
Duh! Investasi Mulai Terlihat Suram di Tengah Wabah COVID-19
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
20 April 2020 14:52

Masalahnya sejak kuartal pertama tahun 2017, pertumbuhan PMTB RI terus mencatatkan perlambatan. Padahal secara struktural, PMTB menyumbang lebih dari 33% dari total Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada 2019.
Kontribusinya merupakan yang terbesar kedua setelah konsumsi domestik yang mencapai 57,32%. Karena kontribusinya yang besar dan lajunya melambat, wajar saja pertumbuhan ekonomi RI dalam beberapa tahun terakhir cenderung menurun.
Jika dulu permasalahan untuk menarik investor terutama investor asing terletak di regulasi dan birokrasi yang berbelit-belit, kini masalah lain muncul. Masalah lain tersebut ya pandemi yang sekarang terjadi ini. Masalah lama belum kelar eh masalah baru sudah muncul. Inilah yang membuat prospek perekonomian jadi suram di tahun 2020 ini.
Akibat pandemi COVID-19 yang merajalela baik di dalam maupun luar negeri, Bank Indonesia (BI) memperkirakan ekonomi Tanah Air masih tumbuh 2,3% di tahun ini.
Artinya pertumbuhan ekonomi anjlok 270 basis poin dari angka tahun 2019. Pertumbuhan ekonomi bisa lebih lambat lagi atau bahkan mengalami kontraksi jika virus yang telah menginfeksi lebih dari 6.500 orang di dalam negeri ini tak segera dapat diatasi.
Indonesia juga tidak akan immune dengan gejolak eksternal yang menerpa perekonomian global. Pekan lalu, Dana Moneter Internasional (IMF) merilis sebuah laporan yang di dalamnya meramal ekonomi global pada 2020 akan mengalami kontraksi sebesar 3% di tahun ini sebelum akhirnya rebound 5,8% tahun 2021.
Kepala ekonom IMF, Gita Gopinath menambahkan bahwa krisis yang terjadi akibat pandemi COVID-19 jauh lebih besar dampaknya ketimbang Great Recession. Saking besarnya Gita juga mengatakan dampaknya tak bisa diredam hanya dengan kebijakan ekonomi seperti biasa. Lebih lagi rebound pada tahun 2021 bukanlah rebound yang permanen. Bukan maksud menakuti, tapi ini memang ngeri... Ngeri banget malah...
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)
Kontribusinya merupakan yang terbesar kedua setelah konsumsi domestik yang mencapai 57,32%. Karena kontribusinya yang besar dan lajunya melambat, wajar saja pertumbuhan ekonomi RI dalam beberapa tahun terakhir cenderung menurun.
Jika dulu permasalahan untuk menarik investor terutama investor asing terletak di regulasi dan birokrasi yang berbelit-belit, kini masalah lain muncul. Masalah lain tersebut ya pandemi yang sekarang terjadi ini. Masalah lama belum kelar eh masalah baru sudah muncul. Inilah yang membuat prospek perekonomian jadi suram di tahun 2020 ini.
Akibat pandemi COVID-19 yang merajalela baik di dalam maupun luar negeri, Bank Indonesia (BI) memperkirakan ekonomi Tanah Air masih tumbuh 2,3% di tahun ini.
Artinya pertumbuhan ekonomi anjlok 270 basis poin dari angka tahun 2019. Pertumbuhan ekonomi bisa lebih lambat lagi atau bahkan mengalami kontraksi jika virus yang telah menginfeksi lebih dari 6.500 orang di dalam negeri ini tak segera dapat diatasi.
Indonesia juga tidak akan immune dengan gejolak eksternal yang menerpa perekonomian global. Pekan lalu, Dana Moneter Internasional (IMF) merilis sebuah laporan yang di dalamnya meramal ekonomi global pada 2020 akan mengalami kontraksi sebesar 3% di tahun ini sebelum akhirnya rebound 5,8% tahun 2021.
Kepala ekonom IMF, Gita Gopinath menambahkan bahwa krisis yang terjadi akibat pandemi COVID-19 jauh lebih besar dampaknya ketimbang Great Recession. Saking besarnya Gita juga mengatakan dampaknya tak bisa diredam hanya dengan kebijakan ekonomi seperti biasa. Lebih lagi rebound pada tahun 2021 bukanlah rebound yang permanen. Bukan maksud menakuti, tapi ini memang ngeri... Ngeri banget malah...
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)
Pages
Most Popular