
Terdampak Corona, ESDM Siap-siap Renegosiasi Kontrak Listrik
Anisatul Umah, CNBC Indonesia
01 April 2020 18:38

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengakui membuka opsi untuk merenegosiasi sejumlah kontrak pembangkit listrik dikarenakan proyeksi akan melambatnya pertumbuhan listrik di tahun ini. Bukan cuma karena pertumbuhan ekonomi yang melambat, tetapi ditambah efek corona yang bikin kondisi makin tak pasti.
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan (Gatrik) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Rida Mulyana mengatakan pihaknya akan melakukan koreksi target pertumbuhan listrik.
"Tentu saja kita harus koreksi pertumbuhan listrik karena merupakan bukti dari pertumbuhan ekonomi, tapi karena pengumumannya baru tadi tolong beri waktu untuk mengkaji berapa perubahannya karena sangat cepat. Tapi pasti berubah," terangnya dalam konferensi pers, Rabu, (1/04/2020).
Soal pertumbuhan listrik, Rida mengaku akan terus melakukan pemantauan, karena kondisi ke depan tidak ada yang bisa memprediksi. Serta mengantisipasi dan memitigasi agar dampaknya tidak terlalu besar.
Rendahnya pertumbuhan konsumsi listrik menjadi kabar tidak baik bagi PT PLN Persero. Pasalanya PLN harus membayar denda take or pay karena tidak bisa menyerap listrik. Rida mengatakan akan melakukan antisipasi kemungkinan oversupply dampak dari pandemi ini.
"Kemudian dimungkinkan untuk renegosiasi kontrak kerja sama beli listrik antara PLN dan IPP, itu yang masih dikaji," imbuhnya.
Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif pernah menyampaikan, pertumbuhan konsumsi listrik tahun 2020 diperkirakan tidak akan sampai 5%. Hal ini disampaikan akhir tahun lalu, sebelum wabah corona (Covid-19) masuk ke Indonesia dan berdampak pada runtuhnya perekomian.
Target pertumbuhan ekonomi tahun ini yang mulanya ditargetkan 5,3% bisa dipastikan tidak akan tercapai. Menteri Keuangan bahkan sudah menyampaikan skenario terburuk ekonomi Indonesia tahun ini hanya tumbuh 2,5% saja.
Pertumbuhan konsumsi listrik berjalan beriringan dengan pertumbuhan ekonomi, artinya jika pertumbuhan ekonomi anjlok, hal yang sama akan terjadi juga pada pertumbuhan konsumsi listrik nasional.
(gus/gus) Next Article Indonesia Hemat Listrik?
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan (Gatrik) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Rida Mulyana mengatakan pihaknya akan melakukan koreksi target pertumbuhan listrik.
"Tentu saja kita harus koreksi pertumbuhan listrik karena merupakan bukti dari pertumbuhan ekonomi, tapi karena pengumumannya baru tadi tolong beri waktu untuk mengkaji berapa perubahannya karena sangat cepat. Tapi pasti berubah," terangnya dalam konferensi pers, Rabu, (1/04/2020).
Rendahnya pertumbuhan konsumsi listrik menjadi kabar tidak baik bagi PT PLN Persero. Pasalanya PLN harus membayar denda take or pay karena tidak bisa menyerap listrik. Rida mengatakan akan melakukan antisipasi kemungkinan oversupply dampak dari pandemi ini.
"Kemudian dimungkinkan untuk renegosiasi kontrak kerja sama beli listrik antara PLN dan IPP, itu yang masih dikaji," imbuhnya.
Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif pernah menyampaikan, pertumbuhan konsumsi listrik tahun 2020 diperkirakan tidak akan sampai 5%. Hal ini disampaikan akhir tahun lalu, sebelum wabah corona (Covid-19) masuk ke Indonesia dan berdampak pada runtuhnya perekomian.
Target pertumbuhan ekonomi tahun ini yang mulanya ditargetkan 5,3% bisa dipastikan tidak akan tercapai. Menteri Keuangan bahkan sudah menyampaikan skenario terburuk ekonomi Indonesia tahun ini hanya tumbuh 2,5% saja.
Pertumbuhan konsumsi listrik berjalan beriringan dengan pertumbuhan ekonomi, artinya jika pertumbuhan ekonomi anjlok, hal yang sama akan terjadi juga pada pertumbuhan konsumsi listrik nasional.
(gus/gus) Next Article Indonesia Hemat Listrik?
Most Popular