
Internasional
Dear Mr Trump, AS Diprediksi Jadi Episentrum Baru COVID-19
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
25 March 2020 16:38

Jakarta, CNBC Indonesia - Amerika Serikat (AS) diprediksi menjadi pusat baru dari wabah corona (COVID-19). Tingginya kenaikan kasus menjadi sebab.
"Kami melihat percepatan yang sangat besar dalam kasus-kasus di AS," kata Juru Bicara Badan Kesehatan Dunia (WHO) Margaret Harris saat mengadakan konferensi pers di Jenewa, Swiss, dilansir dari Reuters, Rabu (25/3/2020).
"Jadi memang ada potensi itu."
Meski demikian, ia mengaku AS sudah melakukan sejumlah sinyal positif. Di antaranya tes yang komprehensif, isolasi orang sakit dan pelacakan pada mereka yang terpapar virus.
Virus corona baru ini pertama kali muncul di Wuhan, Provinsi Hubei, China, Januari lalu. Total kasus corona di China adalah 81.218, dengan jumlah pasien meninggal 3.281 dan pasien sembuh 73.650.
Namun beberapa minggu ini, China mencatat nol kasus lokal. Di saat kasus China menurun, Eropa kini menjadi episentrum pandemi ini.
Kasus corona terbanyak di Eropa, terjadi di Italia (69.176), Spanyol (42.058) dan Jerman (32.991). Angka pasien meninggal di Italia misalnya bahkan lebih tinggi dari China yakni 6.820 sedangkan pasien sembuh 8.326.
Dari data Worldometers, AS sendiri saat ini mencatat ada 54.916 kasus pasien positif corona. Angka pasien meninggal sebanyak 784 dan pasien sehat 379.
AS menjadi negara ketiga dengan kasus terbanyak, setelah China dan Italia. Dari 50 negara bagian, kasus terbanyak ada di New York dengan 26.348 kasus di mana angka pasien meninggal 271 kasus.
Sementara itu, di tengah kasus corona yang meningkat, Presiden AS Donald Trump meminta masyarakat untuk segera mengakhiri "social distancing". Bahkan, ia mengatakan hal ini telah menyebabkan banyak kesulitan ekonomi bagi warga AS.
"Negara kita tidak dibangun untuk ditutup," katanya di Fox News, dikutip dari AFP. "Kamu menghancurkan negaramu jika menutupnya."
Hal ini membuat pro kontra di AS. Sebagian kalangan melihat Trump mengesampingkan bahaya corona.
AS memberikan stimulus US$ 2 triliun untuk menghadapi corona. Ini merupakan suntikan dana darurat terbesar dalam sejarah negara itu.
(sef/sef) Next Article Tahun Baru, Kasus Covid-19 di Australia Cetak Rekor Baru
"Kami melihat percepatan yang sangat besar dalam kasus-kasus di AS," kata Juru Bicara Badan Kesehatan Dunia (WHO) Margaret Harris saat mengadakan konferensi pers di Jenewa, Swiss, dilansir dari Reuters, Rabu (25/3/2020).
"Jadi memang ada potensi itu."
Meski demikian, ia mengaku AS sudah melakukan sejumlah sinyal positif. Di antaranya tes yang komprehensif, isolasi orang sakit dan pelacakan pada mereka yang terpapar virus.
Virus corona baru ini pertama kali muncul di Wuhan, Provinsi Hubei, China, Januari lalu. Total kasus corona di China adalah 81.218, dengan jumlah pasien meninggal 3.281 dan pasien sembuh 73.650.
Namun beberapa minggu ini, China mencatat nol kasus lokal. Di saat kasus China menurun, Eropa kini menjadi episentrum pandemi ini.
Kasus corona terbanyak di Eropa, terjadi di Italia (69.176), Spanyol (42.058) dan Jerman (32.991). Angka pasien meninggal di Italia misalnya bahkan lebih tinggi dari China yakni 6.820 sedangkan pasien sembuh 8.326.
Dari data Worldometers, AS sendiri saat ini mencatat ada 54.916 kasus pasien positif corona. Angka pasien meninggal sebanyak 784 dan pasien sehat 379.
AS menjadi negara ketiga dengan kasus terbanyak, setelah China dan Italia. Dari 50 negara bagian, kasus terbanyak ada di New York dengan 26.348 kasus di mana angka pasien meninggal 271 kasus.
Sementara itu, di tengah kasus corona yang meningkat, Presiden AS Donald Trump meminta masyarakat untuk segera mengakhiri "social distancing". Bahkan, ia mengatakan hal ini telah menyebabkan banyak kesulitan ekonomi bagi warga AS.
"Negara kita tidak dibangun untuk ditutup," katanya di Fox News, dikutip dari AFP. "Kamu menghancurkan negaramu jika menutupnya."
Hal ini membuat pro kontra di AS. Sebagian kalangan melihat Trump mengesampingkan bahaya corona.
AS memberikan stimulus US$ 2 triliun untuk menghadapi corona. Ini merupakan suntikan dana darurat terbesar dalam sejarah negara itu.
(sef/sef) Next Article Tahun Baru, Kasus Covid-19 di Australia Cetak Rekor Baru
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular