Erick Thohir Sebut Mafia Impor Produk Kesehatan, Memang Ada?

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
17 April 2020 13:38
This Monday, April 6, 2020, photo shows an arrangement of hydroxychloroquine pills in Las Vegas. President Donald Trump and his administration kept up their out-sized promotion Monday of an malaria drug not yet officially approved for fighting the new coronavirus, even though scientists say more testing is needed before it’s proven safe and effective against COVID-19. Trump trade adviser Peter Navarro championed hydroxychloroquine in television interviews a day after the president publicly put his faith in the medication to lessen the toll of the coronavirus pandemic. (AP Photo/John Locher)
Foto: hydroxychloroquine, obat malaria yang diklaim Trump bisa sembuhkan Covid-19 (AP/John Locher)
Jakarta, CNBC Indonesia - Kalangan industri farmasi menanggapi pernyataan Menteri BUMN Erick Thohir, yang menyebut impor bahan baku dan alat kesehatan rawan permainan, bahkan memunculkan istilah mafia. Indonesia selama ini sedikit-sedikit mudah impor.

Industri di dalam negeri sangat bergantung dengan bahan baku impor, saat pandemi corona terjadi Indonesia merasakan dampaknya kesulitan mendapatkan bahan baku dan alat kesehatan dari luar, karena banyak negara lain juga berkepentingan.

Direktur Eksekutif Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia, Darodjatun Sanusi menyebut anggotanya bukan tidak mau menggunakan bahan baku dari dalam negeri.

Namun, iklim regulasi dalam negeri sendiri belum sepenuhnya mendukung perkembangan industri farmasi dalam negeri. Di antaranya adalah kepastian soal Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) yang belum juga resmi dirilis oleh pemerintah hingga kini. Padahal, aturan ini penting agar memastikan pengusaha dan investor bisa bersaing dengan memanfaatkan bahan baku dalam negeri yang ada.



"Kita kan istilahnya menuju ke arah kemandirian. Kita selalu dibilang tergantung impor segala macem, pas kita mau investasi kan juga memerlukan dukungan," kata Darodjatun kepada CNBC Indonesia, Jumat (17/4).

Ia mengungkapkan pengusaha dalam negeri dan sejumlah investor asing, yang umumnya bekerja sama dalam bentuk joint venture sebenarnya sudah memiliki ketertarikan dalam berinvestasi di dalam negeri. Nantinya, kombinasi ini bisa meningkatkan penggunaan bahan baku dalam negeri, sehingga ketergantungan terhadap impor bisa lebih ditekan.

Sayang, respon pemerintah sangat lambat. Dalam hal ini Kementerian Perindustrian yang juga belum menelurkan regulasi TKDN farmasi, meski sudah dibahas selama dua tahun terakhir. Padahal, kepastian investasi sangat penting dalam menentukan keputusan investor membangun industri bahan baku farmasi dan alat kesehatan.

"Kalau yang investor asing juga pasti (butuh kepastian). Mereka pikir, kalau nggak saya investasi di Indonesia, lebih baik trading aja. Ekspor aja, banyak ekspor yang tersedia," sebut Darodjtaun

Erick Thohir sempat mengungkapkan bahan baku dari impor menyebabkan banyaknya munculnya praktik-praktik kotor yang dilakukan oleh mafia, dalam pengadaan bahan baku obat hingga alat kesehatan.

"Saya mohon maaf kalau menyinggung beberapa pihak, janganlah negara kita yang besar ini selalu terjebak praktik-praktik yang kotor, sehingga tadi, alat kesehatan musti impor, bahan baku musti impor," kata Erick 

"Kita yang harus peduli antara bangsa kita. Jangan semuanya ujung-ujungnya duit terus. Akhirnya kita terjebak short term policy [kebijakan jangka pendek]. Didominasi oleh mafia-mafia, trader-trader itu," tambahnya.

[Gambas:Video CNBC]




(hoi/hoi) Next Article Buat Transformasi, Erick Thohir Ganti Logo Baru BUMN

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular