Bumi Resources Bukukan Laba US$ 6,34 Juta di 2019

Rahajeng Kusumo Hastuti, CNBC Indonesia
30 March 2020 16:03
PT Bumi Resources Tbk (BUMI) membukukan laba bersih US$ 6,34 juta atau Rp 101,43 miliar (kurs Rp 16.000) sepanjang 2019.
Foto: Wahyu Daniel
Jakarta, CNBC Indonesia- PT Bumi Resources Tbk (BUMI) membukukan laba bersih US$ 6,34 juta atau Rp 101,43 miliar (kurs Rp 16.000) sepanjang 2019. Perolehan laba ini didukung oleh kenaikan pendapatan perusahaan senilai US$ 1,11 miliar atau Rp 17,8 triliun, dan laba usaha senilai US$ 32,35 juta atau Rp 517,64 miliar sepanjang tahun lalu.

Sepanjang 2019 perusahaan batu bara terbesar ini juga mencatatkan total aset senilai US$ 3,7 miliar. Bumi Resources juga mencatatkan penurunan liabilitas jangka panjang menjadi US$ 2,02 miliar pada 2019, dibandingkan 2018 senilai US$ 2,24 miliar. Dengan begitu, liabilitas perusahaan tahun lalu turun menjadi US$ 3,19 miliar dari US$ 3,4 miliar pada 2018.

"Laba bersih Bumi Resources masih positif hampir US$ 7 juta, tidak termasuk komponen non controlling US$ 98 juta karena perubahan saham kami di BRMS," kata Direktur dan Sekretaris Perusahaan Dileep Srivastava, Senin (30/03/2020).

Tahun ini Bumi menargetkan produksi batu bara bisa mencapai 90-95 juta ton. Dileep mengatakan penjualan perusahaan pun naik 7% menjadi 87,7 juta ton, angka ini merupakan pencapaian tertinggi. Sementara pada 2018 penjualan hanya 80,3 juta dengan produksi 83 juta ton. Saat ini 70% penjualan BUMI mengandalkan pasar ekspor.


"Akan tetapi Cost of Goods Sold (COGS) harga per ton hanya sekitar US$ 45,6 per ton, sementara pada 2018 sekitar US$ 46,9 per ton, artinya harga pokoj produksi turun US$ 1,3 per ton atau turun 2,8%," katanya.

Kenaikan penjualan ini juga didukung oleh produksi batu bara sepanjang 2019. Emiten batu bara terbesar ini mencatat total produksi 2019 mencapai 87 juta ton, naik 5% dibandingkan 2018 dengan produksi 83 juta ton.

"Angka ini sesuai dengan target dan ekspektasi perusahaan di awal 2019, meski ada banyak tantangan di sektor batu bara," kata Dileep saat dihubungi CNBC Indonesia, belum lama ini.

Pada Januari-Februari 2020, perusahaan juga mencatatkan kenaikan penjualan 7,8% atau sebesar 14,3 juta ton, dibandingkan periode yang sama 2019 sebanyak 13,1 juta ton.

"Untuk penjualan Maret mungkin jumlahnya hampir sama sekitar 7,5 jura ton. Sekitar 20-30% cost produksi kami adalah bahan bakar, apabila kami bisa mendapatkan impor bahan bakar maka seharusnya bisa mengurangi biaya," kata Dileep.

Perusahaan dengan tambang batu bara terbesar ini juga menyambut positif pencabutan Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 82 Tahun 2017 tentang Penggunaan Asuransi dan Kapal Nasional Untuk Ekspor dan Impor Komoditas Tertentu. Artinya ketentuan yang mewajibkan penggunaan kapal nasional untuk ekspor batu bara akan dihapuskan.

"Saya mendengar kewajiban ekspor menggunakan kapal nasional sudah ditinjau ulang dan dicabut, tentu hal ini menjadi positif buat kami," kata Dileep.


Dia mengatakan sebagai perusahaan batu bara yangekspornya berbasis Free on Board (FOB), BUMI memastikan kliennya tidak mengalami kesulitan dalam menerima batu bara.

Selain itu, meluasnya pandemi COVID-19 atau virus corona menurutnya akan direspon setelah meninjau hasil.

"Setelah itu jika perlu ada ada penyesuaian, maka akan dilakukan," kata Dileep.

[Gambas:Video CNBC]



 

(dob/dob) Next Article BUMI Resources Ungkap Strategi Dongkrak Kinerja Keuangan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular