
Saat Jonan Bicara Corona & Dampaknya ke Sektor Migas RI
Anisatul Umah, CNBC Indonesia
14 April 2020 15:57

Jakarta, CNBC Indonesia - Mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan ikut agkat bicara menanggapi dampak pandemi corona (Covid-19) terhadap sektor energi. Jonan mengatakan Covid-19 ini merupakan wabah yang besar, namun perlu dilihat jika kejadian ini tidak akan berlangsung selamanya.
Setiap negara memiliki batas waktu yang berbeda-beda dalam menangani pandemi Covid-19 ini. Kondisi ini berdampak pada harga minyak dunia, di mana harga minyak dipengaruhi oleh produksi dan konsumsi.
"Misalnya AS sebagai konsumen energi terbesar di dunia itu juga baru mulai peak menurut saya, ini yang harus dilihat apa yang pertama harga minyak dunia, harga minyak dunia ini selalu dipengaruhi berbagai hal dari produksi dan konsumsi," ungkap Jonan dalam konferensi pers, Selasa, (14/04/2020).
Lebih lanjut ia mengatakan, hal lain yang perlu dilihat adalah pergerakan politik dunia yang tidak bisa dibaca secara lengkap. Misalnya adanya ketegangan di Timur Tengah yang bisa menyebabkan harga minyak berubah. Kemudian juga salah satu konsumen besar di dunia yakni Tiongkok.
"Kalau kita lihat beberapa hari ini inisiatif Trump ada kesepakatan antara Saudi dan Rusia untuk menurunkan tingkat produksi sekitar 20 juta barel per hari. Produksi minyak dunia 90-100 juta sehari, Indonesia kecil saya kira di bawah 800 barel per hari," imbuh Jonan.
Ia menyebut meski sudah ada pemangkasan produksi, namun pergerakan minyak brent bergerak menguat, tapi tidak signifikan. Jonan menyebut biasanya jika produksi dipangkas 5-10% saja harganya akan melambung tinggi.
"Artinya dengan ada pandemic demand dan supply akan sangat berpengaruh," papar Jonan.
Apabila tidak ada pemangkasan, ia memperkirakan akan berdampak pada anjloknya harga minyak bahkan sampai di bawah US$ 20 per barel. Jonan menyebut dampak dari Covid-19 ini membuat konsumsi BBM di Indonesia pasti turun, baik untuk kendaraan bermotor maupun industri.
"Ini hanya temporer, temporernya seberapa panjang ini nggak ada yang tahu, mungkin kalau tidak di cut bisa di bawah US$ 20," kata Jonan.
OPEC+ akhirnya sah pangkas produksi minyak 9,7 juta bpd mulai 1 Mei nanti. OPEC+ batal pangkas minyak sebanyak 10 juta bpd setelah Mexico mengajukan keberatan atas penjatahan pangkas produksi 400 ribu bpd. Mexico hanya menyanggupi sebanyak 100 ribu bpd.
Pemangkasan produksi minyak ini akan dilakukan mulai dari Mei-Juni. Untuk periode Juni-Desember 2020, produksi minyak dipangkas 7,7 juta bpd. Sementara itu, mulai dari Januari tahun depan hingga kuartal pertama tahun 2022, produksi akan dipangkas 5,8 juta bpd.
(gus) Next Article Begawan Migas Subroto dalam Kenangan Jonan-Chatib Basri
Setiap negara memiliki batas waktu yang berbeda-beda dalam menangani pandemi Covid-19 ini. Kondisi ini berdampak pada harga minyak dunia, di mana harga minyak dipengaruhi oleh produksi dan konsumsi.
"Misalnya AS sebagai konsumen energi terbesar di dunia itu juga baru mulai peak menurut saya, ini yang harus dilihat apa yang pertama harga minyak dunia, harga minyak dunia ini selalu dipengaruhi berbagai hal dari produksi dan konsumsi," ungkap Jonan dalam konferensi pers, Selasa, (14/04/2020).
"Kalau kita lihat beberapa hari ini inisiatif Trump ada kesepakatan antara Saudi dan Rusia untuk menurunkan tingkat produksi sekitar 20 juta barel per hari. Produksi minyak dunia 90-100 juta sehari, Indonesia kecil saya kira di bawah 800 barel per hari," imbuh Jonan.
Ia menyebut meski sudah ada pemangkasan produksi, namun pergerakan minyak brent bergerak menguat, tapi tidak signifikan. Jonan menyebut biasanya jika produksi dipangkas 5-10% saja harganya akan melambung tinggi.
"Artinya dengan ada pandemic demand dan supply akan sangat berpengaruh," papar Jonan.
Apabila tidak ada pemangkasan, ia memperkirakan akan berdampak pada anjloknya harga minyak bahkan sampai di bawah US$ 20 per barel. Jonan menyebut dampak dari Covid-19 ini membuat konsumsi BBM di Indonesia pasti turun, baik untuk kendaraan bermotor maupun industri.
"Ini hanya temporer, temporernya seberapa panjang ini nggak ada yang tahu, mungkin kalau tidak di cut bisa di bawah US$ 20," kata Jonan.
OPEC+ akhirnya sah pangkas produksi minyak 9,7 juta bpd mulai 1 Mei nanti. OPEC+ batal pangkas minyak sebanyak 10 juta bpd setelah Mexico mengajukan keberatan atas penjatahan pangkas produksi 400 ribu bpd. Mexico hanya menyanggupi sebanyak 100 ribu bpd.
Pemangkasan produksi minyak ini akan dilakukan mulai dari Mei-Juni. Untuk periode Juni-Desember 2020, produksi minyak dipangkas 7,7 juta bpd. Sementara itu, mulai dari Januari tahun depan hingga kuartal pertama tahun 2022, produksi akan dipangkas 5,8 juta bpd.
(gus) Next Article Begawan Migas Subroto dalam Kenangan Jonan-Chatib Basri
Most Popular