Digempur Corona, Ini Langkah Sri Mulyani Jaga Fiskal

Rahajeng Kusumo Hastuti, CNBC Indonesia
18 March 2020 18:51
Kementerian Keuangan melakukan strategi pembiayaan APBN dengan memantau dan memanfaatkan kondisi pasar keuangan yang kondusif.
Foto: Sri Mulyani (CNBC Indonesia/ Lidya Kembaren)
Jakarta, CNBC Indonesia- Wabah COVID-19 atau virus corona telah memengaruhi berbagai lini sektor perekonomian, dan menyebar secara cepat ke seluruh dunia. Wabah ini pun berpengaruh pada sektor transportasi, pariwisata dan merambat hingga perdagangan, kesehatan dan yang lainnya.

Menghadapi situasi ini pemerintah melalui Kementerian Keuangan melakukan strategi pembiayaan APBN dengan memantau dan memanfaatkan kondisi pasar keuangan yang kondusif. Upaya ini dilakukan untuk mengurangi tekanan fiskal pada sisi penerimaan.

"Pemerintah senantiasa memperhatikan kondisi serta kesempatan di pasar keuangan guna pemenuhan kebutuhan pembiayaan melalui utang," ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam siaran pers, Rabu (18/03/2020).


Hingga Februari 2020 kinerja pembiayaan melalui Surat Berharga Negara (SBN) menunjukan perbaikan, di mana terjadi penurunan yield surat utang negara (SUN) dalam mata uang rupiah tenor 10 tahun mencapai titik terendah pada 2020.

Demikian juga dengan tingginya penawaran yang masuk pada lelang SUN bulan Februari 2020 dan lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN).
Meskipun pada Maret 2020 terdapat peningkatan volatilitas pasar yang tinggi di seluruh emerging market.

"Kondisi ini mempengaruhi tingkat imbal hasil dan penawaran lelang di pasar domestik," ujar Sri Mulyani.

Kondisi yang menunjukkan masih tingginya minat investor kepada Indonesia sebagai tujuan investasi di tengah tekanan kondisi global. Adapun realisasi pembiayaan anggaran hingga Februari 2020 yang telah mencapai Rp 112,93 triliun atau 36,76% dari target APBN 2020, yang utamanya bersumber dari pembiayaan utang sebesar Rp 115,58 triliun.

Jumlah pembiayaan utang ini mengalami penurunan sebesar 42,06% dibanding 2018. Dengan realisasi pembiayaan utang yang lebih rendah mencerminkan komitmen Pemerintah untuk mengelola pembiayaan secara pruden untuk menjaga keberlanjutan fiskal.

Kinerja yang baik ini mendapat apresiasi dari lembaga pemeringkat kredit Rating and Investment Information, Inc. (R&I) yang menaikkan peringkat utang (credit rating) Indonesia pada posisi BBB+, dengan outlook stable pada 17 Maret 2020, setelah pada April 2019 Indonesia mendapatkan peringkat utang BBB dengan outlook stable.


Pemerintah terus berkomitmen menjaga kredibilitas APBN secara berkelanjutan. APBN sebagai instrumen bagi Pemerintah untuk hadir di masyarakat diharapkan dapat memberikan manfaat yang optimal dalam peningkatan kesejahteraan dan keadilan serta penanganan masalah nasional.

"Pemerintah berupaya untuk mengoptimalkan pendapatan negara, meningkatkan kualitas dan kinerja penyerapan anggaran, dan pemenuhan pembiayaan yang akuntabel," ujar SriMulyani.

(dob/dob) Next Article Sri Mulyani Bentuk Komite Audit PNS

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular