
BUMN Terdampak Corona, Tanri Abeng: Waspada Praktik 98
Muhammad Choirul Anwar, CNBC Indonesia
19 April 2020 20:14

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Pendayagunaan BUMN (1998-1999), Tanri Abeng, buka suara mengenai nasib perusahaan pelat merah di masa pandemi Covid-19. Dia mengingatkan agar krisis yang pernah terjadi pada 1998 jadi pelajaran.
Menurutnya Tanri Abeng, dalam kondisi krisis, utang menjadi beban luar biasa bagi perusahaan. Kendati demikian, dia menilai dalam pendekatan restrukturisasi dan pembenahan BUMN tidak bisa dilihat sepenggal-sepenggal.
"Tidak bisa misalnya kita hanya melihat kondisi keuangannya. Tapi yang lebih penting lihat prospek bisnisnya," ungkapnya saat berbincang dengan CNBC Indonesia belum lama ini.
Dia memberikan contoh, Garuda Indonesia mampu bangkit dari krisis keuangan 1998. Padahal saat itu, dia mencatat Garuda sudah merugi hingga US$ 1,6 miliar. Hal ini tak lepas dari prospek Garuda ke depannya.
"Itu karena Garuda pada waktu itu hampir monopoli sehingga bisnisnya itu masih sangat menjanjikan. Sehingga dengan demikian setelah direstruktur manajemennya, direstruktur kapitalnya, maka dia bisa hidup kembali," bebernya.
Karena itu, kondisi keuangan perusahaan bukan satu-satunya acuan dalam menahkodai BUMN. Dia menilai, langkah Menteri BUMN Erick Thohir sudah tepat, yakni agar perusahaan pelat merah tetap fokus pada core business.
"Tidak usah selalu nambah perusahaan dengan membuat anak perusahaan, cucu perusahaan," tandasnya.
Dia juga meminta perusahaan benar-benar menghitung potensi untuk memperoleh pangsa pasar yang masih bisa menguntungkan. Di samping itu, menurutnya banyak BUMN, sebagaimana yang terjadi pada perusahaan swasta, buru-buru mengejar ekspansi jika sudah meraup keuntungan.
Dia mengingatkan, ekspansi yang terlalu agresif bisa berakibat fatal. Pada saat pasar mulai menurun, investasi perusahaan itu tidak bisa ditanggulangi lagi. Belum lagi jika investasi itu mengandalkan dana perbankan.
"Jadi yang berbahaya di sini adalah bahwa perusahaan-perusahaan besar itu yang mengambil dana di perbankan. Ini bisa mempunyai dampak yang sangat berbahaya terhadap perbankan. Itu yang terjadi tahun 98, konglomerat itu utang terlalu besar dan itu mereka ambil di perbankan. Maka kalau mereka anjlok, perbankan anjlok seluruh sistem ekonomi kita anjlok, itu yang terjadi tahun 98," serunya.
(gus/gus) Next Article Tanri Abeng: BUMN RI Kalah dengan Malaysia karena Politik!
Menurutnya Tanri Abeng, dalam kondisi krisis, utang menjadi beban luar biasa bagi perusahaan. Kendati demikian, dia menilai dalam pendekatan restrukturisasi dan pembenahan BUMN tidak bisa dilihat sepenggal-sepenggal.
"Tidak bisa misalnya kita hanya melihat kondisi keuangannya. Tapi yang lebih penting lihat prospek bisnisnya," ungkapnya saat berbincang dengan CNBC Indonesia belum lama ini.
"Itu karena Garuda pada waktu itu hampir monopoli sehingga bisnisnya itu masih sangat menjanjikan. Sehingga dengan demikian setelah direstruktur manajemennya, direstruktur kapitalnya, maka dia bisa hidup kembali," bebernya.
Karena itu, kondisi keuangan perusahaan bukan satu-satunya acuan dalam menahkodai BUMN. Dia menilai, langkah Menteri BUMN Erick Thohir sudah tepat, yakni agar perusahaan pelat merah tetap fokus pada core business.
"Tidak usah selalu nambah perusahaan dengan membuat anak perusahaan, cucu perusahaan," tandasnya.
Dia juga meminta perusahaan benar-benar menghitung potensi untuk memperoleh pangsa pasar yang masih bisa menguntungkan. Di samping itu, menurutnya banyak BUMN, sebagaimana yang terjadi pada perusahaan swasta, buru-buru mengejar ekspansi jika sudah meraup keuntungan.
Dia mengingatkan, ekspansi yang terlalu agresif bisa berakibat fatal. Pada saat pasar mulai menurun, investasi perusahaan itu tidak bisa ditanggulangi lagi. Belum lagi jika investasi itu mengandalkan dana perbankan.
"Jadi yang berbahaya di sini adalah bahwa perusahaan-perusahaan besar itu yang mengambil dana di perbankan. Ini bisa mempunyai dampak yang sangat berbahaya terhadap perbankan. Itu yang terjadi tahun 98, konglomerat itu utang terlalu besar dan itu mereka ambil di perbankan. Maka kalau mereka anjlok, perbankan anjlok seluruh sistem ekonomi kita anjlok, itu yang terjadi tahun 98," serunya.
(gus/gus) Next Article Tanri Abeng: BUMN RI Kalah dengan Malaysia karena Politik!
Most Popular