
Gegara Migas, Realisasi Pajak per Februari Merosot Hampir 5%
Lidya Julita Sembiring, CNBC Indonesia
19 March 2020 09:38

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Keuangan mencatat, penerimaan pajak hingga akhir Februari 2020 mencapai Rp 152,92 triliun atau kontraksi 4,97% dari periode yang sama tahun lalu yakni di level Rp 160,9 triliun. Realisasi ini mencapai 9,31% dari target di APBN 2020 sebesar Rp 1.642,57 triliun.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, penerimaan pajak ini terkoreksi karena penurunan yang tajam terutama dari pajak migas yang anjlok hingga 36%.
"Untuk PPh migas sampai Februari Rp 6,6 triliun karena waktu itu kurs masih kuat namun produksi lifting [produksi minyak siap jual] lebih rendah dari asumsi tahun lalu, ini menyebabkan PPh migas drop sangat dalam 36,8% dibandingkan tahun lalu," ujarnya di Jakarta, Rabu (18/3/2020).
Penerimaan pajak ini ditopang oleh Pajak Penghasilan (PPh) Rp 95,62 triliun atau kontraksi 6,52%. Realisasi ini hanya 10,28% dari target Rp 929,9 triliun.
Pajak Penghasilan ini terdiri dari pajak non migas Rp 88,98 kontraksi 3,04%. Realisasi mencapai 10,2% dari target di APBN sebesar Rp 872,48 triliun. Pajak migas Rp 6,64 triliun atau anjlok 36,83%. Ini mencapai 11,57% dari target sebesar Rp 57,43 triliun di tahun ini.
"Sementara non migas masih cukup baik, PPh non migas meski minus 3% tapi menunjukkan ada beberapa positif sebelum terjadi covid," kata dia.
Kemudian, PPN dan PPnBM Rp 55,95 triliun atau terkontraksi 2,67%. Realisasi ini mencapai 8,16% dari target Rp 685,87 triliun di APBN 2020. PBB (sektor P3) Rp 30 miliar atau tumbuh 94,99% dari periode yang sama tahun sebelumnya (yoy). Pajak lainnya Rp 1,05 triliun atau tumbuh 5,67% (yoy).
"PPN masih negatif 2,7% tapi ini lebih rendah dibandingkan negative growth tahun lalu 10,3% atau dalam hal ini PPN terkumpul Rp 55,9 triliun tahun lalu Rp 57,5," jelasnya.
(tas/tas) Next Article Realisasi Pajak 73%, Ekonom: Yang Penting Budget Defisit Aman
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, penerimaan pajak ini terkoreksi karena penurunan yang tajam terutama dari pajak migas yang anjlok hingga 36%.
"Untuk PPh migas sampai Februari Rp 6,6 triliun karena waktu itu kurs masih kuat namun produksi lifting [produksi minyak siap jual] lebih rendah dari asumsi tahun lalu, ini menyebabkan PPh migas drop sangat dalam 36,8% dibandingkan tahun lalu," ujarnya di Jakarta, Rabu (18/3/2020).
Penerimaan pajak ini ditopang oleh Pajak Penghasilan (PPh) Rp 95,62 triliun atau kontraksi 6,52%. Realisasi ini hanya 10,28% dari target Rp 929,9 triliun.
Pajak Penghasilan ini terdiri dari pajak non migas Rp 88,98 kontraksi 3,04%. Realisasi mencapai 10,2% dari target di APBN sebesar Rp 872,48 triliun. Pajak migas Rp 6,64 triliun atau anjlok 36,83%. Ini mencapai 11,57% dari target sebesar Rp 57,43 triliun di tahun ini.
"Sementara non migas masih cukup baik, PPh non migas meski minus 3% tapi menunjukkan ada beberapa positif sebelum terjadi covid," kata dia.
Kemudian, PPN dan PPnBM Rp 55,95 triliun atau terkontraksi 2,67%. Realisasi ini mencapai 8,16% dari target Rp 685,87 triliun di APBN 2020. PBB (sektor P3) Rp 30 miliar atau tumbuh 94,99% dari periode yang sama tahun sebelumnya (yoy). Pajak lainnya Rp 1,05 triliun atau tumbuh 5,67% (yoy).
"PPN masih negatif 2,7% tapi ini lebih rendah dibandingkan negative growth tahun lalu 10,3% atau dalam hal ini PPN terkumpul Rp 55,9 triliun tahun lalu Rp 57,5," jelasnya.
(tas/tas) Next Article Realisasi Pajak 73%, Ekonom: Yang Penting Budget Defisit Aman
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular