Pembiayaan Utang Turun, Ternyata Ini Sebabnya

Rahajeng Kusumo Hastuti, CNBC Indonesia
19 March 2020 13:53
Menyebarnya virus corona atau COVID-19 secara global membuat pertumbuhan ekonomi dunia tertekan.
Foto: Ramuan Stimulus Jilid 3 Ala Sri Mulyani
Jakarta, CNBC Indonesia- Menyebarnya virus corona atau COVID-19 secara global membuat pertumbuhan ekonomi dunia tertekan. Kebijakan "lockdown" yang diambil oleh berbagai negara untuk mencegah penyebaran virus corona membuat pertumbuhan ekonomi dunia terhambat, termasuk pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan menghadapi situasi ini pemerintah melalui Kementerian Keuangan memiliki strategi pembiayaan APBN dengan memantau dan memanfaatkan kondisi pasar keuangan yang kondusif. Akibat berbagai tekanan pada perekonomian, pemerintah mencatat jumlah pembiayaan utang untuk APBN mengalami penurunan 42,06% dibandingkan 2018.


Penurunan jumlah pembiayaan utang ini menurut Sri Mulyani menjadi bukti pemerintah dalam pengelolaan pembiayaan secara hati-hati demi menjaga keberlanjutan fiskal. Dengan begitu kredibilitas APBN yang berkelanjutan bisa dijaga dengan baik.

Hingga Februari 2020 realisasi pembiayaan anggaran telah mencapai Rp 112,93 triliun atau 36,76% dari target APBN 2020, yang utamanya bersumber dari pembiayaan utang sebesar Rp 115,58 triliun. APBN sebagai instrumen bagi Pemerintah untuk hadir di masyarakat diharapkan dapat memberikan manfaat yang optimal dalam peningkatan kesejahteraan dan keadilan serta penanganan masalah nasional.

"Dengan realisasi pembiayaan utang yang lebih rendah mencerminkan komitmen Pemerintah untuk mengelola pembiayaan secara prudent untuk menjaga keberlanjutan fiskal," kata Sri Mulyani pada siaran resminya, Rabu (18/03/2020).

Meski pembiayaan utang untuk APBN turun, bukan berarti meluruhkan minat pasar pada Surat Utang Negara (SUN) Indonesia baik yang konvensional maupun yang syariah, terutama dengan tingginya penawaran yang masuk pada lelang Februari 2020.

Tingginya penawaran ini mempengaruhi tingkat imbal hasil dan penawaran lelang di pasar domestik. "Kondisi yang menunjukkan masih tingginya minat investor kepada Indonesia sebagai tujuan investasi di tengah tekanan kondisi global," kata Sri Mulyani.


Kinerja yang baik ini mendapat apresiasi dari lembaga pemeringkat credit Rating and Investment Information, Inc. (R&I) yang menaikkan peringkat utang (credit rating) Indonesia pada posisiBBB+, dengan outlook stable pada 17 Maret 2020, setelah pada April 2019 Indonesia mendapatkan peringkat utangBBB dengan outlook stable.

(dob/dob) Next Article Defisit Anggaran 2020 Diramal Bengkak 2,8%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular