
BI: Inflasi Pekan I April Rendah di 0,2%
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
03 April 2020 13:33

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) memperkirakan inflasi April 2020 masih rendah dan stabil. Belum terlihat tanda-tanda deflasi, karena harga sejumlah bahan pokok mengalami kenaikan.
"Berdasarkan Survei Pemantauan Harga (SPH) pada minggu I April 2020, inflasi April 2020 sampai dengan minggu pertama diperkirakan sebesar 0,20% (mtm), lebih tinggi dari bulan sebelumnya. Sehingga secara tahun kalender sebesar 0,96% (ytd), dan secara tahunan sebesar 2,80% (yoy)," tulis laporan BI yang dirilis Jumat (3/4/2020).
Inflasi April, lanjut laporan BI, disebabkan oleh kenaikan harga sejumlah produk/komoditas. Misalnya bawang merah (0,08%), emas perhiasan (0,07%), jeruk (0,05%), gula pasir (0,02%), serta tahu mentah, kangkung, tempe, bayam, beras, cabai rawit, air minum kemasan dan rokok kretek filter masing-masing sebesar 0,01% (mtm).
Namun ada pula produk/komoditas yang mengalami penurunan harga sehingga menghambat laju inflasi. Di antaranya cabai merah (-0,09%), daging ayam ras (-0,03%), dan angkutan udara (-0,01%).
"Berdasarkan Survei Pemantauan Harga (SPH) pada minggu I April 2020, inflasi April 2020 sampai dengan minggu pertama diperkirakan sebesar 0,20% (mtm), lebih tinggi dari bulan sebelumnya. Sehingga secara tahun kalender sebesar 0,96% (ytd), dan secara tahunan sebesar 2,80% (yoy)," tulis laporan BI yang dirilis Jumat (3/4/2020).
Inflasi April, lanjut laporan BI, disebabkan oleh kenaikan harga sejumlah produk/komoditas. Misalnya bawang merah (0,08%), emas perhiasan (0,07%), jeruk (0,05%), gula pasir (0,02%), serta tahu mentah, kangkung, tempe, bayam, beras, cabai rawit, air minum kemasan dan rokok kretek filter masing-masing sebesar 0,01% (mtm).
Namun ada pula produk/komoditas yang mengalami penurunan harga sehingga menghambat laju inflasi. Di antaranya cabai merah (-0,09%), daging ayam ras (-0,03%), dan angkutan udara (-0,01%).
"BI akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan OJK (Otoritas Jasa Keuangan) untuk memonitor secara cermat dinamika penyebaran COVID-19 dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia dari waktu ke waktu, serta langkah-langkah koordinasi kebijakan lanjutan yang perlu ditempuh untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap baik dan berdaya tahan," sebut laporan BI.
Sebelumnya, Gubernur BI Perry Warjiyo memperkirakan inflasi sepanjang 2020 tetap rendah. Salah satu penyebabnya adalah permintaan masyarakat yang rendah.
"Kami melihat ke depan tekanan inflasi akan rendah. Pertama, permintaan masyarakat rendah. Inflasi inti itu rendah, kesenjangan input dan output itu rendah," kata Perry dalam konferensi pers perkembangan ekonomi terkini, kemarin.
Sebelumnya, Gubernur BI Perry Warjiyo memperkirakan inflasi sepanjang 2020 tetap rendah. Salah satu penyebabnya adalah permintaan masyarakat yang rendah.
"Kami melihat ke depan tekanan inflasi akan rendah. Pertama, permintaan masyarakat rendah. Inflasi inti itu rendah, kesenjangan input dan output itu rendah," kata Perry dalam konferensi pers perkembangan ekonomi terkini, kemarin.
(aji/aji) Next Article Sabar Bunda! Sembako Naik, Daging Ayam Tertinggi Sejak 2018
Most Popular