Gara-gara Corona, Pebisnis di Asia Jadi Tidak Pede

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
18 March 2020 10:40
Optimisme di sektor bisnis Asia tergerus akibat wabah COVID-19.
Foto: ist
Jakarta, CNBC Indonesia - Tingkat optimisme (keyakinan) sektor bisnis di kawasan Asia anjlok akibat merebaknya wabah corona (COVID-19) yang sekarang resmi jadi pandemi. Survei yang dilakukan oleh Thomson Reuters dan INSEAD menunjukkan bahwa indeks keyakinan bisnis di kawasan Asia anjlok menjadi 53 poin pada kuartal pertama tahun ini. Padahal indeks keyakinan bisnis di kawasan Asia pada kuartal terakhir tahun lalu berada di angka 71.

Artinya angkanya turun 18 poin. Penurunan ini menjadikan indeks keyakinan bisnis di Asia menjadi yang terlemah sejak tahun 2009. Survei ini dilakukan di 11 negara di kawasan Asia Pasifik untuk berbagai sektor industri pada 28 Februari hingga 13 Maret lalu.

Anjloknya optimisme sektor bisnis ini dipicu oleh wabah COVID-19. "Jika kita melakukan surveinya hari ini, maka indeksnya akan jauh lebih rendah mengingat apa yang terjadi di dunia dan pasar keuangan akhir-akhir ini" kata Antonio Fats, seorang profesor ekonomi INSEAD yang berbasis di Singapura dalam sebuah catatan.

Menurut Vasu Menon, seorang senior investment strategist di OCBC Bank Welath Management, kondisi saat ini "berbeda dengan krisis finansial, karena Anda berurusan dengan hal yang besar dan tidak diketahui. Musuh tak kasat mata"

"Ini menyebabkan disrupsi baik dari sisi permintaan maupun pasokan. Dan saat ini kita belum mengetahui bagaimana akhirnya" kata Menin.

Virus yang berukuran nanometer (sepersemiliar meter) itu sangat sakti hingga membuat berbagai negara memberlakukan karantina wilayah atau lockdown. Inilah yang jadi penggerus optimisme sektor bisnis terutama di kawasan Asia Pasifik.

Data kompilasi John Hopkins University CSSE menunjukkan, jumlah kasus infeksi COVID-19 secara global nyaris mencapai angka 200.000. Jumlah negara yang terjangkit sudah mencapai 152 negara dan teritori.

Lonjakan kasus masih terjadi di luar China ketika kasus yang dilaporkan di Tiongkok mengalami penurunan. Bahkan secara kumulatif total kasus di luar China sudah melampaui total kasus di Negeri Panda. Kini total kasus di luar China sudah mencapai angka 100 ribu lebih.

Jika tak segera dijinakkan, maka disrupsi rantai pasok global akan semakin parah, begitu juga dengan permintaan. Hal ini akan semakin menggerus optimisme sektor bisnis dan membuat pasar keuangan berada dalam tekanan dan volatilitas yang tinggi.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg) Next Article Luhut Ceramahi Anak-Anak Muda: dari Bisnis Hingga Kejujuran

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular