
Akademisi Dukung Program Genjot Ekspor ala Mentan
Leidy Febian, CNBC Indonesia
13 March 2020 16:10

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo punya program Gerakan Tiga Kali Ekspor (Geratieks). Suatu gerakan meningkatkan ekspor produk pertanian hingga tiga kali lipat dengan memanfaatkan teknologi, inovasi, IT, digitalisasi, riset, jejaring dan kerja sama. Program ini dapat dukungan dan rasa optimistis dari kalangan akedemisi.
Wakil Dekan I Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Sujarwo menilai, sektor pertanian kini memiliki program jangka panjang yang sangat baik, apalagi Mentan Syahrul Yasin Limpo memiliki pengalaman birokrasi selama kurang lebih 25 tahun.
"Menurut saya, pak Mentan melihat pertanian kita dalam perspektif jangka panjang. Terlihat dari upaya memotret pertanian existing sebaik-baiknya dengan memanfaatkan IT, dan updating data yang lebih akurat melalui garda paling ujung yaitu BPP dan penyuluhnya," kata Sujarwo, Jumat,
(13/3).
Menurutnya, updating dan perbaikan akurasi data sangat penting dilakukan, mengingat lahan pertanian yang semakin mengecil akibat alih fungsi lahan. Tercatat, tahun 1970-an rata-rata lahan per petani kurang lebih sekitar 0.85 hektare. Sedangkan saat ini lahan yang ada semakin menyempit sampai sekitar 0,3 hektare per petani.
"Namun hal tersebut harus dilakukan secara simultan diikuti dengan implementasi industri 4.0 di pertanian melalui korporasi pertanian dan petani muda pertanian," katanya.
Menurut Sujarwo, kunci keberhasilan dalam mengatasi masalah ini adalah kemampuan pemerintah membentuk suatu mechanism design, sehingga para petani mau berkorporasi atas kesadaran sendiri, terbangun kelembagaan lokal untuk membentuk economies of scale, serta wadah improvement teknologi dan informasi pasar.
"Pemerintah menguatkan linkages dengan Perguruan Tinggi dan lembaga terkait lainnya dalam membangun kelembagaan lokal petani, sehingga berkemampuan dalam berkolaborasi dengan sektor industri dalam equal bargaining position dan atau berkemampuan dalam melakukan upaya penciptaan nilai tambah secara mandiri atas usaha produksi pertanian," katanya.
Selain itu, ia juga mengapresiasi upaya Kementan dalam meningkatkan ekspor produk pertanian. Melalui program Gerakan Tiga Kali Ekspor (GratiEks) diharapkan mampu menjadi pendobrak nilai ekspor pertanian di mancanegara.
"Terlebih juga dengan dorongan ekspor dari Kementan, saya kira sangat strategis didorong untuk mengangkat daya saing produk pertanian nasional dan lebih aware atas peluang pasar yang lebih luas," katanya.
(hoi/hoi) Next Article BPS Membantah Ada Data Mafia di Kantornya
Wakil Dekan I Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Sujarwo menilai, sektor pertanian kini memiliki program jangka panjang yang sangat baik, apalagi Mentan Syahrul Yasin Limpo memiliki pengalaman birokrasi selama kurang lebih 25 tahun.
"Menurut saya, pak Mentan melihat pertanian kita dalam perspektif jangka panjang. Terlihat dari upaya memotret pertanian existing sebaik-baiknya dengan memanfaatkan IT, dan updating data yang lebih akurat melalui garda paling ujung yaitu BPP dan penyuluhnya," kata Sujarwo, Jumat,
(13/3).
Menurutnya, updating dan perbaikan akurasi data sangat penting dilakukan, mengingat lahan pertanian yang semakin mengecil akibat alih fungsi lahan. Tercatat, tahun 1970-an rata-rata lahan per petani kurang lebih sekitar 0.85 hektare. Sedangkan saat ini lahan yang ada semakin menyempit sampai sekitar 0,3 hektare per petani.
"Namun hal tersebut harus dilakukan secara simultan diikuti dengan implementasi industri 4.0 di pertanian melalui korporasi pertanian dan petani muda pertanian," katanya.
Menurut Sujarwo, kunci keberhasilan dalam mengatasi masalah ini adalah kemampuan pemerintah membentuk suatu mechanism design, sehingga para petani mau berkorporasi atas kesadaran sendiri, terbangun kelembagaan lokal untuk membentuk economies of scale, serta wadah improvement teknologi dan informasi pasar.
"Pemerintah menguatkan linkages dengan Perguruan Tinggi dan lembaga terkait lainnya dalam membangun kelembagaan lokal petani, sehingga berkemampuan dalam berkolaborasi dengan sektor industri dalam equal bargaining position dan atau berkemampuan dalam melakukan upaya penciptaan nilai tambah secara mandiri atas usaha produksi pertanian," katanya.
Selain itu, ia juga mengapresiasi upaya Kementan dalam meningkatkan ekspor produk pertanian. Melalui program Gerakan Tiga Kali Ekspor (GratiEks) diharapkan mampu menjadi pendobrak nilai ekspor pertanian di mancanegara.
"Terlebih juga dengan dorongan ekspor dari Kementan, saya kira sangat strategis didorong untuk mengangkat daya saing produk pertanian nasional dan lebih aware atas peluang pasar yang lebih luas," katanya.
(hoi/hoi) Next Article BPS Membantah Ada Data Mafia di Kantornya
Most Popular