6 Jurus RI Agar Ekspor Perkebunan Tak Drop Saat Corona

Leidy Febian, CNBC Indonesia
02 April 2020 14:24
Kementan menyiapkan beberapa strategi agar tak terjadi dampak buruk pada kinerja ekspor perkebunan.
Foto: Ist/Reuters
Jakarta, CNBC Indonesia - Pembatasan keluar masuknya barang dari dan/atau ke China membuat perekonomian negara ini menjadi terganggu akibat corona atau covid-19. Hal ini juga berdampak pada perdagangan dengan negara lain termasuk Indonesia.

China merupakan negara yang perekonomian sangat berpengaruh di dunia, maka hal ini pasti berdampak pada perekonomian negara lain yang menjadi mitra dagangnya, salah satunya Indonesia.

Sawit, Kelapa, Kakao, Karet, Kopi, Teh, Lada, Pala, Cengkeh, Kayu Manis asal Indonesia menjadi komoditas perkebunan yang rutin di ekspor ke negara yang dijuluki sebagai Tirai Bambu tersebut.

Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian (Kementan) Kasdi Subagyono mengatakan Kementerian Pertanian telah mengambil langkah cepat dengan mengkaji alternatif tujuan pasar ekspor komoditas perkebunan sebagai bentuk antisipasi menurunnya permintaan China terhadap ekspor komoditas perkebunan Indonesia di tahun 2020.

"Hal ini sekaligus tindak lanjut dari arahan Bapak Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, bahwa sektor pertanian harus menjadi sektor yang paling tangguh dalam menghadapi berbagai krisis, tidak hanya fokus dalam peningkatan produksi, kita juga akan berupaya untuk mencari alternatif pasar tujuan ekspor," kata Kasdi Kamis (2/4).

Kasdi mengaku pihaknya telah menyiapkan enam strategi utama untuk memperkuat ekspor perkebunan Indonesia di tengah pandemik Covid - 19 saat ini, yang pertama adalah Lobi perdagangan dengan negara mitra baru, termasuk untuk mengupayakan ekspor langsung terhadap komoditas yang selama ini di re-ekspor melalui Tiongkok.



"Kedua kami akan lakukan lobi terhadap kesepakatan tarif bea masuk di negara tujuan dan memberikan kemudahan perdagangan bilateral, seperti untuk Sugar, Vanaspati ghee dan komoditas lainnya, yang ketiga tentu dengan Meningkatkan jaminan atas kualitas, brand image, dan ketersediaan produk secara kontinyu," kata Kasdi.

Strategi yang keempat, pihaknya akan berupaya meningkatkan kerja sama perdagangan untuk peningkatan akses pasar, melalui optimalisasi pemanfaatan perwakilan Indonesia di luar negeri, kerja sama yang sudah berjalan dipercepat, dan tentunya dengan melakukan pengembangan kesepakatan baru.

"Sebagai contoh untuk sawit, berdasarkan analisis kami, tahun ini penyerapan China terhadap komoditas tersebut dipastikan menurun, untuk mengantisipasi hal ini kita akan dorong peningkatan Ekspor sawit ke India, Pakistan, Bangladesh dengan kenaikan sebesar 20%, Amerika Serikat 5%. Selain itu ekspor ke Tunisia, Turki, Mesir, Aljazair, Maroko dan Iran naik sebesar 10%, untuk konsumsi dalam Negeri kami targetkan naik 5%," kata Kasdi.

Strategi selanjutnya, berupaya meningkatkan konsumsi domestik, seperti program B-30 untuk CPO, aspal Karet untuk karet, kopi, gula semut, dan komoditas lainnya, dan yang terakhir adalah Optimalisasi pelayanan jaringan informasi dan komunikasi secara terorganisasi antara Business to business (B to B) dan government to government (G to G).

Sedangkan untuk ekspor karet di Tahun 2020, Kasdi mengaku telah mempersiapkan target - target peningkatan, dan negara - negara alternatif tujuan ekspor karet selain Cina.

"Kami akan dorong ke Jerman dan Perancis dengan besar kenaikan 10%, Amerika Serikat dan Argentina 10%, Jepang dan Korea Selatan naik 7,5%, Afrika Selatan hingga 2,5%, untuk konsumsi dalam negeri kami targetkan meningkat hingga 5%" tutup Kasdi.

[Gambas:Video CNBC]




(hoi/hoi) Next Article Akademisi Dukung Program Genjot Ekspor ala Mentan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular