
China Dituding Manipulasi Data Korban Corona, Percaya?

Jakarta, CNBC Indonesia - China melayangkan pembelaan atas tuduhan pemalsuan data korban virus corona (COVID-19) yang dituduhkan beberapa pejabat Amerika Serikat (AS) beberapa hari belakangan.
Dalam sebuah pernyataan kepada CNBC International pada Kamis (2/4/2020), Kedutaan Besar China di Washington DC, mengatakan bahwa negara itu telah sepenuhnya menghormati kewajiban pemberitahuan yang ditentukan oleh Peraturan Kesehatan Internasional, dan telah memperbarui statistik dari kasus yang dikonfirmasi dan kematiannya secara terbuka, transparan dan bertanggung jawab.
"Pemerintah China, karena rasa tanggung jawab yang kuat atas kesehatan rakyatnya, mengambil langkah paling komprehensif dan ketat untuk memerangi pandemi," kata pernyataan itu.
"Memfitnah dan mengalihkan kesalahan tidak dapat membantu menebus waktu yang hilang," tambah kedutaan.
"Mereka juga tidak dapat menyembunyikan ketidakmampuan beberapa orang dalam upaya penanganan atau upaya tercela mereka untuk menempatkan kepentingan politik di atas kehidupan manusia."
"Dalam pertarungan ini, semua negara saling berhubungan, dan mereka hanya bisa menang dengan solidaritas dan kerja sama yang lebih kuat," kata kedutaan lagi.
Pernyataan itu disampaikan setelah sebelumnya tiga pejabat AS serta Presiden Donald Trump menyebut China mungkin telah memanipulasi data mengenai jumlah korban yang terinfeksi dan tewas akibat COVID-19. Itu disampaikan karena kini jumlah infeksi di AS telah jauh lebih banyak dari yang terjadi di China, pusat wabah.
Menurut laporan Worldometers, Amerika Serikat kini memiliki 245.080 kasus corona. Di mana ada 6.075 orang yang meninggal karenanya dan sembuh sebanyak 10.403 orang. Sementara itu China memiliki 81.620 kasus dengan 3.322 kematian dan 76.571 sembuh.
Para pejabat juga mengutip laporan intelijen AS yang menyimpulkan bahwa penghitungan mengenai jumlah infeksi dan kematian publik di China akibat COVID-19 tidak lengkap, sebagaimana dilaporkan Bloomberg.
"Bagaimana kita tahu jika data mereka akurat," kata Trump pada konferensi pers, mengutip AFP. "Jumlah mereka tampaknya sedikit yang diperlihatkan."
Namun begitu, saat ditanya apakah dia telah menerima laporan intelijen yang menjelaskan perbedaan dalam jumlah kasus corona China, Trump mengatakan belum menerimanya.
"Kami belum menerima laporan semacam itu," kata Trump, Rabu.
China sendiri selama ini telah menggembar-gemborkan bahwa keberhasilannya menekan angka kasus baru dan kematian di negara tempat awal munculnya wabah itu adalah karena upaya super ketat yang dilakukannya.
Salah satu upaya itu termasuk memberlakukan karantina massal (lockdown) terhadap beberapa kotanya untuk menekan penyebaran pandemi. Itu juga termasuk melarang warga beraktivitas di luar rumah, serta melakukan pemeriksaan kesehatan dari pintu ke pintu dan mengharuskan warga yang menunjukkan gejala untuk segera dikarantina.
(res) Next Article Chaos! Kasus Covid-19 RI Tembus Seribu 3 Hari Berturut-turut