Berapa Ramalan Pertumbuhan Ekonomi RI Versi IMF? 0,5% Saja...

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
15 April 2020 10:14
rupiah, bi
Ilustrasi Rupiah (REUTERS/Willy Kurniawan)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi virus corona atau Coronavirus Desease-2019/Covid-19) benar-benar mengerikan. Selain menjadi krisis kesehatan dan kemanusiaan, virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China ini membawa nestapa ekonomi.

Dana Moneter Internasional (IMF) sampai memberi judul The Great Lockdown untuk laporan ekonomi terbarunya. Dalam laporan tersebut, lembaga yang berkantor pusat di Washington (Amerika Serikat/AS) itu memperkirakan ekonomi dunia akan mengalami kontraksi alias pertumbuhan negatif -3% pada 2020.

Dana Moneter Internasional


"Ini adalah krisis yang tidak sama dengan krisis lainnya. Sekarang begitu banyak ketidakpastian tentang bagaimana hidup dan kehidupan manusia. Kita bergantung kepada epidemilogi dari sang virus, efektivitas upaya pencegahan penularan, pengembangan vaksin, yang semuanya tidak mudah untuk diprediksi," sebut Gita Gopinath, Penasihat Ekonomi IMF.

IMF menyebut krisis akibat pandemi virus corona bersifat multi-dimensi. Sejatinya ini adalah krisis kesehatan, karena memang biang keroknya adalah virus. Namun kemudian sudah bisa dibilang sebagai krisis kemanusiaan karena korban meninggal sudah mencapai ratusan ribu orang.


Penyebaran virus yang begitu cepat dan luas membuat pemerintah di berbagai negara terpaksa membatasi aktivitas dan mobilitas publik. Maklum, virus menular seiring intensitas interaksi dan kontak antar-manusia.

Kini, ratusan juta atau bahkan mungkin miliaran orang harus 'terkurung' di rumah. Bekerja, belajar, dan beribadah di rumah.

Kodrat manusia sebagai makhluk sosial seakan dicabut, karena sekarang yang harus dilakukan justru social distancing. Kontak sosial dengan manusia lain, apalagi dalam jumlah banyak dan jarak yang dekat, menjadi hal yang tabu.

Kebijakan pembatasan aktivitas publik ini membuat roda perekonomian berjalan sangat lambat, atau bahkan mungkin hampir berhenti sama sekali. Krisis kesehatan dan kemanusiaan bertransformasi menjadi krisis ekonomi.

"Seiring kebijakan penanggulangan virus, berbagai negara memberlakukan karantina dan social distancing. Dunia memasuki fase Lockdown Besar (Great Lockdown). Magnitudo dan kesepakatan kejatuhan aktivitas bisnis mengikutinya, dan ini belum pernah dialami sepanjang hidup kita. Lockdown Besar adalah resesi terbesar setelah Depresi Besar, dan jauh lebih buruk ketimbang krisis keuangan global," sebut Gopinath.


Bagaimana dengan Indonesia? Apakah ekonomi Ibu Pertiwi juga akan mengalami kontraksi?

Untungnya tidak. IMF memperkirakan ekonomi Indonesia pada 2020 masih tumbuh 0,5%. Walau alakadarnya, tetapi setidaknya masih positif.

Akan tetapi, pertumbuhan ekonomi 0,5% (kalau kejadian) akan menjadi yang terendah sejak 1998. Kala itu, Indonesia juga sedang bergulat dengan krisis multi-dimensi.




Indonesia masih beruntung karena tetangganya di Asia Tenggara ada yang diperkirakan mengalami kontraksi. Misalnya Thailand (-6,7%), Singapura (-4%), atau Malaysia (-1,7%). Ekonomi Thailand terpukul sangat parah karena punya ketergantungan tinggi terhadap sektor pariwisata, sektor yang paling awal merasakan dampak pandemi virus corona akibat social distancing.

IMF juga memberi apresiasi terhadap Indonesia (dan beberapa negara lainnya) yang berkomitmen memberikan stimulus. Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) menganggarkan dana Rp 405,1 triliun untuk stimulus fiskal, dan sangat mungkin akan bertambah.

"Negara-negara berkembang seperti China, Indonesia, dan Afrika Selatan mulai menggulirkan stimulus fiskal dalam jumlah besar untuk membantu dunia usaha dan pekerja yang terdampak pandemi virus corona. Namun penyikapan fiskal ini masih perlu diperbesar jika perambatan ekonomi semakin parah," sebut laporan IMF.



TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular