bentuk aktivitas yang membuat orang berada dalam jarak dekat (apalagi dalam kerumuman) tidak dianjurkan, bahkan dilarang.

Sekolah diliburkan, kantor dan pabrik ditutup, restoran tidak boleh melayani makan-minum di tempat, rumah ibadah tidak bisa menampung jamaah, dan sebagainya. Ini membuat aktivitas publik seakan berhenti, pemandangan kota bak video game Silent Hill terjadi di mana-mana.

Roda ekonomi yang nyaris berhenti berputar membuat resesi menjadi sebuah keniscayaan. Dampak lainnya adalah harga minyak menjadi anjlok, karena memang permintaan turun tajam. Kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) berkurang karena mobil, sepeda motor, sampai pesawat terbang tidak beroperasi akibat social distancing.


Rystad Energy, lembaga riset yang berkantor pusat di Oslo (Norwegia), memperkirakan permintaan minyak dunia tahun ini turun 27,5 juta barel/hari. Permintaan BBM pesawat terbang alias jet fuel pada 2020 bahkan diperkirakan anjlok sampai 65%.

"Penurunan produksi dari OPEC+ tidak akan cukup untuk mengompensasi penurunan permintaan. Pada kuartal II-2020, kami memperkirakan terjadi oversupply hingga 21 juta barel/hari," sebut riset Rystad Energy.


(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular