Jokowi Janji Harga Sembako Cepat Turun, Ini Ternyata Faktanya

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
13 April 2020 16:14
Jokowi Janji Harga Sembako Cepat Turun, Ini Ternyata Faktanya
Foto: Warga memgantri membeli sembako saat operasi pasar di PD. Pasar Jaya Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Kurang dari dua pekan jelang bulan suci Ramadan, harga bahan pokok berangsur naik di berbagai pasar tradisional di tanah air. Bawang merah, bawang putih, cabai rawit dan gula pasir merupakan komoditas yang kenaikan harganya paling signifikan.

Padahal Presiden Jokowi sempat mengatakan pada pekan sebelum harusnya harga-harga sudah bisa turun. "Mungkin gula tadi Mentan (Menteri Pertanian) sudah menyampaikan, bahwa minggu-minggu depan mungkin harga turun pada posisi normal lagi Rp 12.500/kg," kata Jokowi, 4 April 2020.

Khusus bawang putih, Jokowi mengaku telah mendapatkan laporan dari Menteri Perdagangan, Agus Suparmanto, impor bawang putih telah masuk ke Indonesia. Artinya, seharusnya ketersediaan stok yang memadai bisa memengaruhi harga.

"Mendag juga menyampaikan kepada saya bawang juga sudah beberapa sudah masuk. Kita harapkan bawang putih pada minggu-minggu depan atau syukur minggu ini sudah kembali ke normal harga di Rp 20 ribu - Rp 30 ribu," kata Jokowi.

Bulan Ramadan akan jatuh di akhir pekan April ini. Itu artinya hari pertama puasa akan tiba kurang dari dua minggu lagi. PP Muhammadiyah telah menetapkan hari pertama puasa pada 24 April 2020.

Sebelum puasa, biasanya harga-harga terutama untuk komoditas pangan berangsur naik. Hal itu pun terjadi sekarang. Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional, ada 12 bahan makanan yang mengalami kenaikan atau 57% dari total bahan makanan yang disurvei.

Sebanyak tiga bahan makanan (14%) harganya tidak berubah dalam kurun waktu dua minggu terakhir seperti beras dan telur ayam ras segera. Sementara sisanya yang mengalami penurunan adalah cabai merah besar, daging ayam dan daging sapi.



Tim Riset CNBC Indonesia mencatat ada empat kelompok komoditas yang mengalami kenaikan cukup signifikan pada dua pekan terakhir. Komoditas ini antara lain bawang merah (+6%), bawang putih (+3%), cabai rawit hijau (+2%), cabai rawit merah (+3%), gula pasir lokal (+1%) dan gula pasir premium (+3%).

Bahkan dalam satu bulan terakhir harga tiga kelompok komoditas masih melejit dua digit di seluruh pasar tradisional secara nasional. Harga bawang merah naik 15%, cabai rawit merah melesat 19% dan gula pasir lokal melonjak 11%.



Momen kenaikan harga ini terjadi jelang Ramadan dan kebetulan Indonesia sedang mengalami musibah yaitu merebaknya wabah corona. Mengacu pada data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, sudah ada 4.241 kasus corona di tanah air per kemarin (12/4/2020).

Pekan lalu pertambahan jumlah kasus baru per hari masih di kisaran angka 100. Kemarin jumlah kasus bertambah mencapai 399 dalam sehari.

Jakarta, Bekasi, Depok dan Tangerang yang jadi episentrum penyebaran virus corona di tanah air sudah mengantongi izin untuk menetapkan status Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dalam 14 hari ke depan. Artinya mobilitas orang akan sangat dibatasi dan diawasi oleh aparat sipil.

Wabah corona memang jadi momen yang berat dan sangat memukul perekonomian dalam negeri. Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) mencatat ada 1,4 juta pekerja di seluruh Indonesia yang terdampak corona.

Per 7 April 2020, sudah ada 1.427.067 karyawan yang dirumahkan dan kena PHK. DKI Jakarta menjadi wilayah penyumbang terbanyak karyawan yang dirumahkan maupun di PHK. Daya beli masyarakat pun bisa melemah signifikan.

Di tengah kondisi seperti ini, pemerintah harus lebih aktif dalam mengendalikan harga kebutuhan pokok di pasar. Jangan sampai harga-harga pangan kebutuhan pokok sehari-hari malah melejit di pasar akibat kelangkaan yang semakin mencekik masyarakat terutama yang berpenghasilan rendah atau yang kena PHK.
Harga gula sendiri sudah dua bulan naik signifikan dan belum menunjukkan adanya indikasi turun. Pada Februari lalu, harga gula pasir sempat menyentuh level Rp 14.000/kg. Itu pun sudah lebih tinggi dari Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp 12.500/Kg untuk tingkat konsumen akhir.

Pemerintah mengklaim sudah mengimpor ratusan ribu ton dan mengguyur pasar dengan pasokan gula. Bahkan RI-1 Joko Widodo (Jokowi) berjanji harga gula akan turun pada pekan lalu. Namun sampai hari ini harga gula pasir terutama jenis lokal masih bertengger di atas Rp 18.000/kg.

Kenaikan gula harus menjadi perhatian utama pemerintah. Pasalnya kebutuhan gula pasir untuk konsumsi pada bulan Ramadan naik. Jika stok masih tipis, ujungnya akan sama saja. Bahkan harga gula bisa berpotensi naik lagi.

Beralih ke komoditas lain yakni bawang dan cabai rawit, berdasarkan kalkulasi dari Kementerian Pertanian, seharusnya suplai untuk kedua komoditas ini mencukupi hingga usai lebaran nanti. Berdasarkan Early Warning System (EWS) Direktorat Jenderal Hortikultura neraca cabai masih surplus dari Maret-Juni 2020.

Direktorat Jenderal Hortikultura memperkirakan produksi aneka cabai bulan Maret ini 203.057 ton dengan kebutuhan 174.219 ton sehingga surplus 28.838 ton.
Untuk produksi bulan April 217.588 ton dengan kebutuhan 178.594 ton sehingga surplus 38.994 ton. Selanjutnya produksi bulan Mei 217.258 ton dengan kebutuhan 182.634 ton sehingga surplus 34.624 ton.

Harga cabai rawit terutama cabai rawit merah diprediksi akan turun seiring dengan masa panen mulai dari akhir Maret hingga awal April. Namun harga cabai rawit merah malah semakin meningkat dua pekan terakhir.

Harga cabai rawit sempat melesat tinggi akhir Januari lalu karena disebabkan oleh banyaknya petani yang gagal panen. Gagal panen dipicu oleh kekeringan yang melanda tanah air akhir tahun lalu.

Kementerian Pertanian juga memastikan untuk pasokan bawang merah masih aman hingga usai hari raya nanti. Berdasarkan perkiraan EWS kementerian pertanian, kebutuhan untuk bawang merah nasional tiap bulannya mencapai 113 ribu ton.

Mengacu pada EWS Kementerian Perdagangan, hari ini pasokan bawang merah Brebes di 41 lokasi perdagangan utama sebanyak 1.359 ton, naik dari periode 10 Maret 2020 yang hanya sebanyak 1.147 ton.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dirilis pada 2018, komoditas strategis dengan angka MPP tertinggi untuk tahun 2017 salah satunya adalah bawang merah.

Tingkat Margin Perdagangan dan Pengangkutan (MPP) untuk komoditas bawang merah tercatat mencapai 49,06%. Artinya harga dari produsen ke konsumen akhir telah naik sebesar 49%. Jumlah rantai distribusi untuk komoditas ini sebanyak tiga.

Ke depan agar komoditas ini tak naik signifikan , perbaikan pasokan dan pola distribusi harus benar-benar jadi prioritas utama. Jangan sampai di tengah kondisi krisis kesehatan seperti ini, harga pokok malah melonjak tajam yang ujung-ujungnya bikin rakyat makin menjerit.






TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular