Internasional

Belum Lockdown, Ini Cara Swedia Hadapi Corona

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
31 March 2020 12:23
Swedia memilih untuk mempercayakan pencegahan penyebaran wabah virus corona kepada warganya, sehingga tidak melakukan lockdown.
Foto: Reuters

Jakarta, CNBC Indonesia - Virus corona (COVID-19) telah menginfeksi 785.777 orang di seluruh dunia per Selasa (31/3/2020). Demi mencegah penyebaran yang lebih luas, banyak negara yang memilih untuk melakukan penguncian (lockdown) sebagian atau seluruh wilayahnya.

Saat lockdown berlangsung, umumnya hal-hal seperti perkumpulan orang dalam jumlah besar dilarang dilakukan. Juga, beberapa tempat umum seperti café, bioskop, bisnis, hingga sekolah ditutup untuk sementara waktu. Intinya, semua kegiatan masyarakat dibatasi demi menekan penyebaran.

Beberapa negara yang melakukan lockdown di antaranya yaitu China, Denmark, Finlandia dan Norwegia, hingga Inggris.



Namun ternyata, di saat banyak negara di dunia sibuk melakukan lockdown, Swedia malah melakukan hal yang berbeda. Badan Kesehatan Masyarakat Swedia, yang mengawasi urusan corona di negara itu, mengambil pendekatan yang lebih santai untuk menangani wabah, yaitu dengan membiarkan publik untuk mengambil tindakan pencegahan secara sukarela.

Pemimpin ahli epidemiologi Badan Kesehatan Masyarakat, dan tokoh kunci dalam respons nasional Swedia terhadap virus corona, Anders Tegnell mengatakan, bahwa meskipun strategi negaranya untuk menangani virus berbeda, tujuannya tetap sama.

"Pandangan saya adalah bahwa pada dasarnya semua negara Eropa berusaha melakukan hal yang sama, kami berusaha memperlambat penyebaran sebanyak mungkin untuk menjaga kesehatan dan masyarakat tetap bekerja ... dan kami telah menunjukkan beberapa metode berbeda untuk memperlambat menyebar," katanya kepada CNBC International, Senin.

"Swedia telah melakukan sebagian besar tindakan sukarela karena itulah yang biasa kami lakukan," tambah Tegnell. "Dan kami memiliki tradisi panjang yang bekerja dengan baik."

Lebih lanjut, ia juga mengatakan bahwa lembaganya telah menjelaskan kepada penduduk mengenai pentingnya menjaga jarak (social distancing) meski dibiarkan beraktifitas seperti biasa. Juga, ada anjuran untuk bekerja dari rumah jika memungkinkan dan menghindari perjalanan yang tidak penting, serta seruan untuk mencuci tangan secara teratur.

Restoran, bar, kafe, dan klub malam juga telah diberitahu untuk mengikuti beberapa ketentuan meski tetap dibuka. Pertemuan lebih dari 50 orang juga dilarang dan universitas serta perguruan tinggi telah ditutup, sementara sekolah dengan siswa usia di bawah 16 tahun tetap dibuka.

"Dan sejauh ini, itu telah bekerja dengan cukup baik."

Namun demikian, pendekatan yang dijuluki 'laissez-faire' (let it be/biarkan menjadi) itu banyak mengundang kecaman baik dari dalam Swedia, dari sekelompok ahli epidemiologi, maupun dari negara-negara lain yang melakukan lockdown kehidupan publik untuk mengekang wabah tersebut.

Menanggapi itu, Tegnell mengatakan opsi untuk menerapkan aturan yang lebih ketat selalu ada bagi Swedia. Pemerintah dan Badan Kesehatan Masyarakat akan mengadakan diskusi mengenai lockdown apabila ada peningkatan tajam dalam kasus di negara itu, katanya.

Sejalan dengan Tegnell, Perdana Menteri Stefan Löfven juga mengatakan bahwa mengisolasi Stockholm dapat dilakukan jika wabah memburuk. Tetapi tindakan seperti itu saat ini belum dibahas, katanya.



Namun begitu, ada atau tidak ada lockdown, ekonomi Swedia sudah diprediksi tidak akan bisa lepas dari jerat krisis. Pekan lalu, Swedbank memperkirakan bahwa ekonomi akan mengalami kontraksi 4% pada tahun 2020.

"Penurunan ekonomi Swedia lebih luas dan lebih cepat daripada selama krisis keuangan. Pengangguran akan mencapai 10% pada musim panas, meskipun ada stimulus fiskal yang belum pernah terjadi sebelumnya," kata Swedbank dalam laporannya, Rabu lalu.

"Sebagian besar sektor dalam perekonomian Swedia hancur. Di sektor jasa, beberapa perusahaan benar-benar tidak memiliki permintaan, ditinggalkan karena banyak orang tinggal di rumah. Manufaktur sedang berjuang menghadapi rantai pasokan yang kacau dan penurunan permintaan."

Namun demikian di tengah keadaan seperti ini, pemerintah Swedia telah mengumumkan paket bantuan untuk usaha kecil dan menengah. Mereka mengatakan akan menjamin 70% pinjaman baru yang diberikan bank kepada perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan akibat wabah virus.

Swedia saat ini memiliki 4.028 kasus infeksi, dengan 146 kematian dan 16 sembuh, menurut Worldometers.

[Gambas:Video CNBC]


(res) Next Article Kenali Ciri & Gejala Virus Corona, Ini Penjelasan IDI

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular