
Efek Corona Bikin Gelisah, Pengusaha Tagih Janji Pemerintah
Ferry Sandi, CNBC Indonesia
30 March 2020 18:03

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah perusahaan manufaktur di kawasan Jakarta dan lainnya masih melakukan aktivitas produksinya. Namun, banyak pabrik yang menggunakan stok lama. Sehingga ketika stok habis, dikhawatirkan tidak bisa melanjutkan produksi sebagai dampak terganggunya rantai pasok karena pandemi corona. Risikonya pada PHK, bahkan bisa berdampak pada perusahaan-perusahaan besar.
"Kelihatannya ini nggak lama (produksinya) sampe April, karena mereka juga sisa stok," kata Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Industri Johnny Darmawan kepada CNBC Indonesia, Senin (30/3).
Stok lama tersebut termasuk di antaranya berasal dari impor. Akibat pandemi corona yang kian mengganas dan keputusan sejumlah negara untuk lockdown termasuk China, maka bahan baku untuk industri pun berpotensi terhambat. Sehingga perusahaan hanya bisa memanfaatkan bahan baku yang tersisa.
Namun, setidaknya itu lebih baik dibandingkan tidak ada aktivitas produksi sama sekali. Jika demikian, artinya tidak ada permintaan yang masuk serta perputaran uang yang tidak lancar. Maka perusahaan akan kesulitan membayar operasional maupun kewajibannya seperti upah hingga pada bank.
"Padahal maintenance harus bayar, listrik (juga). Kalau perusahaan chemicals harus dioperasikan terus 24 jam. Kedua, gaji harus dibayar, pokoknya semua harus ada biaya-biaya. Ini bukan masalah profit, semua rugi. Cashflow problemnya. Karena perusahaan nggak ada income, dia mau bayar dari mana gaji karyawan? Pinjaman bank? udah nggak dikasih pinjam sekarang," sebut mantan Presiden Direktur PT Toyota Astra Motor (TAM) itu.
Ia berharap sudah ada kejelasan dalam waktu yang tidak terlampau lama dari kebijakan pemerintah untuk meringankan pelaku usaha. Ia menyebut, banyak pengusaha-pengusaha yang berharap realisasi stimulus atau insentif dari pemerintah, termasuk kemudahan impor. Dikhawatirkan, jika tidak ada langkah cepat dari pemerintah, bisa berdampak luas seperti pemutusan hubungan kerja (PHK).
"Kalau perusahaan besar mereka masih berharap tiga sampai enam bulan ke depan mereka ada angin, jadi udah lah mereka (pegawai) dipertahankan. Ini yang dilematis," sebut Johnny.
(hoi/hoi) Next Article Kenali Ciri & Gejala Virus Corona, Ini Penjelasan IDI
"Kelihatannya ini nggak lama (produksinya) sampe April, karena mereka juga sisa stok," kata Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Industri Johnny Darmawan kepada CNBC Indonesia, Senin (30/3).
Stok lama tersebut termasuk di antaranya berasal dari impor. Akibat pandemi corona yang kian mengganas dan keputusan sejumlah negara untuk lockdown termasuk China, maka bahan baku untuk industri pun berpotensi terhambat. Sehingga perusahaan hanya bisa memanfaatkan bahan baku yang tersisa.
Namun, setidaknya itu lebih baik dibandingkan tidak ada aktivitas produksi sama sekali. Jika demikian, artinya tidak ada permintaan yang masuk serta perputaran uang yang tidak lancar. Maka perusahaan akan kesulitan membayar operasional maupun kewajibannya seperti upah hingga pada bank.
"Padahal maintenance harus bayar, listrik (juga). Kalau perusahaan chemicals harus dioperasikan terus 24 jam. Kedua, gaji harus dibayar, pokoknya semua harus ada biaya-biaya. Ini bukan masalah profit, semua rugi. Cashflow problemnya. Karena perusahaan nggak ada income, dia mau bayar dari mana gaji karyawan? Pinjaman bank? udah nggak dikasih pinjam sekarang," sebut mantan Presiden Direktur PT Toyota Astra Motor (TAM) itu.
Ia berharap sudah ada kejelasan dalam waktu yang tidak terlampau lama dari kebijakan pemerintah untuk meringankan pelaku usaha. Ia menyebut, banyak pengusaha-pengusaha yang berharap realisasi stimulus atau insentif dari pemerintah, termasuk kemudahan impor. Dikhawatirkan, jika tidak ada langkah cepat dari pemerintah, bisa berdampak luas seperti pemutusan hubungan kerja (PHK).
"Kalau perusahaan besar mereka masih berharap tiga sampai enam bulan ke depan mereka ada angin, jadi udah lah mereka (pegawai) dipertahankan. Ini yang dilematis," sebut Johnny.
(hoi/hoi) Next Article Kenali Ciri & Gejala Virus Corona, Ini Penjelasan IDI
Most Popular