Banjir dan Corona Jadi 'Hantu' Penjualan Mobil di 2020

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
18 March 2020 12:44
Banjir dan Corona Jadi 'Hantu' Penjualan Mobil di 2020
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Penjualan mobil domestik pada 2 bulan terakhir turun dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Tahun ini, industri automotif tanah air menghadapi tantangan yang besar.

Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) menunjukkan total penjualan mobil di pasar domestik pada Februari 2020 mencapai 79.573 unit atau turun 2,7% (year on year/yoy) dan ambles 1,1% (month on month/mom).

Secara kumulatif, penjualan mobil di pasar dalam negeri pada dua dua bulan terakhir mencapai 159.997 unit, turun 2,4% (yoy) dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar 163.964 unit.



Penjualan mobil dalam dua bulan terakhir memang turun tipis jika dibandingkan dengan tahun lalu. Setidaknya ada dua faktor yang turut mempengaruhi pelemahan penjualan domestik. Pertama adalah geliat ekonomi yang belum hangat.

Kedua adalah faktor kondisi lingkungan yang kurang mendukung. Bulan Januari dan Februari beberapa wilayah di tanah air diguyur hujan lebat yang berakibat banjir di Jakarta dan beberapa daerah lainnya di Pulau Jawa.

Data Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menunjukkan curah hujan tinggi (>300 mm) terjadi pada Januari terutama di beberapa wilayah Jawa dan Sumatera. Kedua pulau tersebut merupakan pulau dengan penduduk terpadat di Indonesia dan menyumbang volume penjualan mobil terbesar di Indonesia.
Jualan Mobil Januari-Februari Seret, Bagaimana Tahun 2020?Sumber: BMKG
Tak dapat dipungkiri banjir tentu membuat penjualan turun. Apalagi kalau banjir terjadi lebih dari satu hari maka volume penjualan yang hilang tentunya tak bisa dihitung kecil. Banjir tentu membawa kerugian ekonomi terutama bagi konsumen, sehingga pengeluaran cenderung direm.

Tahun lalu, penjualan mobil cenderung stagnan. Volume penjualan masih tak jauh berbeda dengan tahun 2018, mentok di angka 1 juta unit. Lantas bagaimana dengan outlook tahun ini untuk penjualan mobil?

Tahun 2020 akan menjadi tahun yang berat untuk ekonomi tanah air. Adanya musuh tak kasat mata yang bernama COVID-19 telah masuk ke Indonesia. Tak hanya menggerogoti kesehatan masyarakat, COVID-19 juga jadi ancaman bagi perekonomian global maupun domestik.
Organisasi Kerja Sama Ekonomi (OECD) merevisi turun outlook ekonomi global menjadi 2,4% untuk tahun 2020 padahal pada November tahun lalu, OECD meramal ekonomi global tumbuh 2,9%.

Ekonomi domestik juga akan terdampak oleh kondisi ekonomi global yang tidak kondusif. OECD memperkirakan ekonomi Indonesia bakal tumbuh di bawah 5% untuk tahun 2020.



COVID-19 yang sekarang telah resmi menyandang status sebagai pandemi telah membuat harga-harga komoditas turun. Jika tak segera dapat dijinakkan, harga komoditas berpotensi besar akan semakin turun akibat pelemahan permintaan.

Indonesia yang ekonominya masih bertumpu pada sektor komoditas tak bisa kebal dari shock ini. Komoditas ekspor unggulan Indonesia adalah batu bara dan minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO).



Jika harga batu bara yang sudah mengalami pelemahan harus mengalami pelemahan lagi dan signifikan tentu ini akan membuat daya beli masyarakat terutama daerah-daerah yang kaya akan batu bara juga ikut terpukul.

Dari sisi konsumen, outlook ekonomi masih positif. Rilis data Bank Indonesia (BI) menunjukkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) dua bulan terakhir masih berada di atas 100. Angka pembacaan di atas 100 menunjukkan bahwa konsumen masih optimistis dalam memandang perekonomian.

Namun IKK pada bulan Februari berada di angka 117,7 dan merupakan yang terendah sejak Maret 2017. Bukan tidak mungkin optimisme konsumen masih akan terus tergerus yang pasti ini bukanlah indikator yang baik.



COVID-19, musuh tak kasat mata ini memang sangat sakti dan bisa memaksa rantai pasok global jadi terganggu. Saking saktinya bahkan diramal bisa picu resesi global. Tahun ini bakal jadi tahun yang berat memang untuk industri otomotif tanah air.

Kasus COVID-19 sendiri di tanah air pertama kali dilaporkan pada awal Maret. Baru dua minggu, jumlah kasus kini sudah mencapai 172. Artinya ada penambahan 10 kasus baru per hari. Laju pertumbuhan kasus per hari mencapai 30%.

Berdasarkan estimasi Badan Inteligen Negara (BIN) wabah COVID-19 baru akan mencapai puncaknya pada Mei nanti atau tepatnya saat bulan Ramadhan. Jika tak bisa segera dijinakkan, maka kerugian ekonomi akibat COVID-19 akan makin signifikan dan penjualan mobil berpotensi besar akan drop.





TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular